Rabu, 09 Februari 2011

Seputar Paroki

PERAYAAN HARI RAYA NATAL UNTUK ANAK


Semarak suara dan tawa anak-anak mulai terdengar sejak sekitar pukul 10.00 WIB di Gereja St Fransiskus Asisi, Sukasari, Bogor. Pagi itu hari Sabtu tang-gal 25 Desember 2010, ada Perayaan Ekaristi Natal untuk anak-anak yang dijadwalkan pukul 11.00 WIB.
Sebelum acara dimulai, kakak-kakak pendamping BIA dibantu oleh teman-teman dari OMK dan TTK dari wilayah Siliwangi I sudah siap siaga mengatur anak-anak untuk duduk di bangku-bangku yang disediakan agar dapat dibagi kalung warna-warni ada yang berwarna merah, kuning, hijau, biru dan hitam sesuai tempat duduk, yang nanti setelah usai misa bisa ditukarkan dengan tanda kasih berupa sebuah bingkisan.
Upacara diawali dengan arak-arakan ke Kandang Natal dengan tarian yang dibawakan oleh anak-anak dari TK Mardi Waluya, berjalan dibelakangnya Putera Altar pembawa dupa dan wirug, Putera Altar pembawa Salib Prosesi, Putera Altar pembawa Lilin Prosesi, Putera Altar lain, Pembaca Doa di depan Kandang Natal dari BIA Bondongan, “ Yosef_Maria” yang juga dari BIA Bondongan, Lektor-Lektris dari SD Mardi Waluya, Prodiakon, Frater dan terakhir Imam : RD. Ignatius Heru Wihardono.
Seusai upacara di depan Kandang Natal, upacara diteruskan dengan Perayaan Ekaristi yang diiringi meriah dengan lagu pembuka “Selamat –Selamat Datang” yang disuarakan merdu oleh koor gabungan BIA Wilayah-Wilayah yang ada dalam Paroki St Fransiskus Asisi, Sukasari, Bogor. Saat Mazmur Tanggapan, yang bermazmur adalah pemazmur dari BIA Sukasari.
Suasana meriah penuh sukacita sangat terasa saat Romo Heru memberi Homili. Dimulai dengan salam selamat natal, kemudian Romo Heru memberi beberapa pertanyaan seperti : “ Kapan Tuhan Yesus lahir? dimana? di Rumah Sakit mana?” Semua ditanggapi penuh antusias oleh anak-anak.
Romo Heru mengatakan :” Tuhan Yesus lahir di kandang domba, lembu, sapi, karena tidak ada tempat. Tuhan Yesus lahir di kandang kotor, bau, tidak enak. Ketika Tuhan Yesus lahir, suasana sangat ramai karena ada banyak suara. Ada suara bayi Tuhan Yesus menangis, ada suara malaikat yang bernyanyi Gloria in excelsis Deo, ada suara binatang-binatang : mbeeek… moo…”
Romo Heru meminta anak-anak mengikuti berbagai macam suara tersebut dan mereka menirukan bersama-sama sehingga suasana semakin hangat.
Ada pertanyaan menggelitik yang dilontarkan Romo Heru:” Apakah anak-anak suka berdoa? Apakah orangtua juga berdoa? Mengajarkan anak-anak berdoa?” Cukup menggelikan, membuat yang mendengar tersenyum bahkan tertawa saat anak-anak menjawab “tidaaak”, tapi cukup mengusik hati…apa benar sih? Masak iya? Semoga itu tidak benar, semoga itu hanya celoteh canda anak-anak saja. Kami sebagai pendamping Bina Iman Anak ( BIA ) yakin dan percaya pasti orangtua rajin berdoa, memberi teladan yang baik pada anak-anak sehingga anak-anak pun pasti juga rajin berdoa mengikuti teladan orangtua. Bukankah begitu kenyataannya?!
Romo Heru dalam Homilinya mengatakan bahwa Tuhan Yesus mau menebus dosa kita, misalnya dosa nakal, melawan orangtua, malas berdoa… Dengan kelahiran Tuhan Yesus, kita memperbaiki diri dari kemalasan, kenakalan, supaya tidak nakal, tidak malas, supaya menjadi lebih baik lagi.
Romo Heru mengajak kita – tentunya bukan hanya anak-anak saja – untuk mempunyai pengalaman rohani. Mengajak anak-anak memiliki pengalaman iman dengan membawa kado, supaya terbiasa berbagi dan mempersembahkan sesuatu pada Tuhan. Anak-anak menanggapi ajakan Romo Heru dengan membawa persembahan kasih berupa kado natal yang sudah disiapkan dari rumah.
Pada saat maju, anak-anak menyerahkan kado natal kepada imam : RD.Ignatius Heru Wihardono, RD. Antonius Garbito Pamboaji, RD. Robertus Eeng Gunawan, lalu imam memberi berkat kepada mereka dan mereka kembali ke tempat duduk, dilanjutkan dengan persembahan, yang dijemput oleh Putera Altar dan diiringi dengan tarian dari TK Mardi Waluya. Persembahan dihantar oleh perwakilan anak-anak BIA Katu-lampa, Tajur, dengan memakai pakaian adat Sunda, Jawa Barat.
Setelah Perayaan Ekaristi selesai, anak-anak diminta berbaris di tempat penukaran kalung sesuai warna kalung mereka, untuk ditukarkan dengan bingkisan Natal.
Walau kenyataannya banyak juga yang berbaris antri bukan anak-anak, melainkan para orangtua, dan ada beberapa yang mengaku kalungnya hilang – padahal kakak-kakak pendamping sebelumnya sudah mengingatkan agar kalung dipakai agar tidak hilang ,ada juga yang tidak mendapat kalung karena baru datang saat misa usai kami atas nama pendamping BIA mohon maaf dan pengertiannya bila tidak dapat memberi bingkisan kepada yang tidak memiliki kalung untuk ditukarkan dengan bingkisan , namun suasana sukacita Natal tetap menggema siang itu.
Semoga melalui kelahiran Yesus yang membawa damai dan sukacita bagi semua orang, kita pun mau melahirkan (membagikan) damai dan sukacita kepada sesama, juga terutama kepada anak-anak, dengan bebenah diri, menyempurnakan sikap dan memperbaiki perbuatan kita agar menjadi lebih baik lagi. Tuhan memberkati. eestee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^