Valentine’s Day yang jatuh pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih merayakan cintanya. Hal ini berlaku di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Setiap tanggal 14 Februari, rata-rata kaum muda dan tua ikut merayakan hari ini dengan meluangkan waktu berkualitas bersama pasangan tercinta.
Simbol modern Valentine adalah bentuk hati (love) dan gambar Cupid atau malaikat anak-anak bersayap yang dapat menembakkan panah cinta ke manusia. Saat ini, Valentine’s Day diasosiasikan dengan kencan, pesta, dan saling bertukar hadiah, coklat, bunga, atau kartu.
Menurut Wikipedia, Asosiasi Kartu Ucapan AS memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua yang melibatkan pengiriman kartu ucapan setelah Natal. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanita lah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu Valentine.
Seiring berjalannya waktu, tradisi bertukar kartu diperluas dengan pemberian hadiah. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980an, industri berlian mulai mempromosikan Valentine’s Day sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebenarnya bagaimana asal-usul perayaan Valentine’s Day itu sendiri? Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para ahli sejarah tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai Valentine’s Day. Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Valentine’s Day ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi.
Tradisi merayakan Valentine dapat ditelusuri lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Yunani dan Romawi Kuno. Di Yunani, hubungan antara pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulu kala. Menurut kalender Yunani kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Sementara itu sejarah Romawi kuno menyebutkan bahwa 15 Februari adalah puncak perayaan hari raya Lupercalia (Feast of Lupercalia), sebuah perayaan untuk menghormati Lupercus, dewa kesuburan yang dilambangkan sebagai lelaki setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban domba kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jalan-jalan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka.
Sebuah versi yang berbeda juga menyatakan bahwa perayaan Lupercalia berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari) dipersembahkan untuk dewi bernama Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasih pemuda yang memilihnya selama setahun penuh. Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda (bukannya pendeta) melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.
Valentine’s Day untuk Menghormati Santo Valentinus
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentinus yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda:
- seorang pastur di Roma
- seorang uskup Interamna (modern Terni)
- seorang martir di provinsi Romawi Africa
Tiga orang tersebut dianggap meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi.
Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini, namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Jenazah Santo Valentinus sendiri diidentifikasikan sebagai sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma. Jenazah tersebut Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada Valentine’s Day. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Meski begitu, hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Perkembangan Tradisi Valentine’s Day di Inggris
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis dituangkan pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa tanggal 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris Pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (“Percakapan Burung-Burung”) bahwa
For this was sent on Seynt Valentyne’s day
(“Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus”)
Whan every foul cometh ther to choose his mate
(“Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya”)
Pada jaman itu, sudah lazim bagi para pencinta untuk bertukar catatan dan memanggil pasangan mereka dengan sebutan “my Valentine”. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi naskah British Library di London. Banyak legenda-legenda mengenai Santo Valentinus yang diciptakan pada jaman ini. Berikut ini sebagian dari legenda tersebut:
Kaisar Claudius II yang memerintah Roma memen-jarakan Santo Valentinus karena menyebarkan agama Katolik dan menolak menyembah dewa-dewi Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentinus lalu menulis surat dukungan dan bunga dan menaruhnya di terali penjaranya
Santo Valentinus di penjara berkenalan dengan putri seorang penjaga penjara yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan catuh cinta kepadanya. Sore hari sebelum Santo Valentinus akan dihukum mati sebagai martir (syuhada) karena membela agama Katolik, ia menulis sebuah pernyataan cinta yang diberikannya kepada putri sipir penjara itu. Di dalam pernyataan cinta tersebtu tertulis “Dari Valentinusmu”.
Serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, karena tentara yang bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan perang dibanding mereka yang menikah. Santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka, sampai ia ketahuan dan dijatuhi hukuman gantung. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M. Baru pada tahun 496 Masehi, pendeta Gelasius menetapkan 14 Februari sebagai hari penghormatan bagi Valentinus.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan gugurnya Santo Valentinus sebagai martir.
Valentine’s Day di Era modern
Valentine’s Day kemungkinan diimpor oleh Amerika Utara dari Britania Raya, negara yang mengkolonisasi daerah tersebut. Di abad ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan inggris ini kemudian diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara. Di Amerika Serikat, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828-1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima.
Tradisi Hari Valentine di negara-negara non-Barat
Di Jepang, Valentine’s Day dirayakan berkat industri yang lihai dalam melakukan pemasaran secara besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka senangi permen coklat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor.
Para wanita memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Girichoko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (coklat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, diciptakanlah sebuah hari balasan yang disebut White Day. Pada hari ini (tanggal 14 Maret), pria yang sudah mendapat coklat pada Valentine’s Day diharapkan memberi sesuatu kembali ke si wanita.
Di Taiwan, sebagai tambahan dari Valentine’s Day dan White Day, masih ada satu hari raya lainnya yang mirip dengan kedua hari ini jika ditilik dari fungsinya. Namanya adalah Qi Xi atau “Hari Raya Anak Perempuan”. Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut kalender Tionghoa. (niq) Dari berbagai sumber, www.hanyawanita.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^