Sabtu, 14 Mei 2011
Cover Depan Mei 2011
Redaksi Menulis
Dalam hidup seseorang apapun perannya pasti pernah mengalami suatu masalah dan tantangan tersendiri. Namun sebagai umat Kristiani kita punya iman bahwa dalam menghadapi suatu masalah dan tantangan kita punya suatu pengharapan dan keyakinan bahwa kita pasti bisa melewati dan menghadapi semua masalah tersebut, karena kita percaya akan kekuatan tangan Tuhan atas diri kita. Saat kita ditangkap Tuhan, artinya Tuhan memang benar-benar telah memilih kita untuk menjalankan peran kita masing-masing dengan segala konsekuensinya. sebagai seorang suami, tentu tantangannya berbeda dengan seorang istri maupun anak. sebagai seorang guru, tentu tantangannya berbeda dengan seorang murid dan karyawan sekolah yang lain. Sebagai seorang pengusaha, pedagang, wiraswasta, bahkan rohaniwan, biarawan dan biarawati tentu masalah dan tantangan yang dihadapi berbeda-beda. Sebagai pengikut Kristus kita juga mendapat tugas tambahan untuk melayani sesama misalnya menjadi prodiakon, pengurus wilayah, pengurus DPP, ketua lingkungan, ketua wilayah. Siapkah kita? Pada edisi kali ini kita diajak untuk menikmati dan menjalani peran kita masing-masing dengan segala tantangan dan konsekuensinya, karena kita punya iman dan harapan dalam kasih bahwa Tuhan telah memilih kita dan tidak akan membiarkan kita menghadapi masalah sendirian. Amin.
Sajian Utama 1
Menjawab Panggilan Tuhan
Bila orang secara pribadi yang memilih, ia akan membuat ‘seleksi’, memilih yang menurutnya dirasa cocok, sesuai dengan seleranya, yang disenangi dan sesuai dengan cita-cita gambarannya sendiri. Tetapi bila Tuhan yang memilih dan memanggil, semua mendapat pengisian dan pengarahan yang berbeda, yang langsung dan murni dari Tuhan sendiri, dan panggilan itu akan mempererat hubungan Tuhan dengan orang pilihan-Nya.
Seperti pengalaman Paulus, di mana Paulus menggambarkan panggilannya yang tidak disangka-sangka itu sebagai ‘ditangkap oleh Kristus Yesus’ (Flp 3:12). Sebab dalam panggilan, Tuhan yang mengambil prakarsa, Ia yang menanamkan benih, yang harus diterima dengan baik, dipelihara dan dikembangkan oleh manusia sampai menghasilkan buah berlimpah.
Paulus ditangkap oleh Yesus ketika dalam perjalanannya menuju Damsyik (Kis 9:3-6), dia diarahkan oleh Yesus untuk memberitakan Injil di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Dalam Kisah Para Rasul dikatakan: “Dan dalam keadaan demikian, ketika aku dengan kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala sedang dalam perjalanan ke Damsyik, tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku. Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang. Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya itu. Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan”(Kis 26:12-18). Paulus adalah anggota Farisi dan dikenal sebagai penganiaya orang-orang Kristen (Kis 9:2, 22:4, 26:10-11). Tetapi dampak perjumpaan Paulus dengan Kristus yang sudah bangkit memberikan bukti yang melimpah, bahwa hal itu dialami oleh akal sehat dalam kesadaran yang mantap; dan hal itu jelas dapat ditafsirkan, mutlak sebagai suatu mujizat, yang mengubah musuh Kristus menjadi rasulNya, dan merupakan suatu pertobatan yang radikal.
Ditangkap oleh Tuhan adalah merupakan panggilan yang kadang-kadang merupakan sesuatu yang sangat mengejutkan, karena tidak diduga-duga oleh pribadi yang bersangkutan, tak diharapkan…Tetapi bila sudah terjadi demikian maka manusia jangan mempermainkan rahmat Tuhan.
Menemukan panggilan itu ibarat orang yang menemukan “harta terpendam” atau “mutiara yang sangat berharga” (Mat 13:44-46). Semua lain-lain harta miliknya dilepaskan dengan mudah, demi untuk mendapatkan harta yang sangat berharga tersebut, bahkan hanya dianggap nampak “supaya memperoleh Kristus”, yang merupakan hal terutama dan terpenting. Orang yang terpanggil itu tidak pernah lagi puas dengan usahanya, seakan-akan sudah mencapai akhir tujuan dan bisa berhenti serta beristirahat di dunia ini! Kesempurnaan dalam segala selalu dikejar, karena untuk itu ia ditangkap oleh Kristus Yesus. Tidak pernah orang terpanggil selesai, sebelum ia meninggal; juga saat menjadi tua, dan sakit; lumpuh untuk aktivitas kerasulan, tidak berarti penggilan “dilumpuhkan”. Panggilan sejati akan mengangkat semua jerih payah, penderitaan dan pergulatan batin yang ada pada tubuh, jiwa, hati sebagai bahan untuk memupuk panggilan dengan dipersembahkannya sebagai korban. Semboyannya: “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku” (Flp 3:13). Itulah jalan “panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Flp 3:14). (Stefan Surya)
Sajian Utama 2
Saat Dia Menghampirimu . . . . .
Suatu malam yang hening. Lara, perempuan tua itu melamun, memikirkan Joko, orang yang dikasihinya sepanjang hidup. Bagaimana tidak ?Musim demi musim telah dilewati Lara, bergulat dengan kebun kelapa sawit, berpeluh debu dan keringat, terbakar matahari, hidup dengan irama rutin, menjaga seorang ayah yang sudah tua renta, sakit-sakitan. Terpencil jauh dari daerah lain, sehingga sulit untuk berkomuniksi dengan orang luar daerah.Hingga suatu hari hadirlah Joko. Mereka berelasi, hubungannya akrab dan manis. Lara mencintai Joko dengan tulus, ingin membelai hatinya selalu, tapi tidak ingin memilikinya, karena keduanya sudah berumur senja. Cukup bagi lara, bahwa paling tidak ia merasakan bagaimana cinta itu, bagaimana getar-getar yang ditimbulkan oleh sinyalnya, bagaimana manis dan pahitnya…
Entah kenapa malam ini Lara gelisah memikirkan Joko, mungkin karena diamatinya ada perubahan perilaku Joko akhir-akhir ini. Hingga ia mengirimkan pesan “Aku mengkhawatirkanmu”. Namun pesan itu ditanggapi oleh Joko dengan sangat gusar, dan terjadilah pertengkaran hebat diantara mereka. Mereka saling menyakiti.
Cara yang dilakukan Tuhan untuk berelasi dengan manusia sangat berbeda dengan cara manusia. Dia melihat kita apa adanya, melihat sampai ke dasar hati kita. Ketika Dia menghendaki memilih seseorang, ciri fisik, asal-usul, budaya atau kemampuan yang seperti apapun tidak mustahil, pasti bisa terlaksana.Hal ini sangat berbeda dengan pertimbangan manusia saat berelasi dengan sesamanya.
Mudahnya kita menghakimi
Seringkali kita mudah terjebak untuk menilai seseorang menurut kacamata wawasan kita sendiri, sudut pandang budaya (kultur), atau juga dari segi budaya yang kita kagumi atau menurut kita ideal.Akibatnya, kita sulit sekali untuk bertindak secara bijaksana, terlebih kalau kita merasa menjadi orang yang “baik-baik saja” atau “dalam posisi yang terhormat/mapan”. Mudah sekali kita menuding seseorang, member label, menghakimi sekaligus memvonisnya sebagai seseorang yang buruk/jelek. Pertimbangan hati nuranipun akhirnya melemah, tergeserkan oleh sesuatu yang dinamakan kepantasan duniawi. Demi terjaganya sebuah status/posisi/jabatan, akhirnya suara jeritan hati kecil pun menjadi terabaikan. Yang penting status/posisi/jabatan kita aman dan tidak cemar.
Demi Nama Baik
Demi mempertahankan nama baik atau kenyamanan sebuah jabatan/status/posisi, sering mempengaruhi manusia dalam berelasi. Tidak segan-segan manusia meninggalkan nilai-nilai persahabatan/persaudaraan/cinta kehidupan karena hal itu. Manusia lebh memilih pertimbangan-pertimbangan duniawi seperti pertimbangan adat/tradisi, jabatan/posisi/status yang harus dipertahankan dll.
Secara tragis, Yohanes Pembaptis dan Yesus yang saat itu berani mendobrak tatanan dan kebiasaan manusia yang tidak benar pada waktu itu, akhirnya dibunuh. Hal ini juga didukung pelaksanaannya oleh orang-orang yang memiliki jabatan/status tinggi di pemerintahan, tokoh-tokoh agama dll. Aneh dan tragis, seorang pembawa kebenaran yang selalu menyerukan nilai-nlai cinta sejati dianggap saingan yang membahayakan kalangan atas/pemerintahan/pemuka agama dll. Kondisi seperti inipun sampai sekarang masih sering terjadi. Demi nama baik, kita sering mengabaikan nilai-nilai yang jauh lebih luhur.
Hati Yang Tertutup.
Hati yang tetutup akan menghambat relasi kita dengan sesame.Hati yang tertutup biasanya didasari sebuah apriori (sikap negatif, berprasangka sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya). Sikap apriori ini mudah sekali menghinggapi, baik pada seorang atasan terhadap bawahan atau sebaliknya, yang pasti kebanyakan timbul dalam suatu kelompok heterogen (dengan beragam perbedaan). Perbedaan yang seharusnya menjadi sarana untuk saling melengkapi dan belajar saling memahami, seringkali tanpa kita sadari bisa mengembangkan benih-benih apriori. Keharmonisan hubungan sering terkoyak gara-gara apriori.
Sapaan Tuhan Terhadap Manusia
Tuhan menghampiri orang-orang yang dipilihnya tanpa pandang bulu. Tidak mustahil dari kalangan apapun dan dari manapun.Dihampirinya Petrus (dari kalangan nelayan yang bahkan tidak berpendidikan formal), Lukas (dari kalangan tabib/dokter/ahli kesehatan), rasul-rasul dan pewarta lain (dari kalangan yang sangat beragam), Maria Magdalena ( yang disebut-sebut sebagai perempuan pendosa/pelacur), Paulus (tokoh berpengaruh pada zamannya yang mengejar dan menganiaya pengikut-pengikut Yesus) dll. Saat Tuhan menyapa itulah terjadi proses. Manusia bisa menjawab untuk menaggapi sapaan itu atau tidak.
Tuhan menyapa setiap manusia.Dia menghampiri dan memilih kita. Dia menerima kita apa adanya. Menyelami kedasaran hati kita yang paling dalam. Dia tahu benar apa yang ada di hati kita : ketulusan atau kepura-puraan, kesabaran atau kemarahan, kerendahan hati atau kesombongan, kasih atau kebencian, bahagia atau merana, dll.Jika kita datang menjawab panggilanNya, serahkan seluruh hati dan hidup kita kepadaNya. Jika kita terbuka akan kehendakNya, Dialah yang akan membentuk dan merajut kita. Memberi daya dan kekuatan, untuk melaksanakan tugas-tugas kita sesuai dengan kehendakNya.Ingatlah bahwa akar dan pokok tugas pelayanan kita adalah Yesus jadi tetaplah rendah hati, seperti yang diserukan Paulus. “Jika aku memberitakan Injil aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiki. Celakalah aku,jika tidak memberitakan Injil” (I Korintus 9 :16). Mari kita melakukan tugas-tugas kita dengan gembira dan tetap rendah hati, Tuhan memberkati! (Elis)
Ruang Kitab Suci
Jalan kepada Bapa
Yoh. 14:1-12
Teks
14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
14:2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
14:3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.
14:4 Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ."
14:5 Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"
14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
14:7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."
14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.
14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
14:12 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;
Susunan
Bacaan Injil ini bermula dan berakhir berupa ajakan untuk percaya kepada Yesus (ay. 1, 11) yang pergi kepada Bapa (ay. 2, 12). Di dalam bingkai itu wejangan Yesus dimajukan oleh ketidak mengertian murid-murid yang dua kali menyela (ay. 5 dan 8).
Ayat 1-3: Daripada keadaan gelisah, murid-murid diajak untuk percaya, sebab kepergian Yesus bertujuan untuk menyediakan tempat bagi mereka di rumah Bapa di mana Yesus pun berada.
Ayat 4-6: Ketidakmengertian Tomas mengenai jalan ke mana Yesus pergi membuka pintu bagi Yesus untuk memperkenalkan diri-Nya sebagai jalan dan kebenaran dan hidup.
Ayat 7-9: Maksud perkenalan diri itu dijelaskan oleh Yesus dengan menyatakan: mengenal Aku ialah mengenal Bapa. Ketidakmengertian Filipus memberi Yesus kesempatan untuk mempertajam penjelasan tadi: mengenal dan melihat Aku ialah melihat Bapa. Tidak lagi perlu Yesus menunjukkan Bapa dengan cara tambahan.
Ayat 10-11: Murid akan melihat Bapa dalam diri Yesus kalau ia percaya bahwa Yesus diam dalam Bapa dan Bapa dalam Dia. Hal itu tampak dari perkataan dan pekerjaan Yesus yang tak lain dari perkataan dan pekerjaan Bapa sendiri melalui Dia. Murid-murid kembali diajak untuk percaya akan kesatuan antara Yesus dan Bapa karena pekerjaan-pekerjaanNya itu.
Ayat 12: Merupakan peralihan dari ay. 10i ke 13i. Setelah Yesus pergi, pekerjaan-Nya – bahkan pekerjaan yang lebih besar – akan dilakukan oleh orang yang percaya kepada-Nya.
Konteks
Kepergian Yesus sudah diberitahukan sebelumnya dalam kata pembukaan wejangan perpisahan Yesus (13: 31-38). Dari situ timbul masalah: Apa yang akan terjadi dengan murid-murid yang ditinggalkan? Soal itu menjadi pokok utama seluruh wejangan perpisahan selanjutnya (Yoh 14-17).
Keterangan
Jangan gelisah…percayalah (ay. 1): Kepergian Yesus yang baru saja diberitahukan-Nya (13:33, 36), membuat cemas hati para murid. Untuk mengatasi kegelisahan itu, mereka diajak untuk percaya kepada Allah, hal mana disejajarkan dengan percaya kepada Yesus, artinya berpegang teguh kepada perkataan dan pekerjaan Yesus yang disampaikan di sini.
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal (ay. 2): Janji ini menunjuk bukan hanya kepada suatu tempat tinggal bagi murid-murid nanti di surga, tetapi juga kepada sesuatu yang sudah dapat mulai di tengah dunia ini, yakni bersama Yesus tinggal dalam lingkup kasih Bapa. Kalau murid-murid berpegang pada perintah kasih Yesus , Ia bersama Bapa akan diam bersama mereka (ay. 23). Itu sudah merupakan permulaan dari hidup kekal di rumah Bapa.
Datang kembali dan mengambil kamu kepada-Ku (ay. 3): Hanya terdapat di sini dalam Perjanjian Baru dipakai ungkapan “datang kembali”, kiranya karena langsung didahului oleh kata pergi. Ungkapan ini dalam Yohanes tidak hanya menunjuk kepada kedatangan kembali Kristus di akhir zaman nanti. Bagi Yohanes, zaman akhir telah dimulai sejak Yesus dimuliakan oleh Bapa. Lalu Yesus yang bangkit sudah mulai datang kembali secara rohani pada zaman Gereja. Saat itu juga Ia sudah mulai membawa mereka kepada tempat dimana Ia berada, yakni di dalam Bapa dan Bapa dalam Dia.
Tomas (ay 5): Dalam Injil Yohanes, murid ini digambarkan sebagai seorang realis yang kritis dan tidak cepat percaya. Dengan sikapnya yang demikian dibuka jalan untuk keterangan yang lebih lengkap dan pengakuan yang lebih agung.
Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (ay. 6): Maksud Yohanes bukanlah seperti tafsiran pada umumnya, yakni bahwa Yesus menunjuk jalan hidup yang benar, bahwa Ia memberi contoh hidup benar yang harus kita teladani. Juga bukan bahwa melalui Yesus sebagai jalan, kita sampai kepada kebenaran iman lalu mencapai hidup kekal. Kebenaran dan hidup bukanlah tujuan dari jalan, tetapi adalah intinya. Yesus adalah jalan karena Ia sendiri adalah kebenaran dan hidup. Yesus adalah kebenaran dalam arti bahwa Ia menyingkapkan misteri Allah, membuka rahasia Allah sebagai Bapa. Karena Allah Bapa tidak dilihat oleh seorang pun kecuali oleh Anak yang menyatakan-Nya (Yoh 1:18, 1Yoh. 5:20), maka Anak adalah jalan satu-satunya kepada Bapa (ay. 6b). Yesus adalah hidup dalam arti bahwa Ia hidup dalam kesatuan dengan Bapa (5:26). Karena Ia memberi bagian dalam hidup bersama Bapa kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya (10:10, 28; 11:25i), maka Ia adalah jalan dan hidup serentak
Mengenal / melihat Aku … mengenal / melihat Bapa (ay. 7ii): Yesus telah memperkenalkan diri sebagai jalan dan kebenaran. Hal itu di sini diterangkan-Nya dengan kata-kata yang lebih kongkret. Siapa yang melihat dan mengenal Yesus, mengenal dan melihat di dalam diri Yesus Allah yang mengutus-Nya, Bapa yang menyatakan diri-Nya di dalam Anak, dan berbicara serta bertindak melalui Yesus.
Tunjukkanlah Bapa (ay. 8i): Seperti Tomas tadi, demikian juga Filipus mengilustrasikan kekurangan iman murid-murid Yesus, juga murid-murid-Nya pada masa penulisan Injil. Di sini agaknya disinggung orang-orang Kristen yang tetap mendambakan penampakan-penampakan langsung dari Allah, seperti pernah diberikan di Sinai. (bdk. permintaan Musa pada Kel. 33:18). Dambaan yang keliru itu sekali lagi membuka kesempatan untuk menjelaskan dengan lebih tegas bahwa Allah sudah memperlihatkan dan memperkenalkan diri-Nya sepenuh-penuhnya dalam diri Yesus. kalau orang Kristen mau tahu siapakah Allah Bapa, hendaklah mereka menatap Yesus.
Aku di dalam Dia…(ay. 10): Tinggalnya yang Satu di dalam yang Lain, dan sebaliknya, mengungkapkan kesatuan sempurna antara Bapa yang mengutus Yesus dan Yesus yang menyingkapkan Bapa (10:38). Identitas dan peranan Yesus inilah yang menjadi inti pokok iman kepercayaan Kristiani.
Tidak Aku katakan dari diriKu (ay. 10): Yesus selalu berbicara tentang apa yang disampaikan Bapa kepadaNya (5:19, 30 ; 12:49i). Di dalam perkataan Yesus Allah sendirilah yang berbicara dan menyatakan diri.
Bapa melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya (ay. 10i): Yesus tidak berbuat apa-apa dari diri-Nya sendiri (8:28). Tanda-tanda yang dikerjakan-Nya adalah tindakan Bapa melalui Dia. Dari pekerjaan-pekerjaan itu murid dapat melihat dan percaya bahwa Yesus bersatu penuh dengan Bapa, jikalau kiranya mereka belum percaya berdasarkan perkataan-Nya.
Pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar (ay. 12): Ini bukan pekerjaan-pekerjaan dari murid sendiri, melainkan pekerjaan yang Yesus lakukan melalui mereka yang percaya kepada-Nya. Pekerjaan yang lebih besar yang telah diberikan Bapa kepada Yesus ialah membangkitkan dan menghidupkan orang (5:20i). Murid-murid dilibatkan dalam pekerjaan Yesus itu (20:21ii).
Amanat
Tema bacaan Injil ini cukup tinggi dan sepertinya cukup jauh dari pergulatan hidup kita sehari-hari. Kesibukan kita ialah dengan kehidupan di dunia ini. Lalu untuk apa berbicara tentang hal yang tinggi-tinggi ini? Untuk mengangkat hati kita ke atas dan memberikan keberanian untuk beriman. Kabar gembira Injil ini dapat menggerakkan iman di tengah kehidupan yang tidak hanya mempunyai sukacita, tetapi juga kegelisahan dan kecemasan, Di tengah kegelisahan, kita diajak untuk tetap percaya, menggantungkan diri kepada Allah dengan berpegang kepada janji Yesus. Ia telah pergi untuk mempersiapkan tempat bagi kita di rumah Bapa , Ia kembali untuk membawa kita ke tempat di mana Bapa dan Yesus berada. Tempat itu tidak amat jauh dalam ruang dan waktu, sebab kesempatan untuk diam bersama Yesus di dalam Bapa sudah tersedia dalam setiap situasi di mana pengikut Yesus mewujudkan perintah cinta-kasih-Nya. Injil ini sebenarnya harus membangkitkan semangat dan sukacita besar kepada kita. Yesus begitu mengasihi kita dan Dia tidak mau kita dipisahkan dari Dia. Itulah kepastian iman yang diberikan oleh Yesus kepada kita. Kita tidak perlu cemas dan gelisah tentang masa depan kita, tentang hidup yang akan datang, hidup dalam rumah Bapa. Kita harus percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya. Kita mempunyai kepastian untuk tinggal di rumah Bapa. Yesus menjamin hal itu kalau kita sungguh-sungguh memandang ajaran dan karya Yesus, dan memperhatikan bagaimana Allah Bapa sendiri berbicara dan bekerja dalam dan melalui Yesus, maka terlihat pula bagaimana Bapa diam di dalam Dia dan Dia hidup di dalam Bapa. Itulah hidup yang sesungguhnya. Yesus adalah hidup itu. Hidup sejati itu, kesatuan hidup-Nya dengan Bapa, dibagikan-Nya kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Ia membuat mereka tinggal bersama diri-Nya dalam diri Bapa, dalam ‘rumah’ Bapa, mulai dari sekarang. (Stefan Surya T.)
Sabtu, 07 Mei 2011
Orang Kudus 1
Beata Rose Venerini, Pengaku Iman
Rose Venerini lahir di Viterbo, Italia pada tahun 1656. Ayahnya, Godfrey Venerini adalah seorang dokter. Di bawah asuhan kedua orangtuanya, Rose berkembang menjadi seorang putri yang berbudi luhur dan beriman. Ketika menanjak dewasa, ia hendak dikawinkan dengan seorang pemuda. Tetapi kematian terlalu cepat datang menjemput calon suaminya itu. Kematian calon suaminya ini menggerakkan hatinya untuk memasuki kehidupan membiara. la bermaksud membaktikan seluruh hidupnya hanya pada Tuhan. Untuk itu ia masuk sebuah biara di Viterbo, daerah asalnya. Tetapi rupa-rupanya cara hidup membiara bukanlah cara hidup yang dikehendaki Tuhan dari padanya. Setelah beberapa lama menjalani hidup membiara, Rose terpaksa meninggalkan lagi biara Viterbo, karena ayahnya meninggal dunia. Cinta dan rasa tanggung jawabnya terhadap ibunya memaksa dia untuk pulang ke rumah guna mendampingi ibunya yang mulai hidup menjanda.
Waktu-waktu luang di rumah diisinya dengan mengumpulkan para pemudi tetangganya untuk berdoa rosario dan merenungkan Kitab Suci. Kesempatan baik ini dimanfaatkannya pula untuk memberikan bimbingan dan nasehat yang berguna bagi pemudi-pemudi itu.
Meihat kegiatan-kegiatan Rose ini dan menyadari bakatnya dalam bidang pendidikan, Ignasius Martinelli, seorang imam Yesuit di Viterbo, meyakinkan dia akan panggilan hidupnya yang sesungguhnya, yakni menjadi pendidik dan pembimbing kaum muda. Panggilan menjadi guru lebih cocok baginya daripada panggilan hidup kontemplatif sebagai seorang biarawati. Nasehat dan peneguhan Pastor Ignasius ini mengena di hati Rose. Maka sebagai tindak lanjut, Rose bersama dua orang rekannya mendirikan sebuah sekolah untuk para pemudi di Viterbo. Sekolah ini ternyata berjalan dengan baik sekali. Rose ternyata memiliki baleat besar di bidang pendidikan. Bakat ini ditunjang oleh sifat-sifatnya yang baik dan pantang menyerah pada berbagai kesulitan. Keberhasilan usahanya ini segera membuat dia dikenal banyak orang dan dicintai oleh murid-muridnya. '
Kardinal Martinus Barbarigo pun mendengar semua keberhasilan Rose di bidang pendidikan. Karena itu ia segera mengundang Rose dan meminta kesediaannya untuk menatar para guru dan membenahi administrasi sekolah-sekolah yang ada di wilayah Keuskupan Montefiascone. Permintaan Kardinal ini diterimanya dengan senang hati dan dilaksanakannya dengan sangat memuaskan. Kesempatan penataran ini diman-faatkannya untuk membina relasi dengan para guru. Bahkan lebih jauh penatanan itu mendorong dia untuk mendirikan sebuah perkumpulan untuk menghimpun guru-guru. Perkumpulan ini akhirnya didirikan pada tahun 1713.
Setelah lama berkarya di bidang pendidikan, Rose meninggal dunia pada tanggal 7 Mei 1728. Nama baik dan kesucian hidupnya diperkuat dengan banyak tanda mujizat. Pada tahun 1952, ia dinyatakan sebagai 'beata' (Yang Bahagia.). Perkumpulan guru-guru yang didi-rikannya diubah menjadi sebuah Kongregasi Suster. Kongregasi ini kemudian tersebar ke Amerika ketika para Suster Venerini berimigrasi ke Amerika.
Orang Kudus 2
Santo Dominikus Savio, Pengaku Iman
Dominikus Savio lahir di Riva di Chieri, Italia Utara pada tanggal 2 April 1842. Semenjak kecilnya, dia sudah menunjukkan suatu perhatian dan penghargaan yang tinggi pada doa-dan perayaan Misa Kudus. Setelah menerima Komuni Pertama pada usia tujuh tahun, ia menjadi putra altar yang rajin di gereja parokinya. Orangtuanya kagum, lebih-lebih akan ucapannya yang terkenal berikut: "Lebih baik mati daripada berbuat dosa". Ucapan ini menunjukkan suatu tahap kematangan rohani yang melampaui umurnya yang masih sangat muda itu.
Setelah menamatkan sekolah dasarnya, Dominikus menjadi murid Santo Yohanes Don Bosco di Turin pada sebuah sekolah yang khusus bagi anak-anak orang miskin. Di mata Don Bosko, Dominikus adalah seorang remaja yang berkepribadian menarik, bahkan seorang anak yang dikaruniai rahmat Allah yang besar. Oleh karena itu, Don Bosco memberi perhatian khusus padanya selama berada di Turin dengan maksud memasukkannya dalam pendidikan seminari.
Sementara menjahani pendidikan di Turin, tumbuhlah dalam hatinya suatu kepastian bahwa ia akan menemui ajalnya dalam masa mudanya. Kepada Don Bosco gurunya, ia mengatakan: "Tuhan membutuhkan aku untuk menjadi orang kudus di surga. Aku akan mati. Bila aku tidak mati, aku akan tergolong manusia yang gagal".
Pada usia 20 tahun, ia mempersembahkan dirinya kepada Bunda Maria dengan suatu janji untuk selalu hidup murni. Kepada Bunda Maria, ia pun meminta agar ia boleh meninggal sebelum ia melanggar janji itu. Permintaan ini didorong oleh rasa takutnya pada kemungkinan jatuh dalam dosa. Untuk menjaga janji kemurniannya, ia senantiasa berdoa dan memohon pengampunan dosa dari Pastor Don Bosko.
Oleh pengaruh kesalehan Don Bosko, Dominikus dengan tekun mengusahakan keberhasilan dalam usaha belajarnya. Di antara kawan-kawannya, ia menjadi seorang rasul yang aktif. Ia membantu memberi pelajaran agama dan mata pelajaran lainnya serta merawat orang-orang sakit. Untuk mendidik anak-anak yang bandel, ia mendirikan sebuah klub remaja dan memberi mereka pelajaran agama.
Pada tahun 1856 ia jatuh sakit. Dokter yang merawatnya membujuk dia agar pulang saja ke rumah orangtuanya. Tetapi dia menolak bujukan itu. Pada tanggal 9 Maret 1857, ia menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Lalu pada pukul sembilan malam itu, ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Pada tahun 1950, ia dinyatakan 'Beato' dan pada tahun 1957 dinyatakan sebagai 'Santo'. Dominikus Savio diangkait sebagai pelindung klub-klub remaja.
Percikan Pengalaman
Ketika Tuhan Memanggil
oleh : J.D. Lehera
Masa kecil di kampungku di Flores Timur diisi dengan kegiatan ajuda (misdinar). Tugas berebutan dengan rekan sebab Pastor Paroki sebulan sekali mengunjungi kampungku. Disamping itu aku menjadi anggota Kongregasi St. Aloysius. Tugas pokok Doa Pagi dan Malam, serta latihan Koor di gereja sesudah Doa Malam. Itulah yang aku lakukan semasa kecilku.
Setelah aku bekerja semua yang indah semasa kecilku mulai aku tinggalkan hanya mencari duit dan duit, ke gereja hari Minggu kalau sempat. Duit itu pula yang menutup mata dan batinku.
Tuhan menangkap aku. Dalam rangka merebut Irian Barat tahun 1962 aku bergabung dengan pasukan Paratrop Angkatan Udara RI bertugas sebagai gerilyawan RI di Merauke. Dalam pesawat yang menerbangkan aku dan banyak rekan, tugas pokok adalah membunuh marinir Belanda atau aku mati terbunuh dalam suatu pertempuran. Jamahan Tuhan mulai terasa saat aku terjun dengan parasut hampir terjadi malapetaka parasutku tersangkut di pohon dalam hitungan menit aku pasti meninggal. Disaat terakhir aku mohon perlindungan Tuhan jika memang aku meninggal aku sudah pasrah. Ternyata maksud Tuhan lain aku ditolong rekan. Tugas bergerilya aku jalani meski phisikku kurang stabil akibat kecelakaan.
Gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda diumumkan melalui pamflet yang disebarkan pesawat terbang ketika aku bergerilya di hutan belantara Merauke. Pemerintah Pusat Jakarta memerintahkan semua gerilyawan masuk kampung terdekat untuk konsolidasi.
Tangan Tuhan mulai menjamah. Mayor Beny Murdani dari RPKAD (Kopasus AD) menyuruh aku menjemput pastor di pinggir pantai untuk misa. Daerah yang aku lalui beberapa waktu sering terjadi baku tembak antara gerilyawan Indonesia versus Marinir Belanda. Ketika tiba di pantai ketika melihat Marinir Belanda yang mengawal pastor naluriku muncul ingin membunuh sesaat aku lepas kontrol. Namun batinku mulai berbicara bahwa tugasku adalah menjemput pastor. Jika aku membunuh Marinir Belanda sesudah gencatan senjata pasti aku ditangkap tentara PBB dari Pakistan.
Rencana Tuhan sulit ditebak. Legio Maria mempromosikan aku untuk menjadi seorang Pemimpin Umat. Caranya harus mengikuti Kursus Kepemimpinan di Bruderan Budi Mulia selama tiga bulan. Pada tahun 1968.
Setelah lulus aku dipromosikan lagi mengikuti Kursus Guru Agama Pembantu di Paroki Katedral tahun ajaran 1969-1970. Pastor Paroki pun mulai melirik aku menyuruh mengikuti Kursus Kateketik Keuskupan Bogor tahun ajaran 1981-1982. Sementara berjalan Pastor Paroki membuka kursus kitab suci selama sembilan bulan mulai bulan Maret sampai Desember 1982 dan aku disuruh sebagai Staff Perencana. Sementara berjalan Dewan Paroki menunjuk aku mendirikan Seksi Kitab Suci mulai masuk rukun.
Aku mulai terlepas dari genggaman Tuhan. Bulan April 1987 aku pensiun dari Angkatan Udara RI lagi dan lagi-lagi duit melulu yang aku cari. Ke gereja kalau ada waktu. Alasan cape dan lain-lain itulah alasan pokok.
Allah mulai menangkap aku lagi. Melalui ibu Irene dari PDKK St. Maria Fatima aku disuruh mengikuti SEP II Keuskupan Bogor tahun 2001 dan mengikuti penataran Prodiakon angkatan kedua. Aku jalani tanpa terputus. Aku hanya melaksanakan tanpa pikir bagaimana ke depannya.
Aku ditangkap Tuhan untuk kesekian kalinya. Bulan Oktober 2003 di aula SD Regina Pacis ketika ada acara PDKK St. Maria Fatima aku diajak bapak Albert Iskandar yang saat itu Ketua Seksi Kitab Suci Paroki. Aku disuruh mulai merencanakan kursus Animator bulan Januari 2004. Aku tekuni dan berhasil. Pada tahun 2005 bulan Januari aku disuruh menyusun program kursus kitab suci untuk Pemandu. Aku tekuni sebab sebagai Sekretaris Kitab Suci harus dapat bekerja tepat waktu. Bulan Januari 2006 diadakan lagi kursus Pemandu tingkat Terampil. Kali ini aku disuruh bapak Albert Iskandar sebagai Pembicara. Aku tekuni namun aku jujur, apakah aku bisa? Aku bertanya pada Tuhan. Tidak ada yang mustahil di dalam Tuhan. Aku mulai menyusun bahan. Aku tertarik dengan metoda Pendalaman versi Lectio Divina yang sering dituturkan bapak Albert Iskandar kepada aku. Aku menyusun lagi metoda Renungan dan berhasil jadilah aku sebagai Pembicara senior di depan rekan-rekan se wilayahku dan wilayah lainnya. Aku mulai sadar jangan sampai aku terjebak pujian atau sok tahu. Aku minta Pembicara Senior diantaranya bapak T. Alen dan bapak Albert Iskandar serta rekan lama Diar Sandjaja untuk mengoreksi cara berdiri dan cara berbicara dan cara menyampaikan bahan kepada peserta. Ketiga rekan Pembicara diatas cuma menilai dialek orang Flores dan gaya Tentara agar dikurangi. Aku terima sambil mengaca diri sebab ilmu kepemimpinan mengajarkan bahwa seseorang yang ingin mahir dalam suatu bidang dalam Paroki harus terima kritik dan arahan dari orang lain.
Aku ditangkap lagi oleh Tuhan. Bapak Bram Usmanyi dan Willy Adams dari Seksi Komsos Paroki Katedral mengajak siaran di RRI Bogor hari Rabu. Aku tekuni sebagai Penyiar selama tiga tahun. Setiap siaran RRI Bogor aku selalu ditunjuk sebagai Narasumber Kitab Suci. Aku menyadari aku bukan sekolah tinggi setingkat KPPKS alumnus Shekinah Jakarta. Namun semua itu berkat belajar tiada henti. Bertanya tiada malu dan gengsi. Mendengar tiada bosan dan dikritik sambil senyum meskipun betapa rasa sakit bila direnungkan.
Sekarang aku mulai menyadari. Ketika ditangkap Tuhan aku harus mengatakan “ya”. Sebab Tuhan telah memakai orang lain menawarkan kepadaku untuk memulai suatu tugas demi kepentingan Gereja Paroki Sukasari. Aku mulai menghilangkan ego sok pintar dan tidak sudi dikritik.
Dibalik semua itu ada rencana Tuhan yang sulit ditebak manusia. Tuhan pula menangkap orang-orang pilihanNya agar memulai suatu karya dalam Paroki Sukasari untuk mempertobatkan orang lain meskipun orang tersebut mungkin pada hari-hari sebelumnya sering bermasalah dalam Rukun. Sekali lagi dalam Tuhan tiada yang mustahil. Semoga berguna.
Tuhan memberkati!!!
Renungan 1
Awalnya Biasa-Biasa Saja
SEBELUM kita mengenal arti persahabatan dengan seseorang yang kita kenal semua bermula dari sebuah proses pertemanan yang biasa-biasa saja. Semakin kita sering berjumpa dengannya untuk suatu alasan, kita lalu mengerti bahwa kita dengan sahabat kita saling membutuhkan dan merasa bergantung. Dan ini memungkinkan karena kita telah sama-sama percaya juga karena telah mengenal masing-masing pribadi secara personal.
Aku telah dibaptis secara Katolik sejak masih bayi, meskipun demikian baru tahu akan gereja dan Tuhan setelah menginjak usia anak SMU. Dan semakin sering aku mendapatkan pencobaan karena Tuhan, baru mengerti dan mengenal Dia secara personal juga mendalam setelah menginjak usia dewasa.
Hari Minggu, 27 Maret 2011 aku mendapatkan bacaan Injil Yohanes tentang percakapan Tuhan dengan seorang perempuan Samaria, (Yoh. 4:5-42). Diceritakan bagaimana Tuhan dan perempuan Samaria saling bertemu, lalu bercakap-cakap dalam proses perkenalan dan akhirnya bersahabat baik sati dengan lainnya. Dan Tuhan yang semula dikira seorang musafir, kemudian peramal nasib, akhirnya diakui sebagai Mesias hidup di hatinya, para tetangganya dan kenalannya. Air itu telah memancar dari hatinya.
Mungkin kita dalam pergaulan dengan Tuhan sering hidup bak perempuan Samaria untuk pertobatan kita. Begitu pula aku. Kenakalan demi kenakalanku sejak usia remaja telah memprihatinkan Tuhan sehingga Tuhan memutuskan diriNya menangkap aku di usia sekitar 30 tahunan. Aku baru bisa menangis dan meminta Bapa agar Tuhanku, Yesus hidup bersamaku dan memimpin serta menuntun aku pada masa-masa pencobaan yang aku terima. Dan aku masih ingat betul kalau ini terjadi setelah aku ditinggalkan oleh kekasihku yang memutuskan dirinya menikah dengan orang lain. Pada saat itu aku tak tahu harus berbuat apa. Pada saat itu pula batinku hancur karena aku mengalami kebingungan yang hebat, sedih, takut, marah, malu dan cemburu akan keputusan kekasihku.
Tetapi pada waktu lain di rumah kakekku di Samigaluh, Kulon Progo Yogyakarta aku menemukan buku doa saku. Karena aku tak tahu harus berbuat apa, untuk kedamaian hati ini aku mencoba membaca isi buku itu dan kutemukan cara-cara berdoa rosari yang benar.
Aku harus berterima kasih pada seorang dari sahabat-sahabatku sewaktu aku masih kuliah, Didiek Kulit. Kala itu aku teringat dia karena dia selalu setia berdoa rosario saat senang, bahagia dan gembira juga sedih dan susah yang ketika dia berdoa sering kuanggap buang-buang waktu saja.
Aku belajar dari kesalahan-kesalahanku pada Tuhan seperti hal-hal keterlaluan karena memandang remeh doa rosario. Kini di usiaku yang hampir separuh abad kebiasaan untuk berdoa rosario dari buku saku yang kutemukan di rumah kakek tetap kujalankan dan berharap doa-doaku didengarNya sehingga aku memperoleh rahmat dan kedamaian batin karena berdoa.
Rosario sebenarnya telah aku kenal sejak aku masih anak-anak, karena pada saat itu aku merasa masih susah berdoa, doa yang sempurna untuk pemulihan dosa dan ampunan tak kuperhatikan. Kutemukan devosi dengan mengulangi doa Salam Maria lewat rosari sungguhlah memberikan kesejukkan batin karena kita atau aku menghormati BundaNya yang secara rohani adalah tempat kita berteduh pada Ibu kita sendiri, karena kalau saja kita sudah dapat menghormati ibu kita sendiri apalagi BundaNya.
Semakin sering aku, karena pengalamanku, berdoa rosari semakin pula rahmat itu mengalir sehingga aku kuat dan bisa bersaksi hingga saat ini dan semakin aku mengenal dengan baik sahabat sejati, guru ilahi dan Tuhanku juga Allahku, Yesus. Dari berdoa menghormati Maria, Bunda rohaniku aku pun dapat berdoa yang lain baik itu permohonan atau pun ucapan syukurku tidak saja untukku sendiri tetapi juga sesama yang membutuhkan doa bahkan musuh-musuhku karena aku dalam pengharapan ingin hidup dan menerima yang baik dari Yesus, Tuhan.
Dari contoh pertemanan antara perempuan Samaria dan Tuhan kini kita dapat banyak belajar dan melihat dengan mata iman kita bahwa Yesus akan banyak memberikan air hidup entah untuk kita sendiri atau pun untuk sesama. Air hidup yang diberikan Tuhan akan memancar seperti mata air yang besar asalkan kita mau menerimaNya dan hidup di jalan tobat kita. Sungguh agunglah Tuhan kita, Yesus Kristus karena Ia mau dna dapat mengerti juga memahami kita sebagai sahabat asalkan pula kita mau memberi tempat bagi firman dan sabdaNya dan juga menerima Dia sebagai penebus kita.
Jika saja harus kutulis satu per satu akan kebaikan dan kesetiaanNya yang telah hidup di hatiku ini kiranya lembar demi lembar isi majalah ini tak akan cukup untuk kuuraikan betapa baikNya Allah kita, akan tetapi baiklah sedikit aku memberikan renungan yang dapat kita sharingkan bersama dari pengalamanku yang kutulis biasa-biasa saja, kiranya menjadi jalan untuk membuka rahasia Tuhan untuk kita manusia, citra dan gambaranNya serta ciptaanNya supaya menjadi hal yang tak biasa-biasa saja. (Ipung)
Renungan 2
Yesus Hadir di Dalam Hati Orang Yang Mengasihi Dia
(Yoh. 14:15-21)
Wejangan ini menyangkut hal tentang persatuan hidup yang ingin dibina Yesus dengan orang yang percaya kepada-Nya. Atas permintaan Yesus, Bapa akan memberikan bagi para pengikut-Nya “Seorang Penolong yang lain”, yaitu Roh Kebenaran. Ini tidak berarti bahwa dengan demikian peran Yesus sebagai penolong telah berakhir. Ia akan tetap menjadi penolong umat manusia di bumi, maupun di surga. Roh Kebenaran bertugas menyatakan kebenaran mengenai Yesus kepada dunia, sebagaimana Yesus menyatakan kebenaran tentang Bapa kepada dunia. Karena itu, hanya orang yang menerima Yesus yang dapat menerima Roh Kebenaran atau Roh Kudus itu.
Yesus akan menyatakan diri pada para pengikut-Nya, tetapi tidak kepada dunia; itu menjadi persoalan. Pernyataan diri Yesus di sini tergantung dari penerimaan firman dan hidup menaatinya. Pernyataan firman harus ditanggapi dengan penerimaan dalam iman. Penerimaan dalam iman menjiwai manusia untuk hidup menurutinya. Dan dalam penerimaan firman, penjiwaan hidup dan perbuatan itulah Bapa sudah hadir, bersama Putera dan Roh-Nya. Tuhan tidak datang dan menyatakan diri dari luar, melainkan Ia hadir di dalam, setelah manusia membuka hatinya dan Tuhan menyebarkan firman-Nya, yang akan tumbuh dalam perbuatan menuruti perintah Tuhan. Inilah kasih. Dan kasih manusia akan ditanggapi dengan kasih Bapa, dan kasih itu begitu dalam dan begitu mesra, hingga diungkapkan sebagai: “Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” . Sebaliknya yang tidak menuruti firman, tidak ada hubungan dengan Bapa di dalam hatinya.
Hubungan dari dalam, itu yang berarti bagi manusia. Yesus sudah menyampaikan banyak dari Bapa dengan kata-kataNya, tetapi kalau Bapa dan Putera diam dalam hati manusia, maka Roh-Nya akan tinggal tetap pada manusia dan bekerja, karena diutus sebagai Penghibur. Maka pernyataan firman tidak akan berhenti atau dibatasi lagi, tetapi Roh akan mendampingi manusia dengan kepenuhan kehadiran-Nya. Dan manusia akan dibimbing oleh Roh pada kepenuhan hidup. (Stefan Surya)
Renungan 3
Ketika Ditangkap Tuhan
Saulus dalam Kisah Para Rasul bab 8:1-3 sudah diperkenalkan sebagai musuh jemaat Kristen. Dengan giat ia menahan mereka, memasukkan mereka ke dalam penjara dan menyetujui untuk membunuh mereka, seperti yang dialami oleh Stefanus (Kis 8:1a). Hal tersebut semakin dipertegas dalam Kis 9:1-2 di mana dikatakan: “Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.” Nafsunya untuk menangkap dan membunuh orang Kristen meluas sampai ke Damsyik, ibu kota Siria. Juga dalam kesaksian dan pembelaan Paulus sendiri kepada orang Yahudi dikatakannya: “Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara.” (Kis 22:4). Dan ketika pembelaan Paulus di hadapan raja Agripa dia mengatakan :“Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.” (Kis 26:10-11).
Keadaan Saulus, juga disebut Paulus (Kis 13:9), sebagai penganiaya pengikut Jalan Tuhan itu diulang beberapa kali dalam bacaan Kis 9:1-20, sebagai semacam refrein dan itu didengar lagi dari mulut Yesus (ay. 4-5), dari Ananias (ay. 13-14), dari orang-orang Damsyik (ay. 21). Dengan refrein ini Lukas tidak hanya bermaksud melukiskan rasa takut yang pernah menimpa jemaat pertama, tetapi terutama ia ingin menggarisbawahi suatu kontras: seorang penganiaya yang gigih diubah menjadi seorang saksi Yesus; dari seorang yang telah menimpakan banyak penderitaan pada orang yang percaya kepada nama Yesus, diubah menjadi seorang yang pada dirinya sendiri akan menanggung banyak penderitaan karena nama Yesus itu (ay. 16).
Kontras itu ingin ditekankan untuk menggarisbawahi kebebasan dan kekuasaan Tuhan yang memanggil. Tetapi selain itu, mungkin juga untuk menjawab suara-suara anti Paulus dalam Gereja Sepanjang abad pertama ada orang yang tidak setuju dengan cara Paulus mewartakan injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Mereka menganggap misinya bertentangan dengan kehendak Tuhan; itu sebagai prakarsa Paulus sendiri saja; atau sebagai pekerjaan Iblis yang menggunakan ambisi manusiawi Paulus. Tetapi, jawab Lukas, coba lihat apa yang merupakan ambisi Paulus waktu itu masih disebut Saulus: ia berhasrat membunuh orang Kristen sebanyak mungkin. Kalau seorang yang berambisi memusnahkan jemaat Kristen, akhirnya toh menjadi seorang pewarta Kristus, maka perubahan sebesar itu hanya mungkin karena tindakan Tuhan sendiri. Tuhanlah yang telah mematahkan ambisi Saulus dan memanggilnya menjadi rasul bangsa-bangsa.
Panggilan Saulus yang menyebabkan pertobatannya, di mana saat dalam perjalanan ke Damsyik, Saulus digambarkan sebagai orang Yahudi sejati yang segera memahami arti cahaya dan mengenal suara yang memanggil itu; ia menyadari bahwa didekati Tuhan! Lalu ia rebah ke tanah. Namun ia masih bertanya juga, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Pertanyaan itu membuka jalan untuk suatu perkenalan diri Tuhan yang menjadi tujuan perjumpaan ini: “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.” Tuhan yang menampakkan diri kepada Paulus, tidak lain adalah Yesus yang sedang dianiaya oleh Saulus. Yesus yang gerakan-Nya ingin dibinasakan oleh Saulus, dinyatakan kepadanya sebagai Tuhan. Saulus yang matanya sudah disilaukan oleh cahaya dari surga, ditinggalkan dalam kegelapan total oleh perkenalan yang sangat mengguncangkan ini. Ia tidak dapat melihat lagi. Ia disuruh pergi ke Damsyik untuk menerima penjelasan lebih lanjut di situ. Tetapi, ia tidak sanggup pergi sendirian. Dia yang tadi berencana untuk menangkap dan membawa orang Kristen ke Yerusalem, sekarang setelah ditangkap harus dibawa oleh kawan-kawannya masuk ke kota Damsyik (Kis 9:8).
Dampak perjumpaan Paulus dengan Kristus yang sudah bangkit memberikan bukti yang melimpah, bahwa hal itu dialami dengan penuh kesadaran yang mantap; dan hal itu jelas dapat ditafsirkan, seperti yang memang dilakukan oleh Lukas, sebagai hal yang mengubah musuh Kristus menjadi rasul-Nya.
Kemudian pada seorang murid-Nya yang bernama Ananias, yang ada di Damsyik, Tuhan berfirman: “Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa.” (Kis 9:11,15).
Setiap dari kita, pada suatu saat, kalau kita sudah menyadari akan kedosaan, kelemahan, menyerahkan diri kita ke dalam tangan Tuhan secara utuh, akan mendengar kata-kata sama: “Engkau ini alat pilihan bagi-Ku”. Seperti dikatakan Yoh 15:16: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” Pada kenyataannya kita harus menerima diri apa adanya, dan mengakui ketergantungan kita dari Tuhan. Tidak perlu kita mengeluh akan kedosaan yang sudah lalu, kekurangan, keterbatasan kita, menuduh orang lain, mempersalahkan situasi. Lebih baik kita menerima diri apa adanya, mengakui ketergantungan kita total pada Tuhan. Semua dosa dari kita asalnya. Keterbatasan kita Tuhan tahu. Namun kita menyerahkan diri pada Tuhan, semakin utuh semakin kita akan digunakan menjadi alat pilihan di tangan-Nya. Tidak ada sesuatu keburukan, yang Tuhan tidak dapat memperbaikinya. Saulus yang mengejar dan menganiaya umat, dalam tangan-Nya lewat suatu proses diubah menjadi alat pilihan, dan Paulus sadar, mau bekerja sama dalam proses pembentukan itu. (Stefan Surya T.)
Ruang Bina Iman Anak
MENCERITAKAN KEBAIKAN-KEBAIKAN TENTANG ALLAH
ALLAH ADALAH BAPA PUTRA DAN ROH KUDUS
Sebuah misteri Allah yang lain adalah tiga yang menjadi satu (tiga pribadi yang esa). “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita.” kata Allah pada mulanya (Kejadian 1:36). “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaannya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:1,14). “Sebab Tuhan adalah Roh.” (2 Korintus 3:17). Jadi ketika kita mengatakan “Allah”, kita bicara tentang Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dibawah ini ada contoh-contoh sederhana untuk dipakai mendorong gagasan diskusi mengenai sifat Allah yang “satu namun tiga”.
18. Buah Apel
Irislah buah apel sementara anak-anak memperhatikannya. Ambillah sebagian kulit apel yang telah dikupas dan ditunjukkan kepada anak-anak. Tanyakan kepada mereka apakah ini jeruk atau mangga. Kemudian ambil sebuah biji dari apel tadi dan tunjukkan kepada anak-anak. Tanyakan apakah ini biji anggur atau biji tomat. Buah apa yang akan dihasilkan biji tersebut. Tentu saja buah apel. Berikan seiris daging buah apel kepada anak-anak untuk dimakan. Tanyakan kepada mereka apakah itu pisang atau semangka. Tunjukkan bagian-bagian yang terpusat dari apel terpusat dari apel tersebut. Mengapa kupasan kulitnya dapat disebut apel? Mengapa biji-bijinya dapat disebut apel? Mengapa dagingnya dapat disebut apel? Mereka adalah tiga bagian yang berbeda dari benda yang sama. Demikian juga dengan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Mereka berbeda satu sama lain, tetapi mereka semua adalah Allah.
19. Air
Ajaklah anak-anak mengamati uap air yang berasal dari panci di atas kompor yang berisi air yang mendidih. Apakah uap itu? Itu adalah bentuk lain dari air. Tunjukkan kepada anak-anak potongan-potongan es batu. Apakah es itu? Itu adalah bentuk lain dari air. Mengapa uap, es dan air bisa berbeda-beda bentuknya tetapi merupakan zat yang sama? Mereka adalah tiga bentuk yang berbeda dari zat yang sama. Demikian juga dengan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Mereka berbeda satu sama lain, tetapi mereka semua adalah Allah.
20. Sepucuk Surat
Tulislah kalimat, “Aku mengasihi kamu.” diatas selembar kertas. Tanda tanganilah surat itu dan bubuhkanlah “stempel” diatas tanda tangan. Stempelnya dapat dibuat dari stiker, tetasan lilin, buatan kreatifitas. Lipatlah surat itu dan masukkan sebuah amplop. Alamatkan kepada anak-anak anda dan kirimkan lewat pos. ketika anak-anak menerimanya, gunakanlah surat itu untuk menjelaskan sebagai berikut :
a. Orang yang mengirimkannya – Allah Bapa memikirkan dan merencanakan apa yang menurutNya perlu diketahui.
b. Surat itu sendiri (isi) – Allah Putra adalah Firman, Dia menyampaikan rencana-rencana dan pikiran-pikiran Allah kepada kita (Yohanes 1:1,14).
c. Tanda tangan/stempel – Allah Roh Kudus memateraikan pesan dan membuktikan bahwa Allah adalah pengirimnya (Efesus 1:13-14).
21. Ayah Mempunyai Anak-Anak
Mintalah setiap anggota keluarga untuk membuat cetakan tangan dari segumpal lilin/,alam. Bercakap-cakaplah tentang menjadi bagian dari keluarga yang sama walaupun masing-masing adalah bagian yang berbeda. Seperti yang ditunjukkan oleh cetakan tangan kanan, kalian masing-masing merupakan pribadi yang unik. Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah tiga bagian dari Allah dalam sebuah hubungan komunitas. Setiap bagian adalah unik, tetapi ketiga bagian itu membentuk Allah kita yang esa (Kejadian 1:1-2 dan Yohanes 1:1-4,12).
22. Seorang Ayah Membuat Peraturan
Allah adalah Bapak yang baik, memberi kita peraturan-peraturan untuk membuat kita aman dan sehat. Kita mungkin tidak mengerti mengapa Dia membuat beberapa peraturan. Tetapi kita percaya bahwa Allah melihat hal-hal yang tidak kita lihat. Dia mempunyai alasan-alasan yang baik untuk peraturan-peraturanNya. Mintalah anak-anak untuk menyebutkan alasan-alasan Allah memberikan peraturan itu kepada kita.
23. Allah Beserta Kita
Yesus datang ke dunia untuk meluangkan waktu bersama kita dan memberi tahu kita seperti apa Allah itu. Sesungguhnya Alkitab menyebut Yesus “Emanuel” yang artinya “Allah menyertai kita” (Matius 1:23). Seperti apakah Yesus? Dia hanya melakukan apa yang diinginkan BapaNya. Dia menunjukkan kepada kita bahwa Allah itu kasih.
24. Allah Roh Kudus Kuasa Yang Tidak Terlihat
Biacara tentang Roh Kudus. Roh Kudus berada di luar jangkauan penglihatan kita tetapi nyata dan Dia adalah kuasa yang melaksanakan kehendak Allah di sekeliling kita dan di dalam kita. Dengan membaca beberapa ayat kitab suci dan beberapa kisah Allah tentang bagaimana Roh Kudus memperlengkapi orang-orang dengan kuasa tersebut dengan kuasa.
a. Hakim-Hakum 14:15
b. 1 Samuel 10,16
c. Lukas 1:35, Lukas 4:14
d. Kisah Para Rasul 2
e. Efesus 3:18
25. Allah Roh Kudus, Sumber Kekuatan Kita
Katakan kepada anak-anak bahwa Allah menciptakan kita masing-masing untuk menjadi tempat kediaman Roh Kudus. Orang-orang percaya adalah bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19). Roh Kudus bekerja untuk menumbuhkan hikmat Allah di dalam kita. Yesus menyebut Roh Kudus sebagai “Penasehat” (Yohanes 14:26). Roh Allah yang kudus juga bekerja untuk menumbuhkan karakter dan kemurnian ilahi di dalam kita (Galatia 5:22-23).
26. Roh Kudus Materai Kepunyaan Allah
Ceritakan kepada anak-anak bagaimana raja-raja jaman dulu membubuhkan cap atau materai kerajaan di atas surat-surat khusus yang mereka kirimkan. Bahkan sekarang ini kita mempunyai dokumen-dokumen khusus yang bermaterai atau ditandari. Tunjukkan kepada mereka sebuah akta kelahiran adalah dokumen yang disahkan oleh notaris. Terangkan bahwa stempel notaris adalah bukti bahwa dokumen itu asli. Dengan cara yang sama Roh Kudus yang dia di dalam kamu adalah bukti abhwa Allah itu nyata dan kamu adalah benar-benar anakNya (Efesus 1:13). (diar sanjaya – KH)
Seputar Paroki
Perayaan Paskah BIA
Pagi itu hari Minggu tanggal 24 April 2011, banyak umat yang hadir untuk merayakan perayaan Ekaristi di gereja St. Fransiskus Asisi, Sukasari – Bogor.
Minggu ini terasa berbeda dari hari Minggu biasanya karena hari itu adalah hari Minggu Paskah, dimana kita sebagai umat kristiani merayakan hari raya kebangkitan Tuhan.
Anak-anak menyambut hari kemenangan ini dengan hati yang bersyukur. Terlihat sebelum pukul 08.00 WIB, mereka sudah ramai datang bersama keluarga dan kerabat untuk mengikuti perayaan Ekaristi yang khusus diadakan untuk anak-anak, yang akan dipimpin oleh RD. Ign. Heru Wihardono, pada pukul 09.00 WIB.
Di depan pintu gereja, kakak-kakak pendamping sudah menyediakan amplop kosong untuk diisi uang oleh anak-anak sebagai persembahan dan anak-anak yang hadir, satu per satu diberi kalung untuk nantinya ditukar dengan bingkisan kasih setelah misa usai.
Sebelum misa dimulai, anak-anak yang sudah berhimpun di dalam gereja diajak oleh kakak Sisil dan kakak Dita untuk menyanyikan beberapa lagu diantaranya : “Dengar Dia Panggil Nama Saya”, “Aku Diberkati”, “Hari Ini Harinya Tuhan”, “Yesus Disalibkan Karena CintaNya”.
Tepat pukul 09.00 WIB, acara perayaan Ekaristi dimulai. Perarakan diawali dengan tarian pembukaan dengan iringan lagu “Betapa Kita Harus Beryukur” yang dibawakan oleh anak-anak dari SD Mardi Yuana, dibelakangnya para Misdinar pembawa wirug dan dupa, Misdinar pembawa lilin dan Misdinar lain, Prodiakon, frater Aris yang membawa Alkitab besar, frater Andreas Dwi Cahyo membawa lilin Paskah dan terakhir RD. Ign. Heru Wihardono.
Koor dibawakan oleh anak-anak dari SD Mardi Waluya, dengan sangat merdu mengumandangkan lagu pembukaan “Nyanyikanlah Alleluya”.
Dalam homilinya Romo Heru menyampaikan bahwa Yesus bangkit untuk kita. Kita bergembira karena Tuhan memberi jalan untuk kita. Bangkit berarti hidup lagi. Setelah wafat, Tuhan Yesus bangkit. Yesus hidup secara baru. Tuhan Yesus mengajak para murid supaya hidup secara baru. Kita sebagai anak Tuhan Yesus harus hidup secara baru, seperti : anak-anak menjadi lebih rajin, rajin berdoa, berjanji untuk tidak menyusahkan orangtua, memperbaiki hidup, rukun dengan kakak adik.
Petugas Perayaan Ekaristi hari itu melibatkan juga anak-anak dari Bina Iman Anak Bondongan untuk doa umat dan lektor dan persembahan oleh Bina Iman Anak Sukasari.
Setelah lagu “Hai Makhluk Semua”, dinyanyikan sebagai lagu penutup, anak-anak mulai bersiap untuk mengambil bingkisan kasih yang telah disiapkan oleh kakak kakak pendamping di counter-counter yang telah disediakan sesuai dengan warna kalung.
Seperti yang sudah-sudah anak-anak dengan riang gembira menerima bingkisan.
Semoga dengan Paskah ini, kita semua juga mau hidup baru, membangun hidup kita, bisa mengawali dalam kehidupan keluarga kita, seperti kasih persaudaraan, membangun persekutuan dengan doa bersama, merenungkan firman Tuhan, mengajarkan anak-anak untuk bersikap sopan di dalam gereja, misalnya dengan tidak ngobrol dengan teman saat misa, juga saat akan menerima berkat, berbaris dengan tertib, tangan terkatup di dada dan setelah menerima berkat, tangan tetap terkatup di dada sampai kembali ke tempat duduk dengan tidak berlari-larian dan tidak berteriak-teriak.
Semoga Roh Kudus memberi kekuatan untuk membangun hidup kita. Tuhan memberkati. (eestee)
Cermin OMK
AMICI MORES NOVERIS, NON ODERIS
(KENALI KEBIASAAN-KEBIASAAN ANEH SAHABAT, JANGAN MEMBENCINYA)
VII
Kehadiran sahabat dalam kehidupan, apapun alasannya bukan untuk dibenci atau dicela, tetapi untuk dibesarkan hatinya agar bertumbuh dalam kebaikan. Kalau ada hal-hal yang tidak baik dan tidak berkenan dalam diri sahabat, hendaknya perlu diingatkan dengan santun dan bijak yaitu melalui koreksi persaudaraan. Tegurlah sahabat-sahabatmu di bawah empat mata, namun pujilah mereka secara terbuka. Dasarnya karena kehadiran sahabat dalam kehidupan itu memperkaya dan meneguhkan, jadi bukan untuk menjatuhkan atau memperburuk citra dirinya dengan menyebarkan berita-berita buruk atau gosip yang tidak sedap tentangnya. Disini relasi yang apresiatif perlu ditonjolkan. Relasi jenis ini menekankan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat pribadi.
Sikap benci dalam persahabatan merupakan salah satu bentuk meniadakan orang lain dalam ruang kehidupan. Sesama dianggap musuh. Karena itu, dia harus dikucilkan dan ruang geraknya dibatasi. Lebih tragis lagi jika dianggap sebagai neraka. Sikap-sikap seperti ini perlu disingkirkan.
Ka-lain-an sahabat perlu dihargai, itulah ciri persahabatan sejati. Persahabatan sejati adalah persahabatan demi sahabat, sebuah persahabatan yang digerakan oleh cinta. Dalam suasana cinta inilah, pribad-pribadi yang terlibat dalam persahabatan membuka diri kepada orang lain. Membiarkan diri tampil apa adanya dan dalam keterbukaan kepada orang lain. Ia akan menjadi dirinya sendiri. Karena itu ada ungkapan yang menyatakan : “Sahabat adalah dia yang mengetahui hal yang paling buruk tentang dirimu, tetapi masih mencintai engkau sebagaimana adanya.”
Seorang sahabat mengetahui segala sesuatu tentang diri sahabatnya dan berusaha agar sahabatnya menjadi dirinya sendiri. Menjadi diri sendiri berarti menjadi pribadi yang berkarakter, bebas dan mandiri. Dengan menjadi diri sendiri, manusia semakin mengakrabi adanya yang autentik.
Dalam menjalin relasi persahabatan antar sahabat dekat, antar keluarga, maupun antar warga masyarakat, sikap saling memahami dan mencintai perlu mendapat tempat yang anggun. Relasi persahabatan harus saling mendukung dan bukan mengungkung, saling membebaskan bukan membebani.
Hal ini bisa dilakukan jika masing-masing pribadi yang menjalin persahabatan mengenal satu sama lain. Pengenalan bukan sekedar pengetahuan tentang nama atau tempat tinggal, bukan hanya sekedar mengenal profesi atau kedudukannya dalam masyarakat tetapi lebih dari itu, mengenal “kelainan” sahabat artinya mengenal segala kelebihan dan kekurangan yang ada padanya. Dengan pengenalan seperti ini kita tergerak untuk mengadakan pendekatan yang lebih intensif, kreatif dan inspiratif dalam semangat saling menghormati. (diar sanjaya – Ex Latina Claritas)
Evangelisasi 1
Maria Ibu Penyelamat
Maria ibu Tuhan
Di dalam perjalanan Gereja sejak Gereja perdana, pernah timbul permasalahan mengenai hal tersebut. Masalah utama di sini adalah sehubungan dengan kemanusiaan Yesus. Penolakan akan kemanusiaan Yesus secara logis membuat orang masuk pada permasalahan keibuan Maria sebagai ibu Tuhan.
Nestorian menolak sebutan Maria sebagai Theotokos (Ibu Tuhan), dan menyebut Maria dengan sebutan Anthropotokos (Ibu Manusia) atau Kristotokos (Ibu Kristus).
Sedangkan Gereja mengajar bahwa, MARIA ADALAH SUNGGUH IBU TUHAN. Dalam Credo Para Rasul diakui bahwa Gereja percaya akan Anak Allah “lahir dari perawan Maria”. Sebagai ibu dari Anak Allah, maka Maria adalah Ibu Tuhan itu sendiri.
Konsili Ephesus (431) dengan Santo Cyrilus dari Alexandria membuat suatu deklarasi yang menentang Nestorius: “Kalau orang tidak mengakui bahwa Imanuel (Kristus) adalah sunguh-sungguh Allah dan dalam hubungan dengan itu Santa Perawan Maria adalah Ibu Tuhan karena dalam daging dia menghadirkan Sang Sabda yang menjadi daging terkutuklah orang itu. Konsili-konsili berikutnya mengulangi kembali ajaran ini.
Dogma mengenai Keibutuhanan Maria, mengandung dua kebenaran:
1]. Maria adalah benar-benar ibu, mencakup bahwa dia terlibat penuh dalam pendidikan kemanusiaan Kristus.
2]. Maria adalah sungguh Ibu Tuhan, yaitu bahwa dia membawa dalam kandungannya Pribadi Kedua dari Allah, yaitu Allah Putera, tidak dalam KeilahianNya tetapi dalam kemanusiaanNya.
Dan bukti secara alkitabiah serta Tradisi adalah: Kitab Suci secara implisit memastikan Kebundaan Ilahi dari Maria dengan menyatakan Keilahian Kristus dan Keibuan Maria yang sejati.
Maria disebut:
1]. Ibu Yesus: Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ. (Yoh 2:1).
2]. Ibu-Nya: Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri (Mat 1:18 ; 2:11,13,20 ; 12:46 ; 13:55).
3]. Ibu Tuhan: Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? (Luk1:43).
4]. Nubuat Yesaya: Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yes 7:14 , bdk Luk 1:30-31).
5]. Keibuan Maria termuat dalam kata-kata St. Lukas 1:35 : "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah”.
6]. Dalam Galatia 4:4 : Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
Dari tradisi, Santo Ignatius dari Antiokhia secara implisit menyebut Maria adalah Ibu Tuhan yang sungguh; “Karena Tuhan kita Yesus Kristus dibawa dalam kandungan Maria sesuai dengan rencana penyelamatan Allah”.
Santo Ireneus berkata: “Kristus ini, yang sebagai Logos dari Bapa ada dengan Bapa…dilahirkan oleh seorang Perawan”.
Dan sebutan Theotokos telah menjadi sebutan yang biasa sejak abad ke III. Sebutan ini dikukuhkan oleh para Bapak Gereja seperti St. Alexander dari Alexandria, Arius dan Apollinaris dari Laodicea. Dan Santo Gregorius dari Nazienzus, kurang lebih pada tahun 328, menulis: “Kalau seorang tidak mengakui Maria sebagai Ibu Tuhan, dia terpisah dari Allah”.
Pembela yang gigih dari Gereja terhadap Nestorius adalah Cyrilius dari Alexandria. (Stefan Surya)
Evangelisasi 2
TUHAN MEMILIH DAN MEMANGGIL DENGAN CARA YANG AJAIB
Sahabatku, Rosa memelukku hangat dan dengan senyum yang lebar, ia mengijinkan aku untuk menceritakan kisah kehidupannya di saat lalu hingga ia ditangkap Tuhan untuk menjadi pelayan kasih bagi Tuhan dan sesama.
Rosa adalah teman yang baik. Ia rajin ke Gereja mengikuti misa, tidak pernah lupa kolekte, sangat santun dan tidak pernah melakukan hal- hal buruk. Selain cantik, ia adalah wanita cerdas yang selalu menggunakan akal sehat dan logika, penuh perhitungan dalam setiap tindakan. Ia nyaris sebagai wanita sempurna kalau saja semua yang dijalankan berdasarkan kasih. Kenyataannya semua dilakukan karena wajib. Rajin ke Gereja, rajin kolekte, rajin berderma…semua karena merasa wajib. Sayang seribu sayang…
Berawal dari batuk yang tak kunjung sembuh – entah sudah berapa banyak obat dari dokter yang masuk dalam tubuh Rosa – hingga diduga menderita penyakit TBC. Tapi obat-obatan dan suntikan yang diberikan secara rutin untuk penyembuhan TBC juga tidak membuatnya pulih, malah tulang – tulang di seluruh tubuhnya semakin bertambah ngilu saja rasanya. Sampai akhirnya di vonis menderita kanker kelenjar getah bening stadium akhir.
Kepala sudah menjadi botak karena rambut sudah rontok semua dan badan tidak terlihat sexy lagi karena hanya tinggal tulang berbalut kulit. Semakin hari keadaan bukan semakin membaik, sehingga dokter tidak memberi tindakan dan obat lagi. Harapan untuk hidup sudah sangat tipis, menurut dokter kemungkinan itu hanya tinggal sekian persen saja.
Aku mengerti hatinya gundah gulana. Dari curhatnya, aku tahu betapa ia mengalami pergumulan batin yang sangat hebat. Ia sangat mencintai anak – anak dan suaminya, ia sangat mencintai keluarganya sehingga rasanya sangat wajar dan manusiawi bila saat itu ia sangat ketakutan bila harus kehilangan mereka karena maut yang akan segera merenggut nyawanya. Sebagai wanita yang selama ini kelihatan tegar, ia mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi hal – hal yang akan terjadi. Bahkan ia telah meminta suaminya yang selalu sabar dan setia menemaninya untuk mencari pengganti dirinya, menjadi pendamping hidup dan ibu bagi anak – anaknya kelak. Tuhan luar biasa bekerja dalam diri suamiya. Tentu saja ia menolak permintaan Rosa dan kasih setianya pada Rosa justru semakin bertambah.
Suami, anak – anak dan para sahabat terus mamberi dukungan dan penghiburan untuknya. Kami selalu berdoa dan mengajaknya berdoa bersama, menyembah Tuhan dengan puji – pujian sampai kami lagi – lagi melihat Tuhan bekerja luar biasa dalam diri Rosa. Ia mulai menyadari dan merasakan betapa Tuhan sangat mengasihinya melalui suami, anak – anak dan para sahabat yang tidak pernah meninggalkan dirinya yang sedang dalam kesesakan dan keterpurukan. “ Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan – peraturan-Ku dan melakukannya” ( Yehezkiel 36 :26 – 27 )
Rosa menyesali segala dosa – dosanya, ia mohon pengampunan Tuhan karena selama ini ia tidak memiliki dan tidak mau membagi kasihnya kepada Tuhan dan sesama, sementara selama ini Tuhan terus menerus menunjukkan betapa besar kasih-Nya padanya. Rosa mohon ampun atas segala dosa.Ia mulai selalu berdoa dengan tulus, menyembah Tuhan dengan puji – pujian dan setiap hari menerima komuni kudus.
Rosa menyadari kasih karunia Tuhan melalui ujian yang sedang dihadapinya. Campur tangan Tuhan benar – benar luar biasa hingga Rosa mengerti dalam setiap perkara, Tuhan mendidik dan mengajar, membuat Rosa mengerti apa yang Tuhan ingini. Rosa memahami semua yang terjadi di dalam hidup ini semuanya seijin Tuhan dan tidak ada satu perkara pun yang bisa membuat kita goyah karena kekuatan datangnya dari Tuhan. Tuhan selalu menyertai dalam setiap langkah hidup. “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu” ( Mazmur 32 :8 )
Dalam keadaan sakit dan rasa ngilu yang tak tertahankan, berkat anugerah Tuhan atas kasih-Nya yang hebat, yang telah dirasakannya, Rosa mulai melayani Tuhan dan sesama dengan penuh kasih. Kasih yang tulus ia berikan dengan memberi semangat dan dukungan bagi sesama penderita kanker.
Kami percaya Tuhan punya rencana. Firman Tuhan berkata segala sesuatu adalah milik-Nya dan waktu juga adalah milik-Nya. “Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal” ( Pengkhotbah 3 : 2 ) Kami percaya Tuhan sendiri yang memegang waktu dan waktu Tuhan tidak pernah salah. Rosa berserah, berjalan seperti apa yang Tuhan ingini dan sabar menanti waktu Tuhan.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, kami lalui dengan setia dan penyerahan diri penuh pada Tuhan. Kami tidak mau mendikte Tuhan. Biarlah Tuhan melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Sampai suatu saat Tuhan melakukan mukjizat yang sangat dahsyat terhadap kehidupan Rosa. Rosa berangsur – angsur pulih dan tahun demi tahun, akhirnya dokter menyatakan Rosa telah sembuh total dari penyakit kanker yang menggerogoti dan hampir merenggut nyawanya itu. “Ya Tuhanku…Yesus Sang Juru Selamat…Engkau sungguh dahsyat! Sungguh aku bangga punya Allah seperti Engkau “
Sampai sekarang Rosa tetap melayani Tuhan dan sesama. Permasalahan demi permasalahan selalu dihadapi dan diterima dengan ucapan syukur, karena ia menyadari, Tuhan ingin membuatnya lebih kuat lagi. Ia selalu mengandalkan Tuhan. Tuhan memakai Rosa, memulihkan kehidupannya untuk memiliki kasih dan membagikannya pada sesama. Kasih dan kesetiaanya pada Tuhan membuat banyak orang merasakan berkat dan penyertaan Tuhan telah disediakan bagi mereka sehingga mereka mau bertobat dan dibaptis. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” ( Roma 8: 28 )
Puji syukur dan sembah bagi-Mu Allah. Allahku Allah yang luar biasa dahsyat. Allah yang sanggup memulihkan dan mengubah hidup setiap pribadi yang gigih menjalin hubungan dengan Tuhan. Allah yang sanggup membuktikan apa yang tidak mungkin bagi manusia, itu mungkin bagi Allah. “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” ( Lukas 1 : 37 )
Aku sering mendengar Rosa bersenandung, memuliakan Tuhan dengan puji – pujian : “ Terkadang kita merasa, tak ada jalan terbuka, tak ada lagi waktu, terlambat sudah…Tuhan tak pernah berdusta, Dia selalu pegang janjinya, bagi orang percaya, mukjizat nyata. Dia mengerti, Dia peduli, persoalan yang sedang terjadi. Hanya satu yang Dia minta, agar kita percaya, sampai mukjizat menjadi nyata.”
Rosa telah ditangkap Tuhan untuk menjadi pelayan kasih-Nya dan Rosa terus berusaha menjadi pelayan yang setia, demi kemuliaan Allah dan demi kasihnya pada sesama. “Mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia” ( 2 Tawarikh 16 : 9 ) eestee
Langganan:
Postingan (Atom)