Menyongsong Hari Esok yang lebih Baik
Tahun 2010 telah kita tinggalkan. Di tahun itu kita mengukir banyak kenangan. Ada baiknya kalau kita merefleksikan kembali apa saja yang telah kita kerjakan selama setahun. Ada yang positif, menggembirakan dan mendatangkan kebahagiaan, ada juga yang negatif, membuat kita sedih dan menderita. Suka duka, bahagia dan menderita itulah dinamika kehidupan kita. Hidup kita yang selalu berjalan dan banyak perubahan.
Kini kita memasuki tahun 2011. Tiba saatnya bagi kita untuk mengarahkan hati dan pikiran kita ke depan. Menyongsong fajar dan hari baru yang menawarkan begitu banyak harapan , impian, sekaligus tantangan. Kita tumbuhkan tekad untuk membangun hari esok dengan penuh semangat.
Pada masa sekarang keberhasilan kita dalam satu bidang kehidupan, bukan ditentukan dengan cara “berani bersaing” melainkan dengan meningkatkan “daya saing”. Kita tingkatkan kinerja kita. Kita tampil dengan prima dan penuh semangat, bukan untuk mengalahkan orang/pihak lain, tetapi agar mendapatkan tujuan yang lebih baik.
Bagaimana dengan tugas/karya pelayanan kita. Tugas utama kita adalah menghadirkan kerajaan Allah di setiap tempat dimana kita berada. Untuk tampil prima dan penuh semangat, yang terutama adalah menyandarkan kepada kekuatan Allah.Biarlah Roh KudusNya menguatkan dan membimbing kita dalam melaksanakan tugas ini. Tentu saja sebagai pewarta, kita tetap harus bisa memiliki sikap rendah hati.
Sikap rendah hati ditunjukkan oleh Yohanes Pembabtis. Sebagai orang yang dipilih Tuhan agar umatnya bertobat. Saat itu Yohanes Pembabtis menyerukan pertobatan dengan cara dan gayanya. Sebenarnya Yohanes Pembabtis lebih dulu populer dari pada Yesus, karena dia harus “menyiapkan kehadiran Yesus”. Begitu banyak yang simpatik sehingga Yohanes menjadi populer pada masa itu. Namun, Yohanes tetap merendahkan hati ketika mengetahui kehadiran Yesus. Namun dia tidak mau mencari popularitas pribadi. Dia tidak mau mengakui bahwa dia mesias namun dia adalah “Suara yang berseru di padang, yang mempersiapkan diri menyambut Sang mesias”.
Bagaimana dengan kita ? Sudahkah kita buang jauh-jauh keinginan mencari popularitas diri? Banyak orang yang melakukan suatu kegiatan dengan suatu keinginan mencari popularitas diri. Akibatnya dia tidak pernah menyukai bila orang/lembaga lain berhasil dalam menjalankan tugasnya Demi popularitas diri tidak segan-segan orang memusuhi atau berusaha menjatuhkan orang lain dengan menjelek-jelekkan.
Segala daya, kekuatan dan kebaikan dalam diri kita bersumber dari Tuhan. Jadi selayaknyalah kalau pewartaan kita terarah kepada semakin dimuliakanlah namaNya. Biarlah namaNya semakin besar dan mulia melalui pewartaan dan pelayanan kita. Jadi kita tidak usah berharap bahwa nama kita menjadi populer dan menonjol. Semua itu termasuk godaan manusiawi. Popularitas bisa hilang dalam sekejap, seperti halnya kebanggaan duniawi yang lain, Maka, marilah kita mewartakan kasih dan karya keselamatan Allah dengan lebih tulus dan semangat, Tuhan memberkati!
(E.Sri Hartati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^