Selasa, 05 Juli 2011

Renungan

Tangan Tuhan Yang Menolong

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang. Sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan (Yesaya 41:10)
Aku Fla Tasha. Hari ini aku boleh berbangga, karena aku boleh lebih bersyukur lagi menyaksikan karya Allah yang luar biasa, dahsyat. Allah yang ajaib, yang sanggup melakukan segala perkara.
Kamis, 2 Juni 2011, hari dimana Tuhan Yesus diangkat ke surga, juga menjadi hari yang sangat menyedihkan bagi kami, khususnya bagi seorang sahabatku, seorang gadis manis bernama Cindy.
Berita menggelegar kami terima. Bak disambar petir kami mendengar kabar yang sangat mengejutkan, yang tidak pernah kami duga sebelumnya. Kekasih Cindy_Ferry_ berpulang untuk selamanya. Mobil Toyota Rush yang ditumpangi Ferry bersama 6 orang temannya nyemplung ke kali Mookervart di samping jalan raya Daan Mogot, kalideres. Mobil tenggelam ke dasar kali yang dipenuhi lumpur hitam dan air kali yang menutupi sebagian besar tubuh mobil.
Kami berduka. Kami tahu betapa hancur luluh rasa jiwa raga Cindy. Belum lagi mendengar kesimpulan orang yang dengan cepatnya menduga dan mengatakan mereka mabuk. “Ya Tuhan.. begitu mudahnya orang menghakimi, tanpa tahu keadaan yang sebenarnya terjadi, padahal hasil visum pun mengatakan mereka tidak sedang dalam keadaan mabuk, tidak ada zat alkohol di tubuh mereka.
Mereka hanya tujuh mahasiswa yang baru saja melewatkan malam bersama, makan bersama karena sebelumnya mereka telah bersahabat semenjak mereka di SMU dulu.
Empat tahun sudah Cindy dan kekasihnya itu menjalin kasih. Aku ikut merasakan kepedihan yang sangat mendalam. Aku menyaksikan kepiluan hatinya, aku menyaksikan bagaimana ia tidak mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Bicaranya kadang ngawur dan sama sekali seperti orang yang tidak berpengharapan. Yang ada dalam pikirannya hanyalah ingin mati, mati dan mati. Di Twitternya pun ia menulis ingin mati. Ia ingin menyusul Ferry, ia ingin selalu bersama Ferry, ia tidak ingin hidup lagi. Rasanya semua menjadi gelap, rasanya ia tidak sanggup lagi menjalani hidup ini tanpa kekasihnya. Hidup terasa sangat hampa baginya.
Hari-hari dilewati dengan ratap tangis dan keputusasaan. Rasa belasungkawa dan perhatian yang luar biasa dari para sahabat dan kerabat juga tidak cukup membuatnya terhibur dan bangkit. Aku tahu semua sahabat dan kerabat sangat prihatin dengan keadaannya. Mereka bermaksud baik dan penuh kasih menemani Cindy dan menghiburnya. Tapi kata-kata dan wejangan tentu lewat begitu saja di telinganya. Aku memberi pengertian kepada mereka untuk membiarkan dan jangan mencegah Cindy untuk menangis sejadi-jadinya, menangis kalau itu bisa membuat perasaannya menjadi lebih lega.
Kami berdoa bersama untuk menyerahkan Ferry ke dalam pangkuan Allah Bapa di surga, demi keselamatan abadi baginya dan juga mohon kekuatan dan ketabahan bagi keluarga Ferry dan juga khususnya Cindy.
Sesungguhnya hatiku sangat pilu menyaksikan keadaan Cindy yang demikian. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain memberi bahu untuk tempatnya bersandar, menangis sepuas-puasnya dan memeluknya setiap saat ia membutuhkan.
“Tuhan, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak tahu bagaimana caranya membuat Cindy bisa melewati kesedihannya. Aku tidak mengerti harus bagaimana. Tapi aku percaya, Engkau Tuhan yang hebat, Engkau Allah yang ajaib, Engkau yang akan menolong Cindy dari keterpurukannya saat ini”.
Kami terus berdoa dan menguatkannya. Kami percaya Tuhan pasti turun tangan untuk memulihkan dan memberkati kehidupan kita, asal kita percaya. Apapun bisa Tuhan lakukan asal kita tidak menyerah dalam menghadapi setiap perkara.
Dalam kepedihan yang luar biasa ini, kami para sahabat membantunya untuk menyelesaikan tugas perkuliahan, mendamping dan belajar bersama. Memang sangat berat dan sangat sulit untuk menerima pelajaran dalam keadaan seperti ini, tapi tetap kami lakukan dengan penuh kasih dan semangat, apalagi saat yang bersamaan, kami harus menempuh ujian akhir semester. Kami jemput Cindy untuk tetap masuk kuliah, karena semenjak kematian kekasihnya, ia sudah tidak masuk kuliah, ia kehilangan semangat. Kami tidak putus semangat dan tidak bosan membantu dan mendampinginya berdoa, belajar bersama dan saling menguatkan. Setiap hari kami jalani bersama.
Aku menyaksikan karya Tuhan yang ajaib. Perlahan walau masih merasakan kepedihan yang sangat, Cindy mulai dikuatkan oleh Tuhan. Ia sudah mulai mau masuk kuliah, ikut ujian.
Walau setiap hari mengunjungi makam kekasihnya, ia sudah mulai bisa menerima kenyataan, ia mulai bisa merelakan kepergian kekasihnya dengan doa-doa dan bukan lagi dengan air mata. Terima kasih Tuhan atas kasihMu, atas berkat yang Kau curahkan sehingga mukjizat demi mukjizat boleh terjadi dalam kehidupannya. TanganMu telah mengangkatnya, memulihkan hidupnya, membuatnya perlahan bangkit dari keterpurukannya.
Kami tahu, kami tidak boleh berhenti sampai disini. Kami harus terus berdoa. Bersama Cindy sahabatku, kami terus berdoa. Karena seperti dalam Firman Tuhan “Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat tandus mencari perhentian dan karena ia tidak mendapatkannya, ia berkata : Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapatkan rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang jahat daripadanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari keadaan semula”. Luk 11:24-26
Tuhan mengingatkan akan kembalinya tujuh roh jahat, maka harus terus berdoa dan berdoa agar menjadi kuat, sehingga roh jahat tidak bisa masuk. Kami harus membentengi diri kami untuk menghalau roh jahat itu.
“Berserulah kepadaKu pada waktu kesesakan, aku akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku” Mazmur 50:15
Aku mengucap syukur karena tangan Tuhan telah mengangkat Cindy. Tuhan telah mengajarkan banyak hal yang baik. Tuhan telah mengijinkan ada perkara terjadi dalam kehidupan Cindy karena kami percaya Tuhan pasti punya rencana yang indah buat Cindy.
Hari ini ia sudah bisa tersenyum walau ia mengatakan tidak akan bisa melupakan kenangan manis bersama kekasihnya itu. Sekarang ia tidak menangis lagi di makam, tapi berdoa mohon kepada Allah di surga bagi kedamaian jiwa kekasihnya itu, mohon ampun atas segala dosa, agar diperkenankan menikmati karunia kasih Allah dan dapat memandang kemuliaan Allah Bapa dalam cahaya kebahagiaan abadi.
“Aku akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setiaMu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku” Mazmur 31:8
                Terima kasih Tuhan, aku mengucap syukur kepadaMu, atas kasihMu yang boleh kami alami lewat sahabatku Cindy. eestee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^