Mendorong Orang Menjadi Berhasil
Setiap orang dalam hidup di dunia ini menghadapi berbagai macam masalah, ini merupakan tantangan yang harus dihadapi, yaitu kebingungan atas diri dan masa depannya, rasa tanggung jawab yang besar, masalah ekonomi, kesehatan, keluarga dan seribu satu macam masalah lainnya, yang kadangkala muncul silih berganti. Akhirnya orang bertanya: “Apakah saya dapat bahagia dibalik semua masalah hidup ini?” Kebahagiaan ini merupakan harapan setiap orang selama hidup di dunia. Dan untuk berhasil memperoleh kebahagiaan itu orang berusaha dan berjuang dengan sekuat tenaga untuk meraihnya.
Memang kebahagiaan merupakan hal yang hakiki dalam hidup manusia, hanya bagi kita, sesuai dengan tujuan harapan iman kita maka kebahagiaan itu mencakup tubuh jasmani dan rohani serta harus bersifat kekal. Itulah kebahagiaan paripurna yang merupakan keselamatan bagi kita. Ini harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati agar berhasil dan harapan iman kita tidak menjadi sia-sia.
Kita semua berharap untuk menjadi orang yang berhasil memperoleh keselamatan dan berusaha mendorong orang lain untuk menjadi berhasil pula. Berharap adalah perihal masa depan, dan penciptaan akan masa depan bergantung pada kebebasan manusia. Keselamatan adalah kebahagiaan total dan kekal yang berarti masuk ke dalam Kerajaan Sorga, ini hanya mungkin bagi mereka yang melaksanakan kehendak Allah. Perbuatanlah yang menentukan, bukan perkataan, pengetahuan, atau kedudukan.
Seorang pengikut Yesus hanya dapat dikenal dari kelakuan yang diperbuatnya. “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Mat 7:20). Yesus sendiri memberi “aturan emas” yaitu: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 7:12).
Hidup kita menjadi sebuah kisah karena kebebasan kita, yakni proses historis kita yang menciptakan masa depan. Inti dari kisah itu adalah cinta kasih – kasih Allah dan kasih manusia. Pada Injil Matius 22:37-40, Yesus mengatakan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”. Pada kedua hukum kasih ini tergantung seluruh isi Perjanjian Lama. Hukum kasih adalah jawaban bagi hidup manusia. Orang berhasil menyelesaikan berbagai masalah dengan melakukan Hukum cinta kasih kepada Tuhan dan sesama. Manusia benar-benar dapat hidup sepenuhnya dalam cinta kasih, bila mereka mengasihi dan dikasihi, tidak ada hal lain yang dapat menggantikannya.
Bagi mereka yang telah mengenal cinta, tidak ada yang perlu diterangkan mengenai kebahagiaan, kedamaian, semangat hidup, kepenuhan dalam orang yang dicintai. Barangkali tidak ada yang dapat menyatakan kekuatan cinta lebih baik daripada pengampunan. Ketika seseorang mengampuni kita, pengampunan membawa kita, sebagaimana adanya, kembali pada hidup. Terlebih lagi bila kita tahu bahwa kita dicintai, kita menjadi sadar bahwa kita pantas dicintai. Penerimaan oleh orang lain membuat kita percaya diri. Kepercayaan diri dan rasa aman karena dikasihi memberi kita kemampuan untuk mendorong orang menjadi berhasil dalam berhubungan dengan sesama dengan saling mengasihi.
Pada Perjanjian Baru kita dapat melihat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian berhubung dengan keselamatan dalam hidup yang menjadi harapan sebagai pengikut Kristus. Yesus yang merupakan pewahyuan Allah bagi kita ditanggapi dengan iman. Iman adalah wujud nyata dari penyerahan diri umat secara total kepada Allah.
Ketika misteri Allah pertama kali mewahyukan diri-Nya kepada bangsa Israel, kita mengenal Allah sebagai kasih yang berbela rasa. Dan ketika sejarah pewahyuan memuncak dalam hidup, wafat, dan kebangkitan Kristus, kita mengenal pewahyuan yang menentukan akan kasih Allah yang setia dan berbela rasa. Bela rasa dan kasih setia Allah yang secara meyakinkan diwahyukan dalam Kristus adalah yang mendasari dan menopang harapan umat Kristiani akan keselamatan.
Apa yang menjadi pengharapan Yesus? Kerajaan Allah. VisiNya tentang Kerajaan Allah membentuk seluruh pelayananNya, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15). Yesus memberi tanda dibukanya Kerajaan Allah dengan mengadakan penyembuhan, pengampunan dosa, mukjizat, dan solidaritas dengan mereka kaum papa dan tertindas.
Di sini dapat kita lihat hal-hal yang harus menjadi perhatian kita, yang menggenapi Perjanjian Lama dalam rangka untuk mencapai keselamatan, yaitu iman, pertobatan, dan percaya kepada Injil.
Pada Injil Matius 9:22 Yesus mengatakan: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. Yesus punya perhatian pada wanita, yang penuh iman menjamah jumbai jubahNya. Orang yang sakit ini dikenali, dipandang, diteguhkan dalam imannya. Kalau bagi orang lain jalan sudah disangka buntu, perempuan yang sakit pendarahan itu sudah menderita selama dua belas tahun lamanya dan tidak ada orang yang dapat menyembuhkannya (bdk Luk 8:43), karena kesulitan terlalu besar, tak teratasi, bagi Yesus selalu ada harapan pada Bapa, yang memberi lebih daripada yang diandaikan oleh peminta. Pemberian Yesus tidak akan mengecewakan, di kemudian hari tak akan disesalkan, sebab di situ bukan desakan atau kemauan manusia yang menentukan, melainkan karunia yang telah dimurnikan: apa dan seberapa yang diberikan, diangkat menjadi karunia Bapa, dan perahmatan, yang seutuhnya akan memberi keselamatan.
Kemudian tentang pertobatan, pada Injil Lukas 23:41-43 dikatakan: “Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”. Yesus mau dan mampu memberikan kerajaan abadi kepada penjahat yang bertobat, pada hari kematiannya itu juga. Yesus menuntut kepercayaan dan pertobatan hati. bagi orang yang percaya, betapapun besar dan banyak dosanya, bila ia bertobat dan berharap kepadaNya, pintu Firdaus, alam kerajaan Yesus sudah terbuka.
(Stefan Surya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^