Rabu, 04 Mei 2011

Sebaiknya Kita Tahu 2

Memperkenalkan Gerakan Imam Maria


KESATUAN DENGAN PAUS DAN DENGAN GEREJA YANG BERSATU DENGAN PAUS
Gereja adalah ilahi dan sekaligus insani. Dan sebagai lembaga insani ia rapuh, berdosa, dan harus bertobat. Gereja adalah terang bagi bangsa2,’Lumen Gentium’. Tetapi, seringkali kejahatan dunia menjadi penyakit yang menyerang unsur insani Gereja. Ini terbukti dalam sejarahnya selama lebih dari 2000 tahun.
Dewasa ini Gereja hidup dalam suatu dunia yang telah membangun suatu peradaban sekular. Semangat dunia atau sekularisme telah merasuk sampai ke lubuk hati Gereja dan telah menciptakan penderitaan yang memilukan serta krisis yang melibatkan Gereja. Dunia menjadi ‘tanur Setan’ yang membara, demikian istilah Paus Paulus VI !
Pada tataran intelektual, sekularisme menjadi ‘rasionalisme’, dan pada tataran kehidupan, ia menjadi ‘naturalisme’.
Karena rasionalisme, dewasa ini muncul kecenderungan untuk menafsirkan seluruh misteri Allah dan khazanah kebenaran kudus secara manusiawi! Karenanya, dogma2 dasar iman diingkari, dan secara diam2 serta samar2 merajalela bidaah2 yang sangat serius.
Bidaah2 ini bahkan kadang2 diajarkan di sekolah2 Katolik, sedang Kitab Suci dan bahkan Injil Yesus, sedikit sekali atau sama sekali tidak diajarkan lagi. “Kamu telah menciptakan injilmu sendiri, dengan kata2mu sendiri”. ( 25 Sep 1976)
Tahap demi tahap, hilang kesadaran bahwa dosa adalah suatu kejahatan, munculnya pengabaian Sakramen Rekonsiliasi, merajalela di seluruh dunia. Dengan cara berbelit dan berbahaya, bidaah2 ini merongrong keutuhan iman. Kardinal Joseph Ratzinger, Ketua Konggregasi untuk Ajaran Iman, dengan lantang melontarkan perlawanan terhadap bidaah2 itu dalam wawancara terkenal yang diterbitkan dalam buku “REPORT ON FAITH”. Juga Magisterium Paus seringkali mengeluarkan pernyataan2 yang tegas dan mendesak.
Timbul pertanyaan spontan dalam hati: Bagaimana mungkin Gereja belum juga keluar dari krisis iman yang parah ini?
Masih bercokolnya krisis dalam Gereja sampai hari ini, disebabkan oleh perpecahan dari dalam. Karena perpecahan ini, tidak setiap orang mendengarkan atau mengikuti apa yang ditetapkan oleh Paus bersama Magisteriumnya.
Bunda Maria telah memperoleh seorang Paus besar bagi Gereja, yang telah menyerahkan diri kepada Hatinya Yang Tak Bernoda. Bunda sendiri sedang membimbing dia meniti lorong2 dunia, untuk menyebarkan terang Kristus dan Injil Keselamatan-Nya. 
Untuk meneguhkan semua yang ada dalam iman, dalam para gembala dan kawanan yang dipercayakan kepada mereka. Tetapi, di sekeliling Paus, seringkali terjadi kekosongan yang menganga; MAGISTERIUMNYA TIDAK DIDUKUNG OLEH SELURUH   GEREJA DAN SERINGKALI KATA-KATANYA MENGHILANG DI PADANG GURUN.
Padahal pembaharuan Gereja hanya berhasil lewat kesatuan dari dalam. Maka, jalan yang harus ditempuh adalah bersatunya semua Uskup, Imam, dan kaum beriman dengan Paus.
Ketaatan kepada Paus merupakan acuan dan contoh untuk persekutuan dengan Uskup. Maka, persekutuan dan ketaatan itu biasanya mencakup persekutuan dan ketaatan kepada gembala Keuskupan dan kepada pimpinan yang bersangkutan.
Komitmen khas GIM adalah menuntun kaum beriman menjadi saksi kasih bagi Gereja dewasa ini. Kasih ini harus menjadi nyata dalam kehadiran yang penuh iman dan semangat untuk ikut menanggung duka dan memanggul salib yang berat.
Dalam segala situasi, kasih, per-tama2 harus menuntun kita menjadi unsur pemersatu dan kesatuan, sehingga kita dapat memberikan andil untuk menyembuhkan Gereja dari banyak lukanya yang dalam dan pedih.

SENAKEL
GIM dapat terwujud di lingkup kehidupan Gereja: dari Biara sampai ke Paroki, dari bidang teologi sampai ke bidang pastoral, dari spiritualitas sampai ke kerasulan missioner; yang penting, para anggotanya menyadari perlunya komitmen yang nyata.
Dalam menggalang persatuan dan kesatuan ini, antar Imam dan kaum beriman, Bunda Maria mengajak semuanya untuk berdoa bersamanya dalam DOA SENAKEL.
Strukturnya sangat sederhana. 1) Doa Rosario bersama Bunda Maria. 2) Menghayati Penyerahan Diri 3) Menciptakan persaudaraan. “ Mengapa dalam Senakel, aku menghendaki kamu untuk saling mengasihi dan untuk menghayati persaudaraan sejati dalam persekutuan dengan Bundamu. Sekarang ini, perlu sekali imam2ku saling mengenal, saling menolong, saling mengasihi dengan sungguh2, dan menjadi saudara yang dihimpun oleh Bunda mereka. Sekarang ini, banyak imam yang merasa kesepian, merasa ditinggalkan. Aku tidak ingin mereka sendirian: mereka harus saling menolong, saling mengasihi, mereka harus menjadi saudara satu sama lain dan memang demikianlah adanya”. ( 17 Januari 1974)

SUATU BANTUAN BAGI GEREJA
APAKAH MAKNA GERAKAN INI DALAM GEREJA, SEKARANG? Diantara persekutuan yang banyak dan giat di setiap tingkatan, apakah fungsi GIM dalam kehidupan Gereja? Rasanya, jawabannya sederhana saja:

GIM adalah bantuan yang ditawarkan oleh Bunda Maria kepada Gereja masa kini, agar Gereja lebih menyadari kehaadiran bundawi Maria, mendapatkan penghiburan di tengah penderitaan2nya yang berat. Tetap merasakan dukungan kasih serta doa dari begitu banyak putranya. Dengan GIM, Bunda ingin memberikan bantuan yang ampuh kepada Gereja, untuk mengatasi krisis pemurnian yang menyakitkan, yang sedang ia jalani sekarang.
Krisis ini dapat dilihat pada Ordo dan Tareka2 Biarawan: lembaga2, yang pernah begitu subur, sekarang mengalami masa2 yang amat sulit.
Dengan karyanya, Bunda ingin membantu setiap orang , untuk bersamanya mengatasi masa penderitaan ini. Karenanya beliau mengundang, per-tama2 para Imam, kemudian Biarawan, serta kaum beriman, untuk menyerahkan diri kepada Hatinya Yang Tak Bernoda, dan untuk menyatakan kesetiaan kepada Paus dan kepada Gereja.
GIM tidak memiliki status yuridis. Alasannya adalah supaya bantuan yang beliau tawarkan mudah didapat oleh siapa saja. Mungkin disini tampak kelemahannya karena dengan tidak adanya bentuk yuridis, maka tidak mungkin untuk minta pengesahan resmi apapun. Tetapi tidak adanya status yuridis juga merupakan kekuatan karena, dengan tidak memaksakan suatu ikatan kelembagaan, memudahkan para Imam dan Biarawan untuk menjadi anggota.
Kalau Gereja kita ibaratkan pohon, maka kita bisa mengatakan bahwa tugas GIM bukanlah menambah cabang baru kepada banyak cabang yang sudah ia miliki, melainkan menyuntikkan kekuatan rahasia yang mengalir dari Hati Maria Yang Tak  Bernoda. Kekuatan ini akan menyebar ke semua cabang Gereja, membantu mereka berkembang, masing2 seturut fungsi dan bentuk khasnya, dan menyalurkan kekuatan serta keindahan yang lebih besar kepada semua. Maka, kalau kita ingin mengetahui mutu apakah yang paling menyolok dalam GIM, harus kita tegaskan; itulah kesederhanaan esensialnya.
Gerakan ini sedemikian sederhananya, sehingga bahkan tidak memiliki status resmi. Dan karena tidak memiliki status resmi, maka tidak dapat dikelompokkan pada lembaga manapun. Kadang2 kita berkata sambil tersenyum: Anggota GIM sudah lebih dari 60.000 Imam dan puluhan juta awam, tetapi bukti keberadaannya tidak dapat ditemukan dimanapun!
Dukungan pasti yang yang ingin diberikan oleh Bunda Maria adalah Hatinya Yang Tak Bernoda, dan satu2nya surat rekomendasi adalah surat yang tertulis dalam hidup setiap Imam yang menyerahkan diri kepadanya, untuk dibantu mencapai kesuciannya!

Diringkas dari Kata Pendahuluan
Buku Kepada Para Imam, Putra-putra terkasih Bunda Maria

(Sioe Hadinoto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^