Sabtu, 01 Oktober 2011

Renungan


Semakin Cepat...
    Semakin Lambat...


Seorang bayi akan sangat mengenal suara ibunya sendiri karena sang ibu kerap kali mengajak buah hatinya berbicara meskipun bayi ini belum bisa berbicara. Bayi ini tidak mengerti apa yang dikatakan sang ibu, akan tetapi ia mengerti bahwa ungkapan hati sang ibu adalah ungkapan rasa sayang padanya. Setiap saat sang ibu mengajak buah hatinya berbicara bahkan menyanyikan lagu baginya. Ketika anak ini tumbuh, ia akan mengenali dengan sungguh suara ibunya.
Sama halnya pada saat kita mendengarkan sebuah lagu. Kita akan mengenali suara penyanyinya dari karakter suaranya. Baru bernyanyi satu kalimat saja, kita akan bisa langsung menebak penyanyinya. Hal ini bisa dimungkinkan bila sebelumnya kita sering mendengar suaranya.
Dari dua cerita diatas, kita bisa melihat proses sebuah pengenalan. Pengenalan akan sebuah suara terhadap seorang pribadi dimungkinkan mendalam bila ada sebuah frekuensi kontak. Kontinuitas. Kata ini bisa kita pakai untuk mewakilinya. Pengenalan akan menjadi semakin dekat dan akrab manakala ada sebuah kontinuitas kontak. Tidak cukup hanya sekali saja.
Dalam kehidupan iman kita kerap kita bertanya tentang rencana Allah. Saat kita mengalami sebuah kegagalan, kekecewaan, jatuh, putus asa, derita dan segala hal yang tak nyaman dengan diri kita, acap kali kita bertanya dimanakah Allah? Mengapa Allah mengizinkan pengalaman tersebut terjadi pada saya? Bila Allah sungguh Mahakuasa, mengapa ada derita? Di sini kita mulai mempertanyakan kasih Allah.
Rencana Tuhan sungguh tak terselami. Akan tetapi satu hal yang pasti bahwa rencana Tuhan selalu indah dan tepat pada waktunya. Inilah yang perlu kita pegang teguh dan kita yakini (imani). Tuhan menjanjikan sesuatu yang tak pernah ia ingkari. Bagaimana kita yakin akan hal itu?
Sama halnya seperti seorang ibu yang mengajak bicara buah hatinya, demikianlah Allah senantiasa berbicara kepada kita. Bagaikan bayi yang tak mengerti bahasa yang diucapkan ibunya, kadang kita pun seperti bayi itu. Tetapi Allah tak henti-hentinya berbicara kepada kita sampai suatu saat kita mengerti maksud pembicaraanNya. Persoalannya adalah kadang kita tak cukup sabar sampai pada pemahaman tersebut.
Allah berbicara lewat apapun. Ucapan Allah yang tertulis ada dalam Kitab Suci. Kesaksian para nabi, rasul dan penginjil merupakan ungkapan bahasa Allah. Dalam Kitab Suci tertuang secara jelas identitas Allah. Bagaimana sifat dan karakter Allah ditunjukkan dalam pengalaman para penulis Kitab Suci. Semakin sering kita membaca atau mendengarkannya serta merenungkannya, kita akan semakin mengenal dan mengerti siapa dan bagaimana Allah yang kita imani ini.
Bukan hanya dalam Kitab Suci. Allah berbicara kepada kita lewat apapun dan siapapun. Segala pengalaman yang terjadi dalam hidup kita merupakan cara Allah juga untuk berhubungan dengan manusia.
Secara jelas lewat pribadi Yesus Kristus, kita pun mengenal siapa dan bagaimana Allah. Yesus sebagai putera Allah, menunjukkan pada manusia ekspresi kasih Allah. Tindakan dan perkataan Yesus adalah tindakan dan perkataan Allah. Yesus adalah wujud Allah di dunia.
Lewat kitab suci, pengalaman dan terlebih dalam keteladanan Yesus Kristus, kita semakin diajak untuk mengerti, mengenal dan mendalami hati Allah. Pertanyaannya sekarang adalah sebarapa jauhkah kualitas dan kuantitas saya mendengarkan dan merenungkan suara Allah?
Dunia kita sekarang ini ditandai dengan budaya instant. Segala sesuatu berlangsung secara cepat. Trend yang terjadi saat ini hanya berlangsung dalam beberapa saat saja. Muncul hal-hal yang baru sementara yang lama saja kira belum memahaminya secara mendalam. Sadar atau pun tidak, kita pun digiring pada irama tersebut. Pada kesempatan seperti ini, budaya untuk merenung menjadi sesuatu yang sangat mahal. Kita belum sempat untuk mengendapkan. Tantangan inilah juga yang hendaknya kita sadari dan menimbangi percepatan dengan perlambatan.
Untuk bisa semakin mendalami dan mengenal hati Allah, kita perlu waktu untuk merenung dan mengendapkan. Inilah yang kita perlukan sebenarnya agar kita sampai pada kesadaran dan pemahaman akan hati Sang Bapa.
Pada akhirnya ketika dunia kita ditandai dengan segala sesuatu yang semakin cepat, semakin lambat kita bisa mengenal dan mendalami hati Bapa bila kita tak punya cukup waktu untuk “diam dan mendengarkan suara-Nya”.
SILENT and LISTEN. Two words with the same alphabet but both of them have a great meaning.

Frater David

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^