Pelayanan Merupakan Hubungan Yang Mendasar Dalam Gereja
Pada Lukas 10:38-42 Yesus memberi pengarahan dalam pelayanan, membagi perhatian dan waktu untuk Allah demi sesama, dan melayani sesama demi Tuhan. Yesus sebagai Tuhan dan sebagai manusia menilai dan menginginkan pelayanan yang sejalan, seimbang menurut kepentingan. Tuhan dilayani dengan didengarkan sebagai sumber inspirasi dan hidup. Tuhan menilai lebih penting, kalau manusia membiarkan diri dilayani oleh Tuhan dalam “hal satu-satunya yang perlu, yang tidak akan diambil dari padanya” (ay 42). Ini lebih baik daripada menyibukkan diri bagi sesama, seakan-akan Tuhan memerlukan pelayanan kita, di dalam hal materiil khususnya. Ikutilah dan tanggapilah pelayanan Tuhan kepada manusia dengan cara-caraNya.
Santo Agustinus waktu berbicara kepada para umatnya sesudah pemilihannya sebagai uskup, berkata: “Saya ini apa bersama Anda membuat saya penuh suka cita; saya ini apa bagi Anda membuat saya takut. Sebab bersama Anda saya ini orang Kristen, bagi Anda saya ini uskup yang pertama adalah rahmat, yang kedua adalah jabatan; yang pertama adalah keselamatan, yang kedua adalah godaan.” Dalam kalimat yang pendek ini, Santo Agustinus mengajarkan bahwa kehormatan pertama seorang Kristen adalah statusnya sebagai orang Kristen dan jabatan apa saja yang diperolehnya karena menjadi anggota Gereja tidak menjadi soal dan hanya akan membantu dia untuk melaksanakan panggilan Kristianinya jika dia menjadikan jabatan itu sebagai alat untuk melayani.
Kahadiran Roh Kudus dalam Gereja memberi kuasa kepada Gereja untuk melaksanakan panggilan yaitu panggilan untuk mengabdi dan berbakti kepada Allah dan kemanusiaan. Gereja tidak akan mampu melaksanakan tugas panggilan ini jika dalam kehidupan batinnya yaitu hubungan para anggotanya, panggilan pokok dan mendasar ini tidak terpancarkan. Dalam Gereja ada kaum awam, para imam, para uskup, biarawan-biarawati. Status hidup serta tugas-tugas ini pada dasarnya bertujuan untuk membangun Gereja, suatu tujuan yang hanya dapat dicapai melalui pelayanan, melalui pengabdian.
Gereja sungguh-sungguh hidup jika para imam dan para uskupnya melihat peranan mereka sebagai panggilan untuk melayani seluruh komunitas umat beriman dan bukan sebagai penguasa yang menguasai kaum awam. Jika pelayanan sungguh-sungguh tercermin dalam hubungan antara orang-orang Kristen, maka Gereja menjadi lebih berhasil guna dalam kesaksiannya dan dalam tugas perutusannya menghadirkan Allah Tritunggal di muka bumi ini. (Stefan Surya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^