Sabtu, 08 Januari 2011

Evangelisasi

MENGAPA DI GEREJA KATOLIK BANYAK PATUNG?


Di dalam gedung gereja katolik dan di rumah-rumah orang katolik sering terdapat berbagai macam patung. Ada patung Yesus, patung Bunda Maria dan patung para kudus. Apa ini tidak bertentangan dengan perintah Allah seperti yang tertulis dalam Kitab Keluaran: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan” (Kel 20:3-7)?
Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu melihat konteks larangan membuat patung. Kitab Keluaran 20:3-7 berbicara tentang Tuhan, Allah kita. Perintah pertama melarang kita untuk beribadat kepada allah-allah lain. Kita hanya boleh beribadat kepada Allah yang benar, yang esa. Perintah ketiga melarang kita untuk menyebut nama Tuhan secara sia-sia atau menyalahgunakan nama Tuhan, Allah kita. Menyalahgunakan nama Tuhan itu misalnya nama Tuhan dipakai untuk mengutuk atau bersumpah palsu. Dalam perintah kedua kita dilarang membuat patung Allah. Artinya kita dilarang membuat barang apapun yang menyerupai manusia, burung, binatang, ular, ikan untuk mengungkapkan Allah. Dalam ayat ketiga dikatakan bahwa kita tidak boleh menyembah allah-allah lain, berarti tidak boleh menyembah dewa-dewa. Berarti pula tidak boleh menyembah patung dewa-dewa. Maka dari itu larangan dalam ayat 4 untuk tidak membuat patung, tidak mengenai patung untuk mahluk biasa, misalnya: patung jendral Sudirman, patung Pangeran Diponegoro yang sedang naik kuda, patung pahlawan revolusi dan sebagainya. Dan karena itu pula bukan mengenai patung para santo dan santa yang hanya manusia biasa saja. Mereka bukan dewa dan dewi, apalagi mereka itu bukan Allah.
Ayat 5 memerintahkan: “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya”, tidak mengacu kembali kepada patung dalam ayat 4, melainkan kepada allah-allah lain dalam ayat 3. Larangan beribadah kepada allah-allah lain atau dewa-dewa lain diulangi lagi untuk menggaris bawahi kebenaran yang mutlak ialah bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu. Allah yang cemburu ini adalah Allah yang ingin menjalin relasi pribadi antara DiriNya dan kita umat-Nya, sehingga hati kita 100% tertuju kepadaNya saja. Orang yang melanggar larangan tersebut yaitu ‘orang-orang yang membenci Aku’ akan mengalami akibat yang mengerikan. Tetapi kepada orang yang mengasihi Dia dengan berpegang kepada perintahNya, Allah memberikan janji kasih setiaNya.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa membuat patung para santo dan santa itu tidak ada sangkut pautnya dengan larangan Tuhan dalam perintah tersebut di atas. Bahkan memberikan penghormatan kepada para santo dan santa pun tidak dilarang asal kita jangan menyembah mereka seolah-olah mereka itu allah-allah lain. patung dan gambar para kudus dapat menjadi alat peraga bagi kita untuk mengingatkan kita akan orang-orang kudus yang hidupnya merupakan kesaksian yang indah tentang karya rahmat Allah di tengah-tengah umatNya. Melalui penjelasan yang sehat dan tepat, melalui pewartaan yang benar dapat dicegah praktek-praktek yang berbau tahyul dan menjurus kepada penyembahan berhala.
Dalam Kitab Ulangan bab 4 ayat 16 terdapat perintah Allah yang berbunyi: “jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun …dsb”. Jadi di puncak Gunung Sinai tanpa memperlihatkan diriNya dalam bentuk rupa yang nyata, hanya memperdengarkan suaraNya Allah memberikan larangan untuk membuat patung yang menyerupai berhala. Alasan untuk melarang Israel membuat patung yang menyerupai berhala sungguh-sungguh sangat penting karena Israel hidup di tengah-tengah bangsa-bangsa yang menyembah banyak berhala, sehingga ada godaan besar bahwa Israel akan terpengaruh untuk menyembah berhala-berhala seperti bangsa-bangsa yang mengelilinginya. Maka Israel dilarang membuat patung-patung yang menyerupai berhala-berhala bangsa kafir.
Bolehkah Yesus Putera Allah dipatungkan?
Penginjil Yohanes menulis: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:1-2, 14). Kita mengenal Tuhan Allah bukan hanya melalui pewahyuan di gunung Sinai saja. Kita mengenal Allah juga melalui pewahyuan lewat Injil Yohanes. Allah telah menjadi daging, menjadi manusia. Allah yang tidak kelihatan menjadi kelihatan dalam diri Firman yang menjadi manusia ialah Yesus Kristus, Tuhan. Maka dari itu apabila kita membuat gambar Yesus atau patung Yesus, hal itu tidak bertentangan dengan perintah dalam Perjanjian Lama tersebut. Patung atau gambar Yesus dapat membantu kita untuk melihat bagaimana Allah telah menyatakan diri dalam Yesus Kristus. Bahkan Corpus atau patung Yesus pada kayu salib memberikan gambaran yang konkrit sekali betapa Allah mencintai kita dan betapa ketaatan Kristus kepada BapaNya.
Jadi adanya patung-patung di dalam gedung gereja dimaksudkan dengan tujuan: mengingatkan kita akan tugas panggilan kita sebagai orang kristiani yaitu berjuang mengalahkan kejahatan dengan berbuat kebaikan dengan bantuan rahmat Tuhan sama seperti orang-orang kudus yang patung-patungnya kita lihat menghiasi gereja-gereja kita. Para kudus itu telah mendahului kita dan menang dalam perjuangan melawan kejahatan. Mereka menemukan kekuatan lewat penerimaan sakramen-sakramen, lewat doa, lewat pendalaman firman Tuhan, lewat disiplin yang keras dan sebagainya. Dan para kudus ini berseru kepada kita semua: “Ikutilah jejak Kristus!”.
Dan akhirnya patung-patung orang kudus menjadi sarana untuk membantu mengarahkan hati kita kepada yang ‘ada di atas’ supaya kita mempersatukan doa kita dengan doa mereka yang sudah bersatu secara sempurna dengan Allah, sehingga seluruh hidup kita turut memuji Allah yang bertahta di surga mulia. Orang katolik tidak menyembah patung. Penyembahan patung adalah dosa, walaupun patungnya orang kudus. Hanya Tuhanlah yang kita sembah. Kita menghormati  orang kudus yang pribadinya kita tampakkan dalam bentuk patung.

(Stefan Surya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^