Janji Yang Teruji
Jarum jam di kamarku sudah menunjukkan pukul 12.30 malam. Suami dan anak-anakku sudah tidur lelap tiga setengah jam yang lalu. Suara televisi masih terdengar keras di ruang tengah. Namun entah kenapa hatiku masih sesak dan sakit setelah sore tadi mas Totok suamiku secara terbata-bata bilang kalau kabar burung yang selama ini kudengar, mas Totok punya pacar lagi benar adanya. Dunia ini seakan runtuh. Seketika itu juga aku minta cerai pada suami yang selama 13 tahun telah menikahi aku. Selama ini aku memang tak peduli dan tak mau tahu apa dan bagaimana pekerjaan suamiku selama ini. Yang penting setiap bulan suamiku memberikan uang buatku dan anak-anakku. Akupun sudah cukup capek dan lelah setelah seharian kerja di kantor. Aku pulang kerja jam 6 sore. Sesudah itu aku makan dan istirahat. Terkadang menonton televisi sebentar dan ngobrol dengan anak-anak lalu tidur. Mas Totok pulang jam 9 malam. Kadang juga jam 10 malam lalu mandi dan makan. Kuakui aku memang jarang menemaninya makan. Kami juga jarang ngobrol dari hati ke hati sejak 8 bulan yang lalu. Suamiku memang pendiam dan baru 8 bulan yang lalu mulai bekerja aktif lagi sebagai karyawan. Sebelumya memang kami berdua usaha warung kecil-kecilan tapi karena kurang pandai mengelola akhirnya kami bangkrut.
Awal-awal kami berdua dapat pekerjaan baru memang menyenangkan. Artinya perekonomian keluarga yang selama ini sangat pas-pasan menjadi agak sedikit longgar. Anak-anakkupun juga mulai seperti anak lain pada umumnya yang rutin bisa kuberikan uang jajan dan uang transport buat ke sekolah secukupnya. Angel anakku yang pertama sebentar lagi lulus SMP. Dia sangat semangat sekali masuk SMK Pariwisata. Sedang Steven anakku yang kedua juga semangat lagi ikut les menggambar di sekolahnya. Hmm..tak kuduga sama sekali. Sekitar sebulan yang lalu teman sekantorku cerita kalau dia melihat mas Totok jalan-jalan di Mall bersama seorang wanita. Lima hari yang lalu Bu Made tetangga rumah bilang ketemu mas Totok di Salon langganannya mengantar seorang wanita, dan sore kemarin aku sendiri melihat mas Totok memboncengkan seorang wanita. Aku saat itu berusaha menenangkan pikiran dan berusaha berfikir positif terhadap suamiku. Ah…pasti itu cuma teman sekantornya yang kebetulan bareng. Tapi kenapa kemarin siang pas aku SMS mas Totok bilang ada metting sampai malam??? Duh…saat itu perasaanku sudah mulai resah lagi. Aku berencana menanyakan langsung malam ini pada mas Totok. Dan………aku nggak menyangka sama sekali jawaban mas Totok seperti itu. Disisi lain Dia memang berterus terang padaku tetapi keterus terangannya itu sangat menyakitkan dan tak berperasaan sama sekali. Aku sangat emosional sekali waktu itu. Tak ada lagi maaf buat suami yang tega berbuat seperti itu pada keluarganya dan aku sudah tak mau lagi hidup dengannya.
Pikiranku kembali menerawang……….sejenak kenangan manis dan kenangan pahit kami dahulu datang silih berganti. Tiga belas tahun sudah kami meng-arungi bahtera rumah tangga bersama. Waktu yang cukup matang bagi sebuah keluarga untuk mendidik dan membesarkan buah hati kami yang menginjak masa remaja. Aku ingat cita-cita Angel anak kami, Dia ingin masuk sekolah SMK Pariwisata karena ingin cepat kerja membantu kami orang tuanya. Juga Steven anak bungsuku yang kelihatan sangat menonjol sekali bakat melukisnya. Tak mau kalah dengan kakaknya, diapun rajin ikut lomba-lomba melukis lewat sekolahnya supaya bisa membantu kami orang tuanya……..Duh mulianya keinginan mereka berdua …….Ingat anak-anakku hatiku menjadi sedih ….. teganya aku menghancurkan impian mereka yang begitu mulia……….Tapi, bagaimana dengan mas Totok ? Apakah Dia saat ini juga berfikir sama seperti yang kupikirkan ? Sampai detik ini aku tidak tahu apa yang ada di benak mas Totok sampai dia tega melakukan hal itu ???
Satu bulan sudah berlalu, sejak peristiwa malam itu aku dan mas Totok semakin jarang ketemu. Aku sengaja menyibukkan diri dengan pekerjaanku, untuk menghindari pertemuan dengan suamiku. Sebaliknya sekarang justru mas Totok yang sering datang lebih awal ke rumah. Kadang jam 3 atau jam 4 sore dia sudah sampai rumah. Kemudian dia menemani anak-anakku belajar atau sekedar mengajak main Steven keluar. Aku dengar hal ini dari Angel. Suatu sore Angel bertanya padaku Kenapa selama ini Mama sibuk dan tak ada waktu buat Angel, Steven dan Papa?? Duh …… lidahku kelu….. apa yang harus kukatakan padanya? Aku tak mungkin berterus terang tentang semua yang telah terjadi selama ini padanya. Angel tahunya antara Aku dan mas Totok memang tak pernah terjadi apa-apa. Aku terdiam dan berusaha mengalihkan pertanyaan anakku untuk kembali memintanya meneruskan belajar. Sejak peristiwa malam itu aku memang tak pernah berkomunikasi lagi dengan mas Totok. Aku tak tahu lagi mesti bagaimana? Aku memang sengaja menghindar setiap mas Totok ingin mengajakku bicara.
Hmm…….inilah malam yang kesekian kalinya aku tidak bisa tidur…Hatiku benar-benar kesepian …… Tiba-tiba Sayup-sayup terdengar lagu ini ditelingaku.
Awal-awal kami berdua dapat pekerjaan baru memang menyenangkan. Artinya perekonomian keluarga yang selama ini sangat pas-pasan menjadi agak sedikit longgar. Anak-anakkupun juga mulai seperti anak lain pada umumnya yang rutin bisa kuberikan uang jajan dan uang transport buat ke sekolah secukupnya. Angel anakku yang pertama sebentar lagi lulus SMP. Dia sangat semangat sekali masuk SMK Pariwisata. Sedang Steven anakku yang kedua juga semangat lagi ikut les menggambar di sekolahnya. Hmm..tak kuduga sama sekali. Sekitar sebulan yang lalu teman sekantorku cerita kalau dia melihat mas Totok jalan-jalan di Mall bersama seorang wanita. Lima hari yang lalu Bu Made tetangga rumah bilang ketemu mas Totok di Salon langganannya mengantar seorang wanita, dan sore kemarin aku sendiri melihat mas Totok memboncengkan seorang wanita. Aku saat itu berusaha menenangkan pikiran dan berusaha berfikir positif terhadap suamiku. Ah…pasti itu cuma teman sekantornya yang kebetulan bareng. Tapi kenapa kemarin siang pas aku SMS mas Totok bilang ada metting sampai malam??? Duh…saat itu perasaanku sudah mulai resah lagi. Aku berencana menanyakan langsung malam ini pada mas Totok. Dan………aku nggak menyangka sama sekali jawaban mas Totok seperti itu. Disisi lain Dia memang berterus terang padaku tetapi keterus terangannya itu sangat menyakitkan dan tak berperasaan sama sekali. Aku sangat emosional sekali waktu itu. Tak ada lagi maaf buat suami yang tega berbuat seperti itu pada keluarganya dan aku sudah tak mau lagi hidup dengannya.
Pikiranku kembali menerawang……….sejenak kenangan manis dan kenangan pahit kami dahulu datang silih berganti. Tiga belas tahun sudah kami meng-arungi bahtera rumah tangga bersama. Waktu yang cukup matang bagi sebuah keluarga untuk mendidik dan membesarkan buah hati kami yang menginjak masa remaja. Aku ingat cita-cita Angel anak kami, Dia ingin masuk sekolah SMK Pariwisata karena ingin cepat kerja membantu kami orang tuanya. Juga Steven anak bungsuku yang kelihatan sangat menonjol sekali bakat melukisnya. Tak mau kalah dengan kakaknya, diapun rajin ikut lomba-lomba melukis lewat sekolahnya supaya bisa membantu kami orang tuanya……..Duh mulianya keinginan mereka berdua …….Ingat anak-anakku hatiku menjadi sedih ….. teganya aku menghancurkan impian mereka yang begitu mulia……….Tapi, bagaimana dengan mas Totok ? Apakah Dia saat ini juga berfikir sama seperti yang kupikirkan ? Sampai detik ini aku tidak tahu apa yang ada di benak mas Totok sampai dia tega melakukan hal itu ???
Satu bulan sudah berlalu, sejak peristiwa malam itu aku dan mas Totok semakin jarang ketemu. Aku sengaja menyibukkan diri dengan pekerjaanku, untuk menghindari pertemuan dengan suamiku. Sebaliknya sekarang justru mas Totok yang sering datang lebih awal ke rumah. Kadang jam 3 atau jam 4 sore dia sudah sampai rumah. Kemudian dia menemani anak-anakku belajar atau sekedar mengajak main Steven keluar. Aku dengar hal ini dari Angel. Suatu sore Angel bertanya padaku Kenapa selama ini Mama sibuk dan tak ada waktu buat Angel, Steven dan Papa?? Duh …… lidahku kelu….. apa yang harus kukatakan padanya? Aku tak mungkin berterus terang tentang semua yang telah terjadi selama ini padanya. Angel tahunya antara Aku dan mas Totok memang tak pernah terjadi apa-apa. Aku terdiam dan berusaha mengalihkan pertanyaan anakku untuk kembali memintanya meneruskan belajar. Sejak peristiwa malam itu aku memang tak pernah berkomunikasi lagi dengan mas Totok. Aku tak tahu lagi mesti bagaimana? Aku memang sengaja menghindar setiap mas Totok ingin mengajakku bicara.
Hmm…….inilah malam yang kesekian kalinya aku tidak bisa tidur…Hatiku benar-benar kesepian …… Tiba-tiba Sayup-sayup terdengar lagu ini ditelingaku.
Tak ada manusia yang terlahir sempurna.
Jangan kau sesali segala yang telah terjadi.
Kita pasti pernah dapatkan cobaan berat.
Seakan hidup ini tak ada artinya lagi.
Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugrah.
Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik.
Tak ada manusia yang terlahir sempurna.
Jangan kau sesali segala yang telah terjadi.
Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugrah.
Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik.
Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya
Bagi hambaNya yang sabar dan tak kenal putus asa.
Jangan menyerah, jangan menyerah, jangan menyerah2x
Syukuri apa yang ada. Hidup ini adalah anugrah.
Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik.
Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya
Bagi hambaNya yang sabar dan tak kenal putus asa.
Entah sudah berapa kali lagu itu kudengar malam ini. Ada kerinduan yang tiba-tiba menyelinap dalam relung-relung hatiku?? Tuhan…...kenapa selama ini aku terlalu egois….aku terlalu merasa diriku yang paling benar dan aku merasa diriku serba bisa dan parahnya lagi aku malah meninggalkan Tuhan semenjak aku mendapatkan cobaan dan pekerjaan baru di kantor. Tuhan memang memberi materi yang lebih dari cukup. Tuhan juga memberikan cobaan yang berat dalam keluargaku. Tapi……selama waktu itu pula aku meninggalkan Tuhan karena terlalu larut dengan semua yang kuhadapi. Kenapa selama ini aku tak pernah sedikitpun meluangkan waktu untuk berdoa? Tiba-tiba ada suatu kekuatan yang luar biasa yang membimbingku untuk berdoa. Entah sudah berapa jam aku berdoa. Segala yang kurasakan, yang kualami, dan kuhadapi selama ini kutumpahkan malam ini lewat doaku PadaNya. Usai berdoa kurasakan beban hidupku terasa ringan. Sejenak aku keluar kamar untuk menengok kamar anak-anakku, kebiasaan yang sudah lama kutinggalkan sejak peristiwa pertengkaranku dengan mas Totok sebulan yang lalu. Aku menengok kamar Angel. Dia sudah tertidur pulas. Kuteruskan langkahku menuju ke kamar Steven, anakku yang kedua. Kubuka pelan-pelan pintu kamarnya. Ternyata Steven tertidur sangat pulas dipelukan Mas Totok suamiku. Ya Tuhan…….kenapa selama ini tak pernah terpikir olehku….dimanakah selama ini suamiku tertidur…Aku selalu berpikiran jelek dengan apa yang dilakukan suamiku. Tapi ternyata aku juga egois. Aku tak pernah memberikan kesempatan sedikitpun pada suamiku untuk berbicara lagi denganku sejak peristiwa pertengkaran itu.
Hari ini, aku sengaja bangun agak siang karena libur kantor. Tok…tok…tok ….Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dari luar. Sebenarnya aku masih agak malas untuk membuka pintu. Pintu kamarku memang tidak pernah kukunci. Sejenak kemudian muncul Mas totok dengan senyum yang mengembang. Pelan-pelan mas Totok menghampiriku dan memelukku erat. Lama kami saling berpelukan. Ada kerinduan yang tiba-tiba menyelinap….Ma, aku masih sangat menyayangimu. Aku sangat menyesal dengan apa yang kulakukan. Aku minta maaf….dan sebenarnya sejak pengakuanku malam itu aku sudah mengakhiri hubunganku dengan temanku itu. Aku ingin keluarga kita utuh seperti dulu lagi. Sebulan sudah aku menunggu kesempatan bicara seperti ini sama Mama. Setiap malam Aku berdoa bersama anak-anak supaya mama tidak lagi marah dan mau memaafkan Papa. Pagi ini Tuhan telah mengabulkan doa papa dan anak-anak. Maafkan Papa ya Ma…..Kupegang erat tangan suamiku. Akupun juga minta maaf ya Pa, atas sikapku selama ini pada Papa dan Anak-anak. Kusadari semua ini terjadi bukan karena kesalahan suamiku semata tapi juga kesalahanku karena ketidakpedulianku pada suami dan keluarga. Juga karena sikap egois dan kekerasan hatiku.
Tiba-tiba secara beriringan Angel dan Steven juga datang memelukku erat. Mama, kami rindu suasana yang dulu lagi.Kami tidak ingin berpisah dari Mama dan Papa…Kami sayang kalian berdua. Tiba-tiba Steven anak bungsuku mengeluarkan amplop dari balik bajunya. “Ini persembahan terbaikku untuk mamaku tersayang, ayo Ma, dibuka!” begitu pintanya. Pelan-pelan kubuka amplop coklat itu. Juara I Lomba Melukis Tingkat Nasional dalam rangka Hari Keluarga Nasional. Hadiah berupa uang tunai Rp 10.000.000,00 dan Berlibur sekeluarga di Bali selama 3 hari. Aku tidak menyangka sama sekali, selama sebulan ini Mas Totok dengan setia membimbing dan menemani Steven berlatih melukis dan mengikuti lomba sampai akhirnya Steven meraih juara pertama. Terima kasih Tuhan atas semua karuniaMu ini. Pagi ini kurasakan Mukjizat Tuhan luar biasa pada keluarga kami. Hatiku semakin yakin bahwa Tuhan tak akan memberikan cobaan yang melebihi kekuatan yang kita miliki. Dan kita sebagai umatNya hendaklah tetap setia akan Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun. Tuhan memberkati. (AAS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^