Selasa, 01 Juni 2010

Ruang Kitab Suci

MENGIKUT YESUS

LUKAS 9:51-6251 Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem,
52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
53 Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.
54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?”
55 Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.
56 Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
57 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.”
58 Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
59 Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.”
60 Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”
61 Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.”
62 Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.

Susunan

Bacaan Injil ini terdiri dari dua bagian dan tidak mudah dihubungkan satu dengan yang lain. Yesus ditolak oleh orang-orang Samaria (ay. 51-56) dan tiga percakapan singkat tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengikut Yesus (ay. 57-62).
Perjalanan dan penolakan (ay. 51-56): Pembukaan Injil ini cukup membingungkan. Belum apa-apa sudah dikatakan bahwa saat untuk Yesus naik ke sorga sudah tiba, sehingga untuk itu Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem (ay. 51). Kemudian permulaan perjalanan dipersiapkan oleh beberapa utusan, sepertinya mereka ingin mengambil jalan yang lebih pendek maka harus melalui wilayah orang Samaria (ay. 52). Mereka mengalami hambatan dari orang Samaria yang dianggap bidaah oleh orang Yahudi, karena itu orang Samaria tidak bisa menerima penghinaan ini, akibatnya mereka ditolak oleh orang Samaria dengan memblokir jalan ke Yerusalem (ay. 53). Kedua murid langsung naik pitam dan minta izin kepada Yesus untuk membalas dan menghukum orang Samaria dengan kekerasan. Tetapi Yesus menolak usul tersebut (ay. 54-55). Yesus dan rombonganNya melanjutkan perjalanan dengan melalui rute yang lain (ay. 56).
Tiga percakapan dengan calon-calon pengikut Yesus (ay. 57-62): Ketika mereka dalam perjalanan, ada orang yang meminta agar diperkenankan untuk menjadi pengikut Yesus dengan tidak mengajukan syarat apapun. Yesus memperingatkannya bahwa perjalanan tersebut adalah suatu perjalanan penuh tantangan. Orang harus siap sedia menerima apa saja yang terjadi dalam perjalanan bahkan hal terburuk sekalipun, yaitu melepaskan kediamannya (ay. 57-58). Yesus memanggil orang kedua, dia mengajukan syarat untuk menguburkan bapanya terlebih dahulu. Yesus menolak syarat itu dan langsung mengutus untuk mendahulukan pemberitaan Kerajaan Allah (ay. 59-60). Kemudian orang ketiga yang menyatakan niatnya untuk mengikut Yesus dengan syarat pamitan dahulu dengan keluarganya. Yesus menolak syarat menunda niatnya itu sebagai tak layak untuk Kerajaan Allah (ay. 61-62).

Konteks
Yesus mengarahkan pandanganNya dan menetapkan hatiNya untuk pergi ke Yerusalem menghadapi sengsara. Ini suatu keputusan yang penting, menggenapi kehendak Bapa, yang memberi arah akhir pada hidupNya. Akhir hidup Yesus yang ditandai dengan sengsara dan kebangkitan oleh Lukas disebut ‘pengangkatan ke sorga’. Dalam bagian hidup ini peranan Bapa, yang mengangkat, yang memuliakan, lebih berbicara: Ia menyerahkan Putera Tunggal-Nya demi keselamatan dunia. Lukas menggambarkan bagian ini sebagai ‘perjalanan’ ke Yerusalem. Dan Yesus melakukannya sebagai penyelesaian misi-Nya.

Keterangan
Genap waktunya Yesus diangkat ke sorga (ay. 51): Ungkapan genap waktunya menunjukkan bahwa rencana Allah dalam rencana penyelamatan memasuki tahap perwujudan yang final. Kata ‘diangkat ke sorga’, maksudnya bukan pengangkatan Yesus di salib atau pengangkatanNya ke sorga, melainkan seluruh proses peralihan Yesus dari dunia kepada Bapa di sorga. Peralihan dari penderitaan, wafat, dimakamkan hingga pemuliaan Yesus. Kata itu dalam Alkitab Ibrani dipakai untuk keberangkatan Henokh, Elia, dan Musa. Yesus dihubungkan dengan nabi-nabi itu (9:30-31).
Mengarahkan pandangan-Nya (ay. 51): Harafiah: mengeraskan roman muka-Nya. Artinya, Yesus mengambil keputusan tegas dan tidak gentar untuk pergi menghadapi apa yang ditentukan Bapa bagi-Nya di Yerusalem.
Desa orang Samaria (52): Yesus melarang murid-muridNya memasuki kota-kota Samaria (Mat 10:5). Namun Lukas menggambarkan Yesus memberi perhatian khusus pada orang Samaria (misalnya 10:30-37 ; 17:15-16). Dalam hal ini Lukas menegaskan karya penyelamatan berlaku umum untuk segala bangsa.
Orang-orang Samaria (53): Orang Samaria bermusuhan dengan orang Yahudi. Permusuhan ini mempunyai sejarah panjang. Sejak sebagian penduduk Israel dibuang ke Asyur (722 sM), kemudian raja Asyur mengirim bangsa-bangsa lain ke daerah Samaria sebagai ganti yang ditinggalkan oleh orang Israel dalam pembuangan tersebut, sehingga terjadi sisa orang Israel bercampur dengan bangsa-bangsa lain yang dibuang ke situ (2 Raj. 17:6,24). Orang-orang Samaria menerima kelima kitab Taurat menurut versi mereka sendiri. namun orang-orang Yahudi memandang mereka sebagai orang-orang bidaah, orang najis dan orang asing. Pada abad 3 sM orang –orang Samaria membangun bait suci sendiri di atas gunung Gerizim (bdk Yoh 4:20), yang pada abad berikutnya dihancurkan oleh raja dan imam agung Yahudi Yohanes Hirkanus, sehingga orang Samaria tidak senang, akibatnya mereka menolak Yesus ketika Ia mau ke Yerusalem. Menerima Yesus yang adalah orang Yahudi sama saja dengan menerima musuh dan tidak menjadi suatu kehormatan bagi mereka.
Menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka (ay. 54-55): Usul dua rasul ini mengacu pada nabi Elia yang menyuruh api turun atas lawan-lawannya (2 Raj 1:10, 12). Tetapi Yesus menolak usul murid-muridNya. Yesus mengajarkan hukum cinta kasih bagaimana para murid harus menjawab penghinaan dari orang luar (bdk. Rm 12:18-21, Gal 5:14 bacaan II). Yesus tahu bahwa masa karyaNya di dunia ini adalah masa pertobatan, agar orang yang bertobat dapat diampuni dan ditebus dosa-dosanya, bukan masa penghukuman yang adalah urusan Allah.
Aku akan mengikut Engkau (ay. 57, 61): Hanya dalam Injil Lukas di sini, ada orang yang berinisiatif untuk menjadi pengikut Yesus. Murid mestinya dipanggil Yesus (5:27, 6:13). Murid yang mempunyai keinginan sendiri untuk menjadi pengikut Yesus, diingatkan syarat-syarat mengikutiNya yaitu: mengutamakan Kerajaan Allah di atas harta milik dan keluarga (14:25-33).
Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya (ay. 58): Anak Manusia di sini sebagai sebutan diri yang merendah. Sebutan ini dapat menunjuk kepada manusia sebagai insan yang fana. Dalam arti itu Yesus mengenakannya pada diriNya dalam nubuat-nubuat tentang penderitaan dan kematianNya (9:22, 44 ; 18:31-33 ; 22:22 ; 24:7). Sebutan Anak Manusia juga dipakai Yesus dalam nubuat-nubuat tentang kedatanganNya dalam kemuliaan pada akhir zaman (9:26 ; 12:8 ; 21:27 ; 22:69). Latar belakang sebutan ini dari Daniel 7:13-14, “seorang seperti anak manusia” yang datang dengan awan-awan dari langit, dan yang oleh Allah diberi kemuliaan dan kekuasaan. Kalau orang tergerak mau mengikut Yesus, Ia menunjukkan tuntutanNya: Kemiskinan (bdk Mat 5:3), tanpa kediaman yang tetap, siap setiap saat bila diutus, sanggup mengikuti cara hidup Yesus, yang tidak menjamin diri dengan keamanan dan kepastian.
Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku (ay. 59): Menguburkan orang tua adalah kewajiban utama seorang anak yang menghormati bapa dan ibunya (bdk. Tob 4:3-4 ; 6:15). Bahkan para imam yang harus menjauhkan diri dari kontak dengan jenazah yang menajiskan, wajib melakukannya (Im 21:1-3).
Biarlah orang mati menguburkan orang mati (ay. 60): Biarlah orang-orang yang tidak mengikut Yesus, yakni mereka yang mati secara rohani, menguburkan orangnya yang telah meninggal dunia. Sabda yang keras ini tidak menyangkal kewajiban para pengikut Yesus terhadap orang tua mereka, tetapi ada hal yang lebih utama daripada kewajiban keluarga. Tuntutan mutlak Kerajaan Allah mempunyai konsekuensi untuk tuntutan kehidupan keluarga.
Izinkanlah aku pamitan dulu dengan keluargaku (ay. 61): Calon pengikut Yesus ini mengajukan syarat, yakni izin untuk pamitan dahulu, seperti yang diminta Elisa ketika dipanggil oleh Elia (1 Raj 19:19-21 bacaan I). Elia mengizinkannya. Yesus sekali lagi membedakan diri dengan nabi Elia. Untuk terlibat dalam penyebaran Kerajaan Allah yang merupakan tugas pengikut Yesus, dituntut suatu konsistensi yang melampaui hubungan keluarga.
Siap untuk membajak….menoleh….tidak layak (ay. 62): Ikut Yesus itu dilakukan ‘tanpa reserve’, ikhlas, rela tanpa syarat apapun juga dengan jiwa dan raga, pengorbanan apa saja. Memutuskan hubungan dengan masa lampau! Orang yang membajak tidak boleh menoleh kebelakang, karena bajaknya bisa berbelok arah dan dapat menyebabkan celaka. Orang yang suka menoleh itu tidak cocok dan tidak berguna untuk Kerajaan Allah.

Amanat / pesan
Panggilan Tuhan menawarkan diri dengan cara yang berlain-lainan, namun penyangkalan diri selalu dituntut secara total dan radikal, utuh dan menyeluruh. Mengikut Yesus Kristus bukanlah hal mudah. Itulah mungkin gagasan yang menghubungkan kedua bagian ini. Mengapa tidak mudah? Karena perjalananNya ialah menuju Yerusalem. Yesus mempunyai komitmen tegas terhadap tugas-Nya, yakni ‘kepergian’ yang harus Ia lakukan di Yerusalem. Ia telah menetapkan hatiNya dan mulai melangkah menuju ke tempat penderitaan dan kematianNya. Itulah jalan yang harus dan mau Ia tempuh untuk diangkat ke sorga, sama seperti nabi Henokh, Elia, dan Musa telah diangkat ke sorga.
Tidaklah cukup orang hanya menyanggupkan diri, ia harus sanggup mengikuti cara hidup Yesus. Ikut Yesus itu menggantungkan diri kepada penyelenggaraan Bapa. Orang harus siap bukan saja untuk menerima penghinaan dan penolakan, melainkan juga tidak boleh melakukan pembalasan dengan tindakan kekerasan atas penghinaan yang diterimanya. Yesus menolak kekerasan, Ia melanjutkan jalan penyelamatan kepada semua orang, dan mengajak murid-murid serta semua pengikutNya untuk ikut dalam jalan yang demikian. Yesus memuji Ibu-Nya, ketika berkata, “Siapa ibuKu, sanak-saudaraKu? Mereka yang mendengarkan sabda Allah dan yang melakukannya!”. Demikian juga kita dicinta seutuhnya, untuk diberi pewartaan tentang Kerajaan Allah dalam berbagai bentuk, jalan dan cara.
Yang penting dan paling mendasar dalam mengikut Yesus, orang harus berani beriman, penyerahan diri total kepada Allah. Berani menghayati suatu hidup batin yang melepaskan diri dari segala keamanan yang diberikan oleh dunia ini. Orang harus berani meninggalkan cara berpikir dan hidup dunia ini agar dapat masuk dalam suatu hidup baru yang tidak berada dalam tangannya. Orang yang benar-benar mau menjadi pengikut Kristus tidak dapat mengandalkan kekuatannya sendiri, itu melampaui kemampuannya. Mengikuti Yesus Kristus selalu membutuhkan rahmat. Mengarahkan pandangan hanya lurus kesatu arah yaitu Kerajaan Allah, tidak menoleh ke belakang. Kita semua satu per satu pada suatu waktu dipanggil “untuk ke Yerusalem sorgawi” dalam hidup. Semoga kita tetap setia pada panggilan kita masing-masing.

(Stefan S Tjandra / St. S T) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^