Dua Macam Tradisi
Bagi orang katolik ada 2 macam tradisi, yaitu tradisi suci dan tradisi manusiawi. Allah mewahyukan tradisi suci yang tidak akan mengalami perubahan, misalnya dalam Tritunggal Kudus ada 3 pribadi tetapi hanya satu Allah. Sebaliknya tradisi-tradisi manusiawi dapat berubah, misalnya Misa Suci selama 400 tahun dipersembahkan dalam bahasa latin saja, tetapi sekarang dipersembahkan dalam bahasa-bahasa daerah.
Tradisi suci itu berarti kepercayaan yang dipegang teguh oleh umat Allah dari jaman dahulu kala. Bentuk tradisi suci ini bukan hanya tradisi manusiawi belaka, misalnya adat istiadat atau ajaran-ajaran atau paham-paham yang tidak dijamin kebenarannya. Yesus terkadang suka mengecam adat istiadat bangsa Yahudi. Misalnya: “Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?” (Mat. 15:3). “Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.” (Mat. 15:6b). “Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusiawi.” (Mrk. 7:8). “Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal seperti itu yang kamu lakukan.” (Mrk. 7:13). Santo Paulus memperingatkan kepada umat di Kolose terhadap ajaran-ajaran yang tidak terjadi kebenarannya: “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran yang turun temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.” (Kol. 2:8).
Alkitab menyatakan bahwa tradisi yang didukung wibawa ilahi merupakan bentuk kebenaran yang diwahyukan. Tradisi suci tidak menggantikan kitab suci, tetapi berfungsi mengabdi kitab suci. Konsili Vatikan II dalam konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi mengatakan: “Jadi tradisi suci dan kitab suci erat hubungannya satu sama lain dan saling berkomunikasi. Sebab keduanya, yang berasal dari sumber ilahi yang sama, bagaimanapun juga bergabung menjadi satu dan mengarah ke tujuan yang sama. Karena kitab suci adalah penuturan Allah sejauh dituangkan ke dalam tulisan ilham Roh Ilahi; sedangkan tradisi suci meneruskan secara utuh sabda Allah, yang dipercayakan Kristus dan Roh Kudus kepada para rasul dan para penggati mereka, agar dipelihara dengan setia, dijelaskan dan disebarluaskan di dalam pewartaan mereka sambil diterangi Roh Kebenaran. Maka Gereja menimba kepastiannya mengenai segala sesuatu yang diwahyukan tidak hanya dari kitab suci. Oleh karena itu kedua-duanya harus diterima dan dijunjung tinggi dengan perasaan saleh dan hormat yang sama. Alkitab mengajarkan kepada kita agar kita “tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini… (2 Tim. 3:14) dan berdirilah dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami baik secara lisan (tradisi suci) maupun secara tertulis” (2 Tes. 2:15). Referensi-referensi biblis yang lain yang mengacu pada tradisi suci meliputi 2 Tim. 1:13 :”Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.” 1 Yoh. 2:24: “Dan kamu, apa yang telah kamu dengar dari mulanya itu harus tetap tinggal di dalam kamu.”
(Stefan Surya T.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^