Apakah Pemurnian Dalam Api Penyucian Itu?

Hal yang sama terjadi atas orang-orang yang tidak mengalami pemurnian sedemikian di dunia. Mereka telah memperlihatkan penyesalan dan tobat dan dosa-dosa mereka diampuni, tetapi ini belum cukup, sebab dosa itu meninggalkan noda-noda. Dalam api penyucian jiwa-jiwa diajar bahwa hanya dengan kasih yang utuh menyeluruh mereka dapat menjumpai Allah dan karena itu mereka harus belajar mengasihi secara total dan penuh, dengan menghapuskan noda-noda dosa dalam hati mereka, cacat cela noda karena egoisme yang menghalang-halangi mereka untuk melihat Allah. Dengan kata lain jiwa-jiwa di api penyucian bukannya “dihukum”, tetapi “dibatasi” untuk bersama dengan Allah.
Konsili Vatikan II dengan singkat mengingat kembali persekutuan kita dengan mereka yang sedang dimurnikan sesudah kematian dan mendukung ajaran Konsili Florence dan Konsili Trente (LG 49; 51). Keadaan di api penyucian dapat dimengerti sebagai proses terakhir untuk mengasihi secara total dan penuh, namun juga mendatangkan sengsara sebelum kita memandang Allah berhadapan muka. Dengan pengadilan terakhir, api penyucian berakhir.
Yesus bersabda bahwa hanya orang yang “berhati murni” dapat melihat Allah, seperti yang dikatakanNya dalam Matius 5:8 : “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Orang-orang kudus dalam kehidupan yang nyata mencerminkan Allah dan melihat Allah. Sementara hidup di dunia mereka telah dibersihkan dari dosa-dosa dan dari segala akibat dosa. Untuk melihat Allah semua orang dituntut untuk mencapai kemurnian dan kekudusan. Orang yang tidak dapat mencapai kekudusannya di muka bumi dapat mencapai kekudusannya di api penyucian.
(Stefan Surya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^