Selasa, 01 Juni 2010
Sajian Utama
Mampukan Aku Untuk Setia...
Cinta dan kehidupan kita adalah anugerah Allah. Tahun-tahun umur hidup kita bisa dibilang tidak terlalu lama. Hari ini, besok, lusa atau entah kapan, kita dihadapkan pada sebuah kepastian! Kita akan kembali menghadap kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu, selagi kita masih diberi kesempatan berziarah di dunia ini, marilah kita pegang teguh tujuan akhir kita yaitu kebahagiaan kekal di rumah Bapa, seperti yang telah dijanjikan Yesus sendiri “Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab aku pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu. Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan kemanapun Aku pergi kamu tahu jalan ke situ”. (Yoh.14:1-4).
Tuntutan untuk setia
Masalahnya, bagaimana cara meraih tujuan kebahagiaan kekal di rumah Bapa seperti yang dijanjikan Yesus ? Tidak ada cara lain, selain kita harus selalu setia mengikutiNya. Setia, memang mudah untuk diucapkan, namun sulit untuk diwujudkan. Oleh karena itu mari kita melaksanakannya dalam hal-hal kecil dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya setia dalam hal berdoa, mendukung kegiatan Rukun dan lingkungan, mengungkapkan kasih Allah kepada orang-orang di sekitar kita.
Kita seringkali menempatkan kegiatan doa dalam sisa-sisa waktu kita, bahkan kalau sudah terlalu lelah dengan aktifitas seharian, kita langsung terlelap tanpa berdoa sama sekali. Padahal Tuhan memberikan waktu dan kesempatan dua puluh empat jam sehari kepada kita. Apakah kita selalu meluangkan waktu untuk bersyukur dan membuka hati akan kehendak Tuhan lewat doa ?
Kegiatan di Rukun, Lingkungan Katholik ataupun lingkungan masyarakat di sekitar dapat menjadi sarana pelayanan kita bagi sesama dan gereja. Kita sesuaikan dengan kemampuan dan talenta kita masing-masing. Ada yang ikut aktif dengan menggunakan suaranya (koor), ide-idenya, karya sosialnya, palayanannya sebagai orang-orang yang terpilih ( misalnya Prodiakon, Ketua Wilayah, Ketua Lingkungan, Ketua Rukun, petugas TTK, Penghias altar dll.), tenaganya, juga bantuan materialnya.
Panggilan untuk selalu mengungkapkan kasih dan kebaikan Allah bisa kita lakukan, bila kita memiliki ketulusan hati. Kita mengungkapkan kasih Allah melalui kabaikan yang terpancar dari wajah kita, mata kita, senyum kita dan dalam setiap sapaan ramah kita.
Mencapai tujuan akhir kebahagiaan kekal kita memang tidak sejelas seperti kalau kita mencari sebuah alamat Gedung Pertemuan, seperti yang tercantum dalam sebuah undangan. Kita kadang mudah berkecil hati, kecenderungan sifat manusia bila di hadapkan pada suatu ketidakpastian. Rasanya kita ingin segera mencapai kepastian kebangkitan dan kebahagiaan kekal tanpa harus melewati proses yang diliputi ketidakpastian dan menuntut kesetiaan kita. Dalam ketidakpastian itu sering kita tergoda untuk meninggalkan jalanNya. Kita terlena, ketika dunia mengasihi kita sebagai miliknya sehingga hal-hal duniawi seperti kerakusan, persaingan materialistis, status, jabatan dan kekuasaan, kekerasan, kebencian, kejahatan, memperlakukan orang lain sebagai obyek yang pantas untuk dikuasai, balas dendam dll menguasai kehidupan kita.
Sebenarnya, bagi kita, cukup banyak petunjuk, yang bila dijalankan secara cermat dan setia akan membawa kita ke sana. Jalan kebenaran dan hidup kita adalah Yesus. Marilah kita mohon bimbinganNya agar selalu setia mengikuti jalanNya yang benar menuju keselamatan abadi. Proses itulah yang harus kita lalui selama kita masih berziarah di dunia ini. Hanya rahmatNya yang membuat kita tetap setia. Maka kita jangan berhenti untuk memohon rahmat itu. Tuhan memberkati ! ( E.Sri Hartati )
Kita seringkali menempatkan kegiatan doa dalam sisa-sisa waktu kita, bahkan kalau sudah terlalu lelah dengan aktifitas seharian, kita langsung terlelap tanpa berdoa sama sekali. Padahal Tuhan memberikan waktu dan kesempatan dua puluh empat jam sehari kepada kita. Apakah kita selalu meluangkan waktu untuk bersyukur dan membuka hati akan kehendak Tuhan lewat doa ?
Kegiatan di Rukun, Lingkungan Katholik ataupun lingkungan masyarakat di sekitar dapat menjadi sarana pelayanan kita bagi sesama dan gereja. Kita sesuaikan dengan kemampuan dan talenta kita masing-masing. Ada yang ikut aktif dengan menggunakan suaranya (koor), ide-idenya, karya sosialnya, palayanannya sebagai orang-orang yang terpilih ( misalnya Prodiakon, Ketua Wilayah, Ketua Lingkungan, Ketua Rukun, petugas TTK, Penghias altar dll.), tenaganya, juga bantuan materialnya.
Panggilan untuk selalu mengungkapkan kasih dan kebaikan Allah bisa kita lakukan, bila kita memiliki ketulusan hati. Kita mengungkapkan kasih Allah melalui kabaikan yang terpancar dari wajah kita, mata kita, senyum kita dan dalam setiap sapaan ramah kita.
Mencapai tujuan akhir kebahagiaan kekal kita memang tidak sejelas seperti kalau kita mencari sebuah alamat Gedung Pertemuan, seperti yang tercantum dalam sebuah undangan. Kita kadang mudah berkecil hati, kecenderungan sifat manusia bila di hadapkan pada suatu ketidakpastian. Rasanya kita ingin segera mencapai kepastian kebangkitan dan kebahagiaan kekal tanpa harus melewati proses yang diliputi ketidakpastian dan menuntut kesetiaan kita. Dalam ketidakpastian itu sering kita tergoda untuk meninggalkan jalanNya. Kita terlena, ketika dunia mengasihi kita sebagai miliknya sehingga hal-hal duniawi seperti kerakusan, persaingan materialistis, status, jabatan dan kekuasaan, kekerasan, kebencian, kejahatan, memperlakukan orang lain sebagai obyek yang pantas untuk dikuasai, balas dendam dll menguasai kehidupan kita.
Sebenarnya, bagi kita, cukup banyak petunjuk, yang bila dijalankan secara cermat dan setia akan membawa kita ke sana. Jalan kebenaran dan hidup kita adalah Yesus. Marilah kita mohon bimbinganNya agar selalu setia mengikuti jalanNya yang benar menuju keselamatan abadi. Proses itulah yang harus kita lalui selama kita masih berziarah di dunia ini. Hanya rahmatNya yang membuat kita tetap setia. Maka kita jangan berhenti untuk memohon rahmat itu. Tuhan memberkati ! ( E.Sri Hartati )
Sajian Utama
Jika Engkau Setia
Manusia mengira bisa berbuat jasa, untuk dicintai oleh Tuhan; yang benar adalah : Allah lebih dahulu mengasihi manusia, hingga dapat timbul jawaban cinta dalam dirinya, seperti seorang ibu mengasihi, membelai bayinya lebih dulu, hingga pada suatu ketika sang bayi memberi balasan senyum yang membuktikan timbulnya kontak dalam jawaban dari anak kepada ibunya. Manusia dapat berpikir dan dapat melakukan tindakan untuk memutuskan hubungannya dengan Tuhan. Tetapi Tuhan tidak pernah akan melepaskan tali pengikat antara manusia dengan Sang Penciptanya; sekali menciptakan, Tuhan menginginkan kelangsungan hidup ciptaanNya. Mencipta bagi Tuhan berarti mencinta sampai sehabis-habisnya. Manusia yang stres, putus-asa, mau mengambil jalan pintas, tidak dilepaskan oleh cinta Tuhan. Jika kita tidak setia, Dia tetap setia (2 Tim 2:13). Ucapan ini membuktikan, bahwa Tuhan itu penjamin berlangsungnya kesetiaan dari pihakNya, demi keselamatan manusia. Ia tetap setia, juga kalau manusia berdosa, menjauh, menentang, melawan. Tuhan tetap sabar, penuh kasih dan setia. Kalau keturunan umatNya lupa akan Allah mereka, Allah tetap ada di tengah dan menyertai mereka (bdk Kej 46:4), setia melaksanakan janjiNya. Juga kalau umat tidak tahu dan sudah tidak ingat, Tuhan tetap setia dan menuntun hambaNya kepada tujuan yang telah Ia janjikan: menjadi berkat bagi setiap orang, bagi segala bangsa.
Tuhan juga membuat orang tidak setia menjadi setia. Umat Israel yang tidak setia, diingatkan akan masa mudanya, waktu keluar dari Mesir, bulan madu di padang gurun, waktu dalam segala keadaannya mereka menggantungkan diri kepada Tuhan. Tetapi dengan berjalannya waktu penyembahan berhala masuk, yaitu percabulan dengan Baal : “Tetapi dia tidak insaf bahwa Akulah yang memberi kepadanya gandum, anggur dan minyak, dan yang memperbanyak bagi dia perak dan emas yang dibuat mereka menjadi patung Baal” (Hos 2:7). Percabulan itu lambang kedosaan, yaitu dengan melakukan penyembahan berhala. Dan Israel sebagai isteri yang tidak setia dija-dikan setia. Itulah lambang karya Tuhan terhadap Israel dan terhadap setiap orang yang dikasihiNya. Ia awal dan akhir perahmatan manusia. Dan pertobatan digambarkan sebagai kembali kepada Tuhan, mereka menyebut Tuhan lagi “Suamiku” (Hos 2:15). Sungguh Tuhan itu sabar dengan umatNya. Dari kesesatan ditolong, dibebaskan dari perbudakan, diangkat menjadi isteri; ketika tidak setia, dibujuk dengan lembut untuk kembali, dan hanya dengan pendidikan sabar dan lama Ia menjadikan orang tidak setia menjadi isteri yang setia: “Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. Aku akan men-jadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN (Hos 2:18-19), se-muanya hanya rahmat dan karunia Tuhan. Tuhan mampu membuat kita yang tidak setia, menjadi hamba yang setia.
Dalam kesetiaan orang akan mengenal Tuhan. Tuhan tidak dapat dikenal secara sepintas. Tuhan ingin mengenal dan dikenal seperti suami dikenal oleh isteriNya, karena Ia juga ingin mengenal kita dengan segala keadaan dan kelemahan kita, untuk dicinta apa adanya, untuk dilengkapi kebutuhannya. Dalam cinta semacam ini manusia mulai mengenal Tuhan dan Tuhan mengenal manusia pilihanNya, dan Ia tidak akan kurang setia daripada makhluk yang telah dijadikan isteri dalam kesetiaan, bahkan kasih setiaNya dianugerahkan dengan berlimpah kepada orang pilihanNya.
Ada orang yang tidak mengerti, mengapa perkawinan antar manusia dihubungkan dengan Kristus dan Gereja segala. Itu malah membingungkan, mengaburkan makna. Apa benar ada misteri atau rahasianya? Perkawinan bukan sekedar adat kebiasaan manusia. Perkawinan sejak semula dikelilingi dengan upacara, yang menandai kesucian, menunjuk adanya suatu misteri hidup dalam pertumbuhan benih manusia, kelahiran dan penerusan generasi. Negara mencatat itu sebagai pertambahan jiwa, Gereja menyediakan catatan Buku Baptis, yang dapat dipercaya; namun masih tetap tersisa ada misterinya, yang tak tertangkap dalam catatan perhitungannya. Misteri itu disajikan dalam lambang Kristus dan Gereja untuk kita gali pengertiannya. Memang perkawinan sudah ada sebelum Kristus, tetapi kepenuhan makna dan keluhurannya baru tersingkap dari Gereja yang lahir dari lambung Kristus waktu berada di kayu salib, seperti Hawa dari rusuk Adam waktu ia tidur: “Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu (Kej 2:21-22). Dari semula persatuan pria dan wanita dalam perkawinan dijadikan erat tak terbatalkan, dan mereka bersama diberi kesuburan untuk melangsungkan hidup : yaitu hidup manusia. Persatuan dan penerusan hidup diarahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Tetapi di samping manusia-manusia baru sebagai benih-benih hidup untuk disucikan dalam Gereja, dilahirkan juga dalam kehidupan baru, hidup ilahi yang dari Kristus, dan sebagai hidup ilahi akan berlangsung selama-lamanya.
Hukum Pencipta mengumpulkan pria dan wanita dalam perkawinan. Bahwa perkawinan itu suci nyata dari kebiasaan para bangsa dalam semua peradaban, yang mengiringi perkawinan dengan segala upacara, restu orang tua, pengakuan masyarakat dan negara serta berkat dan pengesyahan Agama. Perkawinan menurut Hukum sejak semula diadakan antara satu pria dan satu wanita, yang saling berjanji setia dalam cinta seumur hidup. Karena kekerasan hati manusia, hukum semula ini dilonggarkan, hingga sampai ada poligami dan perceraian yang ditoleransi dalam agama Yahudi. Kristus menegakkan kembali hukum semula, yang dipertahankan dalam GerejaNya, diangkat dan disucikan dalam Sakramen bagi perkawinan antara orang Kristiani, yang tidak dapat dibatalkan kecuali karena kematian. Kesatuan agama suami-isteri menjamin kesatuan keluarga sampai dalam kebaktian dan pendidikan. Hal tersebut dengan jelas dinyatakan dalam Injil Markus 10:2-16, di mana pada ayat 9 dikatakan: “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”. Perceraian, lepas dari Hukum Agama, juga kalau negara mengakuinya, dalam kenyataan selalu merugikan yang paling lemah, anak-anak dan isteri, karena wanita. Kenakalan remaja banyak disebabkan oleh keretakan dalam keluarga, “broken home”, perceraian, karena “keamanan” bagi anak menjadi hilang, atau tidak terjamin lagi. Tidak jarang juga anak menjadi korban, karena hadirnya bapak atau ibu tiri, yang pilih kasih, menelantarkan, sampai juga menganiaya. Yesus yang cinta dan memberkati anak-anak : “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka (bdk Mrk 10:13-16). Yesus ingin menjaga dan melindungi jasmani-rohani, budi dan hati anak-anak dengan tetapnya hubungan suami-isteri, yang setia saling mengasihi, menyeleng-garakan pendidikan anak-anaknya. Kekuatan Agama, hangatnya hati dan gambaran Tuhan sebagai Bapa, pelindung yang baik, mencukupi segala, karena cinta itu hanya dijamin dalam kesatuan keluarga yang bahagia dan beragama.
Cinta utuh sejati mendasari perkawinan kristiani. Cinta kristiani yang utuh sejati tidak mendasarkan diri pada keinginan daging, yang disebut seksualita, me-nyempit menjadi genitalita. Maka Yesus memberi ingatan: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat 26:41). Suami-isteri membangun cinta atas dasar keseluruhan: jiwa-raga, budi-hati-rasa, dimurnikan dalam kejernihan ajaran Kristus. Contoh yang ditampilkan ialah hubungan Kristus dengan Gereja: “Sebagaimana Kristus telah mengasihi Gereja dan telah menyerahkan diri-Nya baginya, untuk menguduskannya….supaya dengan demikian Ia menem-patkan Gereja di hadapan diri-Nya dengan cemerlang….supaya Gereja kudus dan tidak bercela (bdk. Ef 5:25-27). Hubungan cinta suami-isteri itu cinta yang saling mengangkat dan saling menyucikan.
“Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Ef 5:31). Satu daging itu suatu pangkal kesatuan, yang diberkati oleh Allah, dan tidak dapat dipisahkan oleh manusia – kesatuan – dan kesetiaan suci seumur hidup sampai mati.
Sering kali penilaian cinta antara muda-mudi itu kurang utuh dan kurang lengkap – tidak dipusatkan pada kepentingan Kristus, kesuburan Gereja, kebahagiaan keluarga, tetapi berpijak pada wajah, pergaulan, ijazah, kedudukan, harta, tidak mengikat pada kesatuan rohani…Kesatuan hati dan rasa, yang didasarkan pada kesamaan nilai dalam satu agama kerap diabaikan. Baru kemudian orang terperanjat, bahwa perbedaan nilai yang hakiki ini bisa menimbulkan kerenggangan, gangguan, merusak kesetiaan…Panggilan utama memang saling menyucikan dalam cinta kasih: ini hanya terjadi baik, kalau orang setuju mengejar cita-cita sama dengan sarana sama, agama sama.
Terjadinya hubungan disharmonis dan lunturnya kesetiaan dalam kehidupan suami isteri disebabkan hati yang dikuasai oleh kedagingan, (bdk Gal 5:19-21). Karena itu hati perlu dijaga dengan segala kewaspadaan, karena hati adalah sumber hidup. Kita dapat mengatakan bahwa hidup dan mati tergantung dari hati (Ams 4:23). Menjaga hati itu amat penting karena hidup manusia tergantung daripada hati, orang harus hidup dengan berjaga, berjaga dalam hal keinginan, kehendak, pikiran, ingatan dan segala perasaannya. Pada Amsal 4:24-27, dikatakan: “Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu. Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan”. Maksudnya orang harus berkata benar, hindari segala kebohongan. Mata harus selalu memandang ke depan, ke satu tujuan hidupnya, yakni kesatuan hidup perkawinan yang telah diberkati Allah dan kesetiaan suci seumur hidup dengan tujuannya yang terakhir harus pada Allah. Kemudian Amsal 5:1-23, menasihatkan mengenai perzinahan. Pada ayat 3-6 dikatakan tentang bahaya-bahaya perempuan lain. Bahaya perempuan lain itu datang pertama dari bujuk rayu bicaranya, dia sangat pandai berbicara. Kata-katanya bagaikan tetesan madu yang sangat manis, tetapi akibatnya bukan hanya sangat pahit, melainkan benar-benar mematikan. Bahaya perempuan lain ini menjadi lebih besar lagi karena dia sendiri tidak menyadari bahwa hidupnya sebenarnya menuju maut.
Jadi kesimpulannya sudah jelas: hendaknya mereka menjauhkan diri dari perempuan lain dan dari pintu rumahnya (ayat 7-8), supaya jangan kehilangan hal-hal yang paling berharga dan dibutuhkan dalam hidup (ayat 9-10), lalu kemudian hidup dalam keluhan dan penghinaan (ayat 11-14). Terbawa oleh perempuan lain atau memasuki rumahnya berarti kehilangan empat hal yang sangat berharga, yakni kehormatan, gairah hidup, kekayaan dan kesehatan (bdk Sir 9:6 , 19:2). Ayat 15 dikatakan: minumlah dari sumurmu sendiri, ini dapat dikatakan merupakan tujuan dari nasihat perikop ini. Setia kepada isteri sendiri adalah kehormatan bagi sang suami dan merupakan ungkapan cinta yang tak terbagi dalam panggilan hidup pernikahan. Isteri adalah sumur dengan air yang selalu segar (bdk Kid 4:12, 15). Tidak patut dan tidak benar suami memberi kesuburan di luar “kebun tertutup” (ayat 16, bdk Kid 4:12). Karena itu hendaknya suami dengan setia memberikan dirinya seutuhnya hanya kepada sang isteri dan janganlah dia membagi kasihnya itu bersama orang lain (ayat 17).
Nasihat perikop ini menandaskan supaya orang setia hanya kepada isterinya saja. Nasihat ini menyanjung puji hal kenikmatan hubungan suami isteri dan memang seharusnya demikian karena hal itu baik. Kenikmatan sejati hanya dapat diperoleh dengan kasih yang bersifat memberi dan menghargai suami atau isteri. Itu terkandung dalam kata-kata: “Biarlah engkau berahi karena cintanya” (Ams 5:19). Hanya apabila orang berani melangkah ke bentuk kasih ini, dia akan bertumbuh dalam kasih yang tak terbagi dan mengalami sukacitanya.
Bila ada umat yang mengalami masalah seperti yang diceritakan di atas ini, harap tidak lupa: “Bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Rm 8:28). Penulis dan tim Pendalaman Kitab Suci yang dibinanya bersedia untuk berdoa bagi Anda. Cukup hanya dengan menuliskan nama Anda dan nama pasangan Anda saja, dikirim ke redaksi Berita Paroki atau Sekretariat Paroki, kami siap melayani untuk mendoakan masalah Anda dan menyerahkannya kepada Tuhan (bdk 1 Yoh 5:14), untuk memohon pertolongan Tuhan, agar Tuhan berkenan menyelamatkan kita semua.
(St. S T).
Tuhan juga membuat orang tidak setia menjadi setia. Umat Israel yang tidak setia, diingatkan akan masa mudanya, waktu keluar dari Mesir, bulan madu di padang gurun, waktu dalam segala keadaannya mereka menggantungkan diri kepada Tuhan. Tetapi dengan berjalannya waktu penyembahan berhala masuk, yaitu percabulan dengan Baal : “Tetapi dia tidak insaf bahwa Akulah yang memberi kepadanya gandum, anggur dan minyak, dan yang memperbanyak bagi dia perak dan emas yang dibuat mereka menjadi patung Baal” (Hos 2:7). Percabulan itu lambang kedosaan, yaitu dengan melakukan penyembahan berhala. Dan Israel sebagai isteri yang tidak setia dija-dikan setia. Itulah lambang karya Tuhan terhadap Israel dan terhadap setiap orang yang dikasihiNya. Ia awal dan akhir perahmatan manusia. Dan pertobatan digambarkan sebagai kembali kepada Tuhan, mereka menyebut Tuhan lagi “Suamiku” (Hos 2:15). Sungguh Tuhan itu sabar dengan umatNya. Dari kesesatan ditolong, dibebaskan dari perbudakan, diangkat menjadi isteri; ketika tidak setia, dibujuk dengan lembut untuk kembali, dan hanya dengan pendidikan sabar dan lama Ia menjadikan orang tidak setia menjadi isteri yang setia: “Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. Aku akan men-jadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN (Hos 2:18-19), se-muanya hanya rahmat dan karunia Tuhan. Tuhan mampu membuat kita yang tidak setia, menjadi hamba yang setia.
Dalam kesetiaan orang akan mengenal Tuhan. Tuhan tidak dapat dikenal secara sepintas. Tuhan ingin mengenal dan dikenal seperti suami dikenal oleh isteriNya, karena Ia juga ingin mengenal kita dengan segala keadaan dan kelemahan kita, untuk dicinta apa adanya, untuk dilengkapi kebutuhannya. Dalam cinta semacam ini manusia mulai mengenal Tuhan dan Tuhan mengenal manusia pilihanNya, dan Ia tidak akan kurang setia daripada makhluk yang telah dijadikan isteri dalam kesetiaan, bahkan kasih setiaNya dianugerahkan dengan berlimpah kepada orang pilihanNya.
Ada orang yang tidak mengerti, mengapa perkawinan antar manusia dihubungkan dengan Kristus dan Gereja segala. Itu malah membingungkan, mengaburkan makna. Apa benar ada misteri atau rahasianya? Perkawinan bukan sekedar adat kebiasaan manusia. Perkawinan sejak semula dikelilingi dengan upacara, yang menandai kesucian, menunjuk adanya suatu misteri hidup dalam pertumbuhan benih manusia, kelahiran dan penerusan generasi. Negara mencatat itu sebagai pertambahan jiwa, Gereja menyediakan catatan Buku Baptis, yang dapat dipercaya; namun masih tetap tersisa ada misterinya, yang tak tertangkap dalam catatan perhitungannya. Misteri itu disajikan dalam lambang Kristus dan Gereja untuk kita gali pengertiannya. Memang perkawinan sudah ada sebelum Kristus, tetapi kepenuhan makna dan keluhurannya baru tersingkap dari Gereja yang lahir dari lambung Kristus waktu berada di kayu salib, seperti Hawa dari rusuk Adam waktu ia tidur: “Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu (Kej 2:21-22). Dari semula persatuan pria dan wanita dalam perkawinan dijadikan erat tak terbatalkan, dan mereka bersama diberi kesuburan untuk melangsungkan hidup : yaitu hidup manusia. Persatuan dan penerusan hidup diarahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Tetapi di samping manusia-manusia baru sebagai benih-benih hidup untuk disucikan dalam Gereja, dilahirkan juga dalam kehidupan baru, hidup ilahi yang dari Kristus, dan sebagai hidup ilahi akan berlangsung selama-lamanya.
Hukum Pencipta mengumpulkan pria dan wanita dalam perkawinan. Bahwa perkawinan itu suci nyata dari kebiasaan para bangsa dalam semua peradaban, yang mengiringi perkawinan dengan segala upacara, restu orang tua, pengakuan masyarakat dan negara serta berkat dan pengesyahan Agama. Perkawinan menurut Hukum sejak semula diadakan antara satu pria dan satu wanita, yang saling berjanji setia dalam cinta seumur hidup. Karena kekerasan hati manusia, hukum semula ini dilonggarkan, hingga sampai ada poligami dan perceraian yang ditoleransi dalam agama Yahudi. Kristus menegakkan kembali hukum semula, yang dipertahankan dalam GerejaNya, diangkat dan disucikan dalam Sakramen bagi perkawinan antara orang Kristiani, yang tidak dapat dibatalkan kecuali karena kematian. Kesatuan agama suami-isteri menjamin kesatuan keluarga sampai dalam kebaktian dan pendidikan. Hal tersebut dengan jelas dinyatakan dalam Injil Markus 10:2-16, di mana pada ayat 9 dikatakan: “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”. Perceraian, lepas dari Hukum Agama, juga kalau negara mengakuinya, dalam kenyataan selalu merugikan yang paling lemah, anak-anak dan isteri, karena wanita. Kenakalan remaja banyak disebabkan oleh keretakan dalam keluarga, “broken home”, perceraian, karena “keamanan” bagi anak menjadi hilang, atau tidak terjamin lagi. Tidak jarang juga anak menjadi korban, karena hadirnya bapak atau ibu tiri, yang pilih kasih, menelantarkan, sampai juga menganiaya. Yesus yang cinta dan memberkati anak-anak : “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka (bdk Mrk 10:13-16). Yesus ingin menjaga dan melindungi jasmani-rohani, budi dan hati anak-anak dengan tetapnya hubungan suami-isteri, yang setia saling mengasihi, menyeleng-garakan pendidikan anak-anaknya. Kekuatan Agama, hangatnya hati dan gambaran Tuhan sebagai Bapa, pelindung yang baik, mencukupi segala, karena cinta itu hanya dijamin dalam kesatuan keluarga yang bahagia dan beragama.
Cinta utuh sejati mendasari perkawinan kristiani. Cinta kristiani yang utuh sejati tidak mendasarkan diri pada keinginan daging, yang disebut seksualita, me-nyempit menjadi genitalita. Maka Yesus memberi ingatan: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat 26:41). Suami-isteri membangun cinta atas dasar keseluruhan: jiwa-raga, budi-hati-rasa, dimurnikan dalam kejernihan ajaran Kristus. Contoh yang ditampilkan ialah hubungan Kristus dengan Gereja: “Sebagaimana Kristus telah mengasihi Gereja dan telah menyerahkan diri-Nya baginya, untuk menguduskannya….supaya dengan demikian Ia menem-patkan Gereja di hadapan diri-Nya dengan cemerlang….supaya Gereja kudus dan tidak bercela (bdk. Ef 5:25-27). Hubungan cinta suami-isteri itu cinta yang saling mengangkat dan saling menyucikan.
“Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Ef 5:31). Satu daging itu suatu pangkal kesatuan, yang diberkati oleh Allah, dan tidak dapat dipisahkan oleh manusia – kesatuan – dan kesetiaan suci seumur hidup sampai mati.
Sering kali penilaian cinta antara muda-mudi itu kurang utuh dan kurang lengkap – tidak dipusatkan pada kepentingan Kristus, kesuburan Gereja, kebahagiaan keluarga, tetapi berpijak pada wajah, pergaulan, ijazah, kedudukan, harta, tidak mengikat pada kesatuan rohani…Kesatuan hati dan rasa, yang didasarkan pada kesamaan nilai dalam satu agama kerap diabaikan. Baru kemudian orang terperanjat, bahwa perbedaan nilai yang hakiki ini bisa menimbulkan kerenggangan, gangguan, merusak kesetiaan…Panggilan utama memang saling menyucikan dalam cinta kasih: ini hanya terjadi baik, kalau orang setuju mengejar cita-cita sama dengan sarana sama, agama sama.
Terjadinya hubungan disharmonis dan lunturnya kesetiaan dalam kehidupan suami isteri disebabkan hati yang dikuasai oleh kedagingan, (bdk Gal 5:19-21). Karena itu hati perlu dijaga dengan segala kewaspadaan, karena hati adalah sumber hidup. Kita dapat mengatakan bahwa hidup dan mati tergantung dari hati (Ams 4:23). Menjaga hati itu amat penting karena hidup manusia tergantung daripada hati, orang harus hidup dengan berjaga, berjaga dalam hal keinginan, kehendak, pikiran, ingatan dan segala perasaannya. Pada Amsal 4:24-27, dikatakan: “Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu. Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan”. Maksudnya orang harus berkata benar, hindari segala kebohongan. Mata harus selalu memandang ke depan, ke satu tujuan hidupnya, yakni kesatuan hidup perkawinan yang telah diberkati Allah dan kesetiaan suci seumur hidup dengan tujuannya yang terakhir harus pada Allah. Kemudian Amsal 5:1-23, menasihatkan mengenai perzinahan. Pada ayat 3-6 dikatakan tentang bahaya-bahaya perempuan lain. Bahaya perempuan lain itu datang pertama dari bujuk rayu bicaranya, dia sangat pandai berbicara. Kata-katanya bagaikan tetesan madu yang sangat manis, tetapi akibatnya bukan hanya sangat pahit, melainkan benar-benar mematikan. Bahaya perempuan lain ini menjadi lebih besar lagi karena dia sendiri tidak menyadari bahwa hidupnya sebenarnya menuju maut.
Jadi kesimpulannya sudah jelas: hendaknya mereka menjauhkan diri dari perempuan lain dan dari pintu rumahnya (ayat 7-8), supaya jangan kehilangan hal-hal yang paling berharga dan dibutuhkan dalam hidup (ayat 9-10), lalu kemudian hidup dalam keluhan dan penghinaan (ayat 11-14). Terbawa oleh perempuan lain atau memasuki rumahnya berarti kehilangan empat hal yang sangat berharga, yakni kehormatan, gairah hidup, kekayaan dan kesehatan (bdk Sir 9:6 , 19:2). Ayat 15 dikatakan: minumlah dari sumurmu sendiri, ini dapat dikatakan merupakan tujuan dari nasihat perikop ini. Setia kepada isteri sendiri adalah kehormatan bagi sang suami dan merupakan ungkapan cinta yang tak terbagi dalam panggilan hidup pernikahan. Isteri adalah sumur dengan air yang selalu segar (bdk Kid 4:12, 15). Tidak patut dan tidak benar suami memberi kesuburan di luar “kebun tertutup” (ayat 16, bdk Kid 4:12). Karena itu hendaknya suami dengan setia memberikan dirinya seutuhnya hanya kepada sang isteri dan janganlah dia membagi kasihnya itu bersama orang lain (ayat 17).
Nasihat perikop ini menandaskan supaya orang setia hanya kepada isterinya saja. Nasihat ini menyanjung puji hal kenikmatan hubungan suami isteri dan memang seharusnya demikian karena hal itu baik. Kenikmatan sejati hanya dapat diperoleh dengan kasih yang bersifat memberi dan menghargai suami atau isteri. Itu terkandung dalam kata-kata: “Biarlah engkau berahi karena cintanya” (Ams 5:19). Hanya apabila orang berani melangkah ke bentuk kasih ini, dia akan bertumbuh dalam kasih yang tak terbagi dan mengalami sukacitanya.
Bila ada umat yang mengalami masalah seperti yang diceritakan di atas ini, harap tidak lupa: “Bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Rm 8:28). Penulis dan tim Pendalaman Kitab Suci yang dibinanya bersedia untuk berdoa bagi Anda. Cukup hanya dengan menuliskan nama Anda dan nama pasangan Anda saja, dikirim ke redaksi Berita Paroki atau Sekretariat Paroki, kami siap melayani untuk mendoakan masalah Anda dan menyerahkannya kepada Tuhan (bdk 1 Yoh 5:14), untuk memohon pertolongan Tuhan, agar Tuhan berkenan menyelamatkan kita semua.
(St. S T).
Ruang Bina Iman
CERITA TENTANG ALLAH BUAT ANAK-ANAK (2)
Allah peduli
Ajarkan kepada bayi anda bahwa anda dapat dipercaya untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhannya. Ketika bayi anda lapar, berilah ia makan. Ketika ia kedinginan, kenakanlah selimut atau baju hangat kepadanya. Ketika popoknya basah, gantilah dengan popol yang kering. Semua perhatian ini menumbuhkan sebuah harapan pada bayi itu : “Tak peduli betapa tidak nyamannya aku saat ini, selalu ada seseorang disini yang akan merawatku”. Contoh semacam ini adalah hal pertama yang akan anda ajarkan kepada anak anda tentang pemeliharaan Allah. Allah itu setia. Dia selalu menyediakan apa yang kita butuhkan. Jadi anda juga setia menyediakan kebutuhan mereka. Selagi anda mengganti popoknya atau menyelimutinya, anda dapat mengatakan pada bayi anda : “Aku memeliharamu, Allah juga memeliharamu”.
Allah adalah sang pencipta
Ajarkan kepada bayi anda bahwa Allah adalah sang pencipta. Selagi bayi anda menggigit sepotong pisang, katakan kepadanya, “Allah menciptakan pisang ini”. Bayi itu mengecap rasa buah pisang dan dapat menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan bayi anda pada sifat kreatif Allah. Ketika bayi anda memercik-mercikan air di bak mandi, anda dapat mengatakan, “Allah menciptakan air ini, terima kasih Allah”. Amati baik-baik saat bayi anda menunjukkan bahwa ia menikmati pengalaman-pengalamannya. Anda dapat melihat hal itu melalui mata, tangan, mulut, hidung dan telinga bayi anda. Lalu berbicaralah tentang Allah yang menciptakan dunia yang dapat kita nikmati ini.
Allah mengasihi
Ajarkan kepada bayi anda bahwa “Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4:8). Ketika anda sedang memeluk dan menimang-nimangnya, katakan kepadanya “Aku mengasihimu, Allah juga mengasihimu”. Bayi itu mungkin belum mengerti kata-kata anda, tetapi itu bisa merasakan bahwa ia dikasihi. Anda sedang memperkenalkan sifat Allah yang penuh kasih kepada bayi anda.
(diar sanjaya-KH)
Allah adalah sang pencipta
Ajarkan kepada bayi anda bahwa Allah adalah sang pencipta. Selagi bayi anda menggigit sepotong pisang, katakan kepadanya, “Allah menciptakan pisang ini”. Bayi itu mengecap rasa buah pisang dan dapat menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan bayi anda pada sifat kreatif Allah. Ketika bayi anda memercik-mercikan air di bak mandi, anda dapat mengatakan, “Allah menciptakan air ini, terima kasih Allah”. Amati baik-baik saat bayi anda menunjukkan bahwa ia menikmati pengalaman-pengalamannya. Anda dapat melihat hal itu melalui mata, tangan, mulut, hidung dan telinga bayi anda. Lalu berbicaralah tentang Allah yang menciptakan dunia yang dapat kita nikmati ini.
Allah mengasihi
Ajarkan kepada bayi anda bahwa “Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4:8). Ketika anda sedang memeluk dan menimang-nimangnya, katakan kepadanya “Aku mengasihimu, Allah juga mengasihimu”. Bayi itu mungkin belum mengerti kata-kata anda, tetapi itu bisa merasakan bahwa ia dikasihi. Anda sedang memperkenalkan sifat Allah yang penuh kasih kepada bayi anda.
(diar sanjaya-KH)
Catatan Kecil
Allah Yang Kulayani, Ajaib!
11 Februari adalah Hari Doa untuk orang-orang yang sakit. Di suasana pagi yang cukup dingin, Romo Eeng dalam misa pagi menyampaikan homilinya berisi doa untuk orang-orang sakit, menceritakan bagaimana Yesus menyembuhkan putri dari seorang wanita yang beriman kepadaNya, sehingga putrinya menjadi sembuh.
Dalam kehidupan nyata kita, baik di dalam masyarakat maupun dalam lingkup seputar paroki, masih banyak kita melihat orang-orang yang sakit dan menderita. Mereka memerlukan bantuan moril, materiil, bahkan mereka juga butuh sentuhan rohani berupa dukungan spiritual yang begitu menguatkan untuk penyembuhan, seperti dalam bacaan Injil Markus 7:24-30.
Dalam komunitas pelayanan karya sosial, salah satu kegiatannya adalah membantu saudara-saudara yang menderita baik sakit jasmaniah maupun rohani. Terlebih setelah kami mempunyai perjalanan-perjalanan kecil yang membuat kami semakin yakin Tuhan selalu membantu , terlebih Tuhanlah yang mencarikan jalan keluarnya yang terbaik.
Beberapa tahun yang lalu, kami menolong seorang pemuda yang terlantar akibat stress, dimana ia hidup menggelandang, dengan kondisi cukup sulit untuk dikenali. Kami berusaha dengan apa yang kami miliki, yang pasti adalah usaha untuk mau membantu dengan bermodalkan kebersamaan, semangat dan iman yang baru tumbuh, kami membantu seorang pemuda ini. Mulai dari membersihkan tubuhnya mengirimnya ke rumah titipan orang stress, dan terus berdoa pada Tuhan. Ternyata semuanya Tuhan memberi jalan yang indah dan lurus-lurus saja. Sekarang pemuda itu dapat hidup layak, walaupun masih perlu bantuan untuk pengobatan rutin.
Singkat cerita, pemuda tersebut dapat mengikuti kegiatan menggereja dan mengikuti evangelisasi. Sungguh ajaib Allah yang kami layani, kami selalu mengucap syukur pada Tuhan dimana saudara-saudara kami boleh mengalami pergumulan dalam hidupnya. Pergumulannya menjadi kesaksian bagi kami, bahwa Tuhan selalu menepati janjiNya dan Dia selalu memenuhi apa yang kami butuhkan. Meskipun kesaksian ini adalah hal biasa yang mungkin bisa terjadi dalam segala pelayanan, namun kami melihat campur tangan Tuhan yang luar biasa di dalam semuanya.
Kami tidak bisa menyatakan ini sebagai sesuatu yang kebetulan, karena setiap pengalaman hidup bagi kami hanya kebaikan Tuhan semata-mata. Kadang kami kehabisan akal khususnya di dalam setiap masalah yang bagi kami berat, tetapi Allah yang kami layani itu sangat ajaib. (Diar Sanjaya. MS-700)
Dalam kehidupan nyata kita, baik di dalam masyarakat maupun dalam lingkup seputar paroki, masih banyak kita melihat orang-orang yang sakit dan menderita. Mereka memerlukan bantuan moril, materiil, bahkan mereka juga butuh sentuhan rohani berupa dukungan spiritual yang begitu menguatkan untuk penyembuhan, seperti dalam bacaan Injil Markus 7:24-30.
Dalam komunitas pelayanan karya sosial, salah satu kegiatannya adalah membantu saudara-saudara yang menderita baik sakit jasmaniah maupun rohani. Terlebih setelah kami mempunyai perjalanan-perjalanan kecil yang membuat kami semakin yakin Tuhan selalu membantu , terlebih Tuhanlah yang mencarikan jalan keluarnya yang terbaik.
Beberapa tahun yang lalu, kami menolong seorang pemuda yang terlantar akibat stress, dimana ia hidup menggelandang, dengan kondisi cukup sulit untuk dikenali. Kami berusaha dengan apa yang kami miliki, yang pasti adalah usaha untuk mau membantu dengan bermodalkan kebersamaan, semangat dan iman yang baru tumbuh, kami membantu seorang pemuda ini. Mulai dari membersihkan tubuhnya mengirimnya ke rumah titipan orang stress, dan terus berdoa pada Tuhan. Ternyata semuanya Tuhan memberi jalan yang indah dan lurus-lurus saja. Sekarang pemuda itu dapat hidup layak, walaupun masih perlu bantuan untuk pengobatan rutin.
Singkat cerita, pemuda tersebut dapat mengikuti kegiatan menggereja dan mengikuti evangelisasi. Sungguh ajaib Allah yang kami layani, kami selalu mengucap syukur pada Tuhan dimana saudara-saudara kami boleh mengalami pergumulan dalam hidupnya. Pergumulannya menjadi kesaksian bagi kami, bahwa Tuhan selalu menepati janjiNya dan Dia selalu memenuhi apa yang kami butuhkan. Meskipun kesaksian ini adalah hal biasa yang mungkin bisa terjadi dalam segala pelayanan, namun kami melihat campur tangan Tuhan yang luar biasa di dalam semuanya.
Kami tidak bisa menyatakan ini sebagai sesuatu yang kebetulan, karena setiap pengalaman hidup bagi kami hanya kebaikan Tuhan semata-mata. Kadang kami kehabisan akal khususnya di dalam setiap masalah yang bagi kami berat, tetapi Allah yang kami layani itu sangat ajaib. (Diar Sanjaya. MS-700)
Catatan Kecil
Setia Seperti Yohanes Pembaptis!
Dalam beberapa bulan diakhir 2009 ini, saya punya kesempatan mengikuti prosesi janji setia tahbisan beberapa orang pastor di Semarang, 3 orang suser yang janji setia akan kaul kekalnya dan beberapa pasang pengantin yang juga mengikat dirinya dengan pasangan masing-masing dalam ikrar janji setia. Bukan saja janji setia dengan pemimpin atau pasangannya, tetapi lebih dari itu dengan Tuhan sendiri, tentunya!
Dalam kehidupan yang nyata malah sering terjadi pemutarbalikan janji setia, karena hidupnya terasa tidak nyaman, membuat mereka mengingkari janjinya dengan begitu mudah dan kerennya mereka merasa tidak bersalah, semuanya enteng-enteng aja. Memang kita ketahui untuk memelihara janji setia kita harus menghadapi resikonya. Mau tidak mau kita harus menghadapi resikonya. Pilihlah resiko yang berdampak kekal dan memuliakan Tuhan!
Yohanes 3:22-30 menceritakan tentang Yohanes Pembaptis yang bekerja dengan sangat rajin dan bersungguh-sungguh. Ia sungguh setia pada panggilannya sehingga ia benar-benar mempersiapkan dirinya serta memisahkan dirinya dari berbagai hal yang tidak berkenan di hati Tuhan agar layak dipakai oleh Tuhan sebagai alat di tanganNya. Ia berkhotbah di padang gurun Yudea, berteriak dan “mengangis”. Dan di dalam menjalankan pelayanannya itu, ia tetap setia dengan mottonya : “Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil”.
Begitu pun dengan kita sebagai pewarta kebenaran dan menjadi saksi bagi Yesus juga ada resikonya. Mungkin kita akan diejek atau dikucilkan dari pergaulan atau dari keluarga. Mungkin kita akan dihukum atau dicederai. Mungkin juga kita akan dipancung seperti Yohanes Pembaptis. Tetapi semua perkara ini sudah diperintahkan kepada kita maka kita harus laksanakan dengan setia.
Saat ini Allah mencari Yohanes-Yohanes Pembaptis bagi dunia yang semakin gersang dan tidak mau mencari Tuhan. Allah sedang mencari Yohanes-yohanes Pembaptis yang rela mempertahankan kehidupan yang kudus, yang mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan dan tidak mau berkompromi dengan segala macam bentuk tipu daya!
(Diar Sanjaya. MS-101)
Dalam kehidupan yang nyata malah sering terjadi pemutarbalikan janji setia, karena hidupnya terasa tidak nyaman, membuat mereka mengingkari janjinya dengan begitu mudah dan kerennya mereka merasa tidak bersalah, semuanya enteng-enteng aja. Memang kita ketahui untuk memelihara janji setia kita harus menghadapi resikonya. Mau tidak mau kita harus menghadapi resikonya. Pilihlah resiko yang berdampak kekal dan memuliakan Tuhan!
Yohanes 3:22-30 menceritakan tentang Yohanes Pembaptis yang bekerja dengan sangat rajin dan bersungguh-sungguh. Ia sungguh setia pada panggilannya sehingga ia benar-benar mempersiapkan dirinya serta memisahkan dirinya dari berbagai hal yang tidak berkenan di hati Tuhan agar layak dipakai oleh Tuhan sebagai alat di tanganNya. Ia berkhotbah di padang gurun Yudea, berteriak dan “mengangis”. Dan di dalam menjalankan pelayanannya itu, ia tetap setia dengan mottonya : “Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil”.
Begitu pun dengan kita sebagai pewarta kebenaran dan menjadi saksi bagi Yesus juga ada resikonya. Mungkin kita akan diejek atau dikucilkan dari pergaulan atau dari keluarga. Mungkin kita akan dihukum atau dicederai. Mungkin juga kita akan dipancung seperti Yohanes Pembaptis. Tetapi semua perkara ini sudah diperintahkan kepada kita maka kita harus laksanakan dengan setia.
Saat ini Allah mencari Yohanes-Yohanes Pembaptis bagi dunia yang semakin gersang dan tidak mau mencari Tuhan. Allah sedang mencari Yohanes-yohanes Pembaptis yang rela mempertahankan kehidupan yang kudus, yang mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan dan tidak mau berkompromi dengan segala macam bentuk tipu daya!
(Diar Sanjaya. MS-101)
Orang Kudus
Beata Anna Maria Taigi, Pengaku Iman
“Keluargaku seperti Firdaus tampaknya, dan hatiku sungguh bahagia”, demikian kata Dominiko Taigi waktu berlangsungnya proses pernyataan ‘beata’ atas diri Anna Taigi, isterinya. Kegembiraan dan kebahagiaan yang sama meliputi anak-anaknya serta pembantu ru-mah yang melayaninya. Mereka semua kagum akan kesucian hidup Anna Maria yang sangat mencintai mereka dengan perhatian dan kebaikannya yang luar biasa.
Anna Maria Taigi lahir di Siena pada tahun 1769. Ketika berumur enam tahun, ia berada di Roma untuk mengikuti pendidikan di sana. Ia kelihatan saleh dan sederhana. Ia gemar mengenakan pakaian yang indah-indah serta gemar akan kesenangan-kesenangan dunia yang pantas. Perkawinannya dengan Dominiko Taigi berlangsung pada usia 21 tahun. Tuhan menganugerahkan kepadanya tujuh orang anak. Hidup mereka sederhana namun bahagia. Untuk menambah pendapatan keluarga, ia menerima pesanan jahitan. Memang banyak sekali pengalaman pahit dialaminya, namun semuanya dipersembahkan kepada Tuhan. Tuhan selalu meneguhkan hatinya dengan menganugerahkan kedamaian batin kepadanya. Baginya, mendidik dan membesarkan tujuh orang anaknya bukanlah perkara yang mudah. Ibu kandungnya sendiri tinggal bersama mereka. Beban tanggungannya semakin bertambah ketika Sophia anaknya menjadi janda dan kembali tinggal dengannya bersama enam orang anaknya yang lain.
Untuk mereka semua, Anna benar-benar menjadi seorang malaikat pelindung dan pendamai. Urusan-urusan rumah tangga dibereskannya dengan senang hati. Bagi tetangga-tetangganya, ia juga menjadi seorang penghibur. Pada suatu hari Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah bulatan cahaya ilahi. Dalam bulatan cahaya itu, ia dapat melihat segala sesuatu yang terjadi, baik di masa lampau, kini dan yang akan datang. Tuhan pun menganugerahkan kepadanya kemampuan mengenal keadaan batin orang lain dan mengetahui nasib orang lain.
Terdorong oleh pengalaman akan Allah itu, Anna semakin yakin akan perlindungan Tuhan atas dirinya. Ia menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah sebagai korban silih atas dosa-dosa dunia dan bagi keselamatan Gereja yang tengah dilanda banyak masalah. Banyak sekali orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan. Banyak waktu dihabiskannya untuk melayani orang-orang itu. Kesucian hidupnya ternyata berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitarnya. Meski banyak kali disibukkan untuk melayani orang lain, namun apa yang menjadi kewajibannya sebagai ibu rumah tangga tak pernah dilalaikannya. Suami dan anak cucunya dilayaninya dengan penuh kasih sayang. Ia pun banyak membantu orang-orang yang susah dan menyembuhkan banyak orang sakit tanpa meminta bayaran.
Anna Taigi digelari ‘beata’ bukan karena penglihatan ajaib yang dilihatnya tetapi karena kebaikan hatinya, kemiskinannya, kerendahan hatinya serta kerelaannya untuk menderita bagi jiwa-jiwa. la meninggal dunia pada tahun 1837.
Anna Maria Taigi lahir di Siena pada tahun 1769. Ketika berumur enam tahun, ia berada di Roma untuk mengikuti pendidikan di sana. Ia kelihatan saleh dan sederhana. Ia gemar mengenakan pakaian yang indah-indah serta gemar akan kesenangan-kesenangan dunia yang pantas. Perkawinannya dengan Dominiko Taigi berlangsung pada usia 21 tahun. Tuhan menganugerahkan kepadanya tujuh orang anak. Hidup mereka sederhana namun bahagia. Untuk menambah pendapatan keluarga, ia menerima pesanan jahitan. Memang banyak sekali pengalaman pahit dialaminya, namun semuanya dipersembahkan kepada Tuhan. Tuhan selalu meneguhkan hatinya dengan menganugerahkan kedamaian batin kepadanya. Baginya, mendidik dan membesarkan tujuh orang anaknya bukanlah perkara yang mudah. Ibu kandungnya sendiri tinggal bersama mereka. Beban tanggungannya semakin bertambah ketika Sophia anaknya menjadi janda dan kembali tinggal dengannya bersama enam orang anaknya yang lain.
Untuk mereka semua, Anna benar-benar menjadi seorang malaikat pelindung dan pendamai. Urusan-urusan rumah tangga dibereskannya dengan senang hati. Bagi tetangga-tetangganya, ia juga menjadi seorang penghibur. Pada suatu hari Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam rupa sebuah bulatan cahaya ilahi. Dalam bulatan cahaya itu, ia dapat melihat segala sesuatu yang terjadi, baik di masa lampau, kini dan yang akan datang. Tuhan pun menganugerahkan kepadanya kemampuan mengenal keadaan batin orang lain dan mengetahui nasib orang lain.
Terdorong oleh pengalaman akan Allah itu, Anna semakin yakin akan perlindungan Tuhan atas dirinya. Ia menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah sebagai korban silih atas dosa-dosa dunia dan bagi keselamatan Gereja yang tengah dilanda banyak masalah. Banyak sekali orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan. Banyak waktu dihabiskannya untuk melayani orang-orang itu. Kesucian hidupnya ternyata berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitarnya. Meski banyak kali disibukkan untuk melayani orang lain, namun apa yang menjadi kewajibannya sebagai ibu rumah tangga tak pernah dilalaikannya. Suami dan anak cucunya dilayaninya dengan penuh kasih sayang. Ia pun banyak membantu orang-orang yang susah dan menyembuhkan banyak orang sakit tanpa meminta bayaran.
Anna Taigi digelari ‘beata’ bukan karena penglihatan ajaib yang dilihatnya tetapi karena kebaikan hatinya, kemiskinannya, kerendahan hatinya serta kerelaannya untuk menderita bagi jiwa-jiwa. la meninggal dunia pada tahun 1837.
Ruang Kitab Suci
MENGIKUT YESUS
LUKAS 9:51-6251 Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem,
52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
53 Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.
54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?”
55 Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.
56 Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
57 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.”
58 Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
59 Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.”
60 Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”
61 Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.”
62 Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.
Susunan
Bacaan Injil ini terdiri dari dua bagian dan tidak mudah dihubungkan satu dengan yang lain. Yesus ditolak oleh orang-orang Samaria (ay. 51-56) dan tiga percakapan singkat tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengikut Yesus (ay. 57-62).
Perjalanan dan penolakan (ay. 51-56): Pembukaan Injil ini cukup membingungkan. Belum apa-apa sudah dikatakan bahwa saat untuk Yesus naik ke sorga sudah tiba, sehingga untuk itu Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem (ay. 51). Kemudian permulaan perjalanan dipersiapkan oleh beberapa utusan, sepertinya mereka ingin mengambil jalan yang lebih pendek maka harus melalui wilayah orang Samaria (ay. 52). Mereka mengalami hambatan dari orang Samaria yang dianggap bidaah oleh orang Yahudi, karena itu orang Samaria tidak bisa menerima penghinaan ini, akibatnya mereka ditolak oleh orang Samaria dengan memblokir jalan ke Yerusalem (ay. 53). Kedua murid langsung naik pitam dan minta izin kepada Yesus untuk membalas dan menghukum orang Samaria dengan kekerasan. Tetapi Yesus menolak usul tersebut (ay. 54-55). Yesus dan rombonganNya melanjutkan perjalanan dengan melalui rute yang lain (ay. 56).
Tiga percakapan dengan calon-calon pengikut Yesus (ay. 57-62): Ketika mereka dalam perjalanan, ada orang yang meminta agar diperkenankan untuk menjadi pengikut Yesus dengan tidak mengajukan syarat apapun. Yesus memperingatkannya bahwa perjalanan tersebut adalah suatu perjalanan penuh tantangan. Orang harus siap sedia menerima apa saja yang terjadi dalam perjalanan bahkan hal terburuk sekalipun, yaitu melepaskan kediamannya (ay. 57-58). Yesus memanggil orang kedua, dia mengajukan syarat untuk menguburkan bapanya terlebih dahulu. Yesus menolak syarat itu dan langsung mengutus untuk mendahulukan pemberitaan Kerajaan Allah (ay. 59-60). Kemudian orang ketiga yang menyatakan niatnya untuk mengikut Yesus dengan syarat pamitan dahulu dengan keluarganya. Yesus menolak syarat menunda niatnya itu sebagai tak layak untuk Kerajaan Allah (ay. 61-62).
Konteks
Yesus mengarahkan pandanganNya dan menetapkan hatiNya untuk pergi ke Yerusalem menghadapi sengsara. Ini suatu keputusan yang penting, menggenapi kehendak Bapa, yang memberi arah akhir pada hidupNya. Akhir hidup Yesus yang ditandai dengan sengsara dan kebangkitan oleh Lukas disebut ‘pengangkatan ke sorga’. Dalam bagian hidup ini peranan Bapa, yang mengangkat, yang memuliakan, lebih berbicara: Ia menyerahkan Putera Tunggal-Nya demi keselamatan dunia. Lukas menggambarkan bagian ini sebagai ‘perjalanan’ ke Yerusalem. Dan Yesus melakukannya sebagai penyelesaian misi-Nya.
Keterangan
Genap waktunya Yesus diangkat ke sorga (ay. 51): Ungkapan genap waktunya menunjukkan bahwa rencana Allah dalam rencana penyelamatan memasuki tahap perwujudan yang final. Kata ‘diangkat ke sorga’, maksudnya bukan pengangkatan Yesus di salib atau pengangkatanNya ke sorga, melainkan seluruh proses peralihan Yesus dari dunia kepada Bapa di sorga. Peralihan dari penderitaan, wafat, dimakamkan hingga pemuliaan Yesus. Kata itu dalam Alkitab Ibrani dipakai untuk keberangkatan Henokh, Elia, dan Musa. Yesus dihubungkan dengan nabi-nabi itu (9:30-31).
Mengarahkan pandangan-Nya (ay. 51): Harafiah: mengeraskan roman muka-Nya. Artinya, Yesus mengambil keputusan tegas dan tidak gentar untuk pergi menghadapi apa yang ditentukan Bapa bagi-Nya di Yerusalem.
Desa orang Samaria (52): Yesus melarang murid-muridNya memasuki kota-kota Samaria (Mat 10:5). Namun Lukas menggambarkan Yesus memberi perhatian khusus pada orang Samaria (misalnya 10:30-37 ; 17:15-16). Dalam hal ini Lukas menegaskan karya penyelamatan berlaku umum untuk segala bangsa.
Orang-orang Samaria (53): Orang Samaria bermusuhan dengan orang Yahudi. Permusuhan ini mempunyai sejarah panjang. Sejak sebagian penduduk Israel dibuang ke Asyur (722 sM), kemudian raja Asyur mengirim bangsa-bangsa lain ke daerah Samaria sebagai ganti yang ditinggalkan oleh orang Israel dalam pembuangan tersebut, sehingga terjadi sisa orang Israel bercampur dengan bangsa-bangsa lain yang dibuang ke situ (2 Raj. 17:6,24). Orang-orang Samaria menerima kelima kitab Taurat menurut versi mereka sendiri. namun orang-orang Yahudi memandang mereka sebagai orang-orang bidaah, orang najis dan orang asing. Pada abad 3 sM orang –orang Samaria membangun bait suci sendiri di atas gunung Gerizim (bdk Yoh 4:20), yang pada abad berikutnya dihancurkan oleh raja dan imam agung Yahudi Yohanes Hirkanus, sehingga orang Samaria tidak senang, akibatnya mereka menolak Yesus ketika Ia mau ke Yerusalem. Menerima Yesus yang adalah orang Yahudi sama saja dengan menerima musuh dan tidak menjadi suatu kehormatan bagi mereka.
Menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka (ay. 54-55): Usul dua rasul ini mengacu pada nabi Elia yang menyuruh api turun atas lawan-lawannya (2 Raj 1:10, 12). Tetapi Yesus menolak usul murid-muridNya. Yesus mengajarkan hukum cinta kasih bagaimana para murid harus menjawab penghinaan dari orang luar (bdk. Rm 12:18-21, Gal 5:14 bacaan II). Yesus tahu bahwa masa karyaNya di dunia ini adalah masa pertobatan, agar orang yang bertobat dapat diampuni dan ditebus dosa-dosanya, bukan masa penghukuman yang adalah urusan Allah.
Aku akan mengikut Engkau (ay. 57, 61): Hanya dalam Injil Lukas di sini, ada orang yang berinisiatif untuk menjadi pengikut Yesus. Murid mestinya dipanggil Yesus (5:27, 6:13). Murid yang mempunyai keinginan sendiri untuk menjadi pengikut Yesus, diingatkan syarat-syarat mengikutiNya yaitu: mengutamakan Kerajaan Allah di atas harta milik dan keluarga (14:25-33).
Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya (ay. 58): Anak Manusia di sini sebagai sebutan diri yang merendah. Sebutan ini dapat menunjuk kepada manusia sebagai insan yang fana. Dalam arti itu Yesus mengenakannya pada diriNya dalam nubuat-nubuat tentang penderitaan dan kematianNya (9:22, 44 ; 18:31-33 ; 22:22 ; 24:7). Sebutan Anak Manusia juga dipakai Yesus dalam nubuat-nubuat tentang kedatanganNya dalam kemuliaan pada akhir zaman (9:26 ; 12:8 ; 21:27 ; 22:69). Latar belakang sebutan ini dari Daniel 7:13-14, “seorang seperti anak manusia” yang datang dengan awan-awan dari langit, dan yang oleh Allah diberi kemuliaan dan kekuasaan. Kalau orang tergerak mau mengikut Yesus, Ia menunjukkan tuntutanNya: Kemiskinan (bdk Mat 5:3), tanpa kediaman yang tetap, siap setiap saat bila diutus, sanggup mengikuti cara hidup Yesus, yang tidak menjamin diri dengan keamanan dan kepastian.
Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku (ay. 59): Menguburkan orang tua adalah kewajiban utama seorang anak yang menghormati bapa dan ibunya (bdk. Tob 4:3-4 ; 6:15). Bahkan para imam yang harus menjauhkan diri dari kontak dengan jenazah yang menajiskan, wajib melakukannya (Im 21:1-3).
Biarlah orang mati menguburkan orang mati (ay. 60): Biarlah orang-orang yang tidak mengikut Yesus, yakni mereka yang mati secara rohani, menguburkan orangnya yang telah meninggal dunia. Sabda yang keras ini tidak menyangkal kewajiban para pengikut Yesus terhadap orang tua mereka, tetapi ada hal yang lebih utama daripada kewajiban keluarga. Tuntutan mutlak Kerajaan Allah mempunyai konsekuensi untuk tuntutan kehidupan keluarga.
Izinkanlah aku pamitan dulu dengan keluargaku (ay. 61): Calon pengikut Yesus ini mengajukan syarat, yakni izin untuk pamitan dahulu, seperti yang diminta Elisa ketika dipanggil oleh Elia (1 Raj 19:19-21 bacaan I). Elia mengizinkannya. Yesus sekali lagi membedakan diri dengan nabi Elia. Untuk terlibat dalam penyebaran Kerajaan Allah yang merupakan tugas pengikut Yesus, dituntut suatu konsistensi yang melampaui hubungan keluarga.
Siap untuk membajak….menoleh….tidak layak (ay. 62): Ikut Yesus itu dilakukan ‘tanpa reserve’, ikhlas, rela tanpa syarat apapun juga dengan jiwa dan raga, pengorbanan apa saja. Memutuskan hubungan dengan masa lampau! Orang yang membajak tidak boleh menoleh kebelakang, karena bajaknya bisa berbelok arah dan dapat menyebabkan celaka. Orang yang suka menoleh itu tidak cocok dan tidak berguna untuk Kerajaan Allah.
Amanat / pesan
Panggilan Tuhan menawarkan diri dengan cara yang berlain-lainan, namun penyangkalan diri selalu dituntut secara total dan radikal, utuh dan menyeluruh. Mengikut Yesus Kristus bukanlah hal mudah. Itulah mungkin gagasan yang menghubungkan kedua bagian ini. Mengapa tidak mudah? Karena perjalananNya ialah menuju Yerusalem. Yesus mempunyai komitmen tegas terhadap tugas-Nya, yakni ‘kepergian’ yang harus Ia lakukan di Yerusalem. Ia telah menetapkan hatiNya dan mulai melangkah menuju ke tempat penderitaan dan kematianNya. Itulah jalan yang harus dan mau Ia tempuh untuk diangkat ke sorga, sama seperti nabi Henokh, Elia, dan Musa telah diangkat ke sorga.
Tidaklah cukup orang hanya menyanggupkan diri, ia harus sanggup mengikuti cara hidup Yesus. Ikut Yesus itu menggantungkan diri kepada penyelenggaraan Bapa. Orang harus siap bukan saja untuk menerima penghinaan dan penolakan, melainkan juga tidak boleh melakukan pembalasan dengan tindakan kekerasan atas penghinaan yang diterimanya. Yesus menolak kekerasan, Ia melanjutkan jalan penyelamatan kepada semua orang, dan mengajak murid-murid serta semua pengikutNya untuk ikut dalam jalan yang demikian. Yesus memuji Ibu-Nya, ketika berkata, “Siapa ibuKu, sanak-saudaraKu? Mereka yang mendengarkan sabda Allah dan yang melakukannya!”. Demikian juga kita dicinta seutuhnya, untuk diberi pewartaan tentang Kerajaan Allah dalam berbagai bentuk, jalan dan cara.
Yang penting dan paling mendasar dalam mengikut Yesus, orang harus berani beriman, penyerahan diri total kepada Allah. Berani menghayati suatu hidup batin yang melepaskan diri dari segala keamanan yang diberikan oleh dunia ini. Orang harus berani meninggalkan cara berpikir dan hidup dunia ini agar dapat masuk dalam suatu hidup baru yang tidak berada dalam tangannya. Orang yang benar-benar mau menjadi pengikut Kristus tidak dapat mengandalkan kekuatannya sendiri, itu melampaui kemampuannya. Mengikuti Yesus Kristus selalu membutuhkan rahmat. Mengarahkan pandangan hanya lurus kesatu arah yaitu Kerajaan Allah, tidak menoleh ke belakang. Kita semua satu per satu pada suatu waktu dipanggil “untuk ke Yerusalem sorgawi” dalam hidup. Semoga kita tetap setia pada panggilan kita masing-masing.
52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
53 Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.
54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?”
55 Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.
56 Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
57 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.”
58 Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
59 Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.”
60 Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”
61 Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.”
62 Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.
Susunan
Bacaan Injil ini terdiri dari dua bagian dan tidak mudah dihubungkan satu dengan yang lain. Yesus ditolak oleh orang-orang Samaria (ay. 51-56) dan tiga percakapan singkat tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengikut Yesus (ay. 57-62).
Perjalanan dan penolakan (ay. 51-56): Pembukaan Injil ini cukup membingungkan. Belum apa-apa sudah dikatakan bahwa saat untuk Yesus naik ke sorga sudah tiba, sehingga untuk itu Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem (ay. 51). Kemudian permulaan perjalanan dipersiapkan oleh beberapa utusan, sepertinya mereka ingin mengambil jalan yang lebih pendek maka harus melalui wilayah orang Samaria (ay. 52). Mereka mengalami hambatan dari orang Samaria yang dianggap bidaah oleh orang Yahudi, karena itu orang Samaria tidak bisa menerima penghinaan ini, akibatnya mereka ditolak oleh orang Samaria dengan memblokir jalan ke Yerusalem (ay. 53). Kedua murid langsung naik pitam dan minta izin kepada Yesus untuk membalas dan menghukum orang Samaria dengan kekerasan. Tetapi Yesus menolak usul tersebut (ay. 54-55). Yesus dan rombonganNya melanjutkan perjalanan dengan melalui rute yang lain (ay. 56).
Tiga percakapan dengan calon-calon pengikut Yesus (ay. 57-62): Ketika mereka dalam perjalanan, ada orang yang meminta agar diperkenankan untuk menjadi pengikut Yesus dengan tidak mengajukan syarat apapun. Yesus memperingatkannya bahwa perjalanan tersebut adalah suatu perjalanan penuh tantangan. Orang harus siap sedia menerima apa saja yang terjadi dalam perjalanan bahkan hal terburuk sekalipun, yaitu melepaskan kediamannya (ay. 57-58). Yesus memanggil orang kedua, dia mengajukan syarat untuk menguburkan bapanya terlebih dahulu. Yesus menolak syarat itu dan langsung mengutus untuk mendahulukan pemberitaan Kerajaan Allah (ay. 59-60). Kemudian orang ketiga yang menyatakan niatnya untuk mengikut Yesus dengan syarat pamitan dahulu dengan keluarganya. Yesus menolak syarat menunda niatnya itu sebagai tak layak untuk Kerajaan Allah (ay. 61-62).
Konteks
Yesus mengarahkan pandanganNya dan menetapkan hatiNya untuk pergi ke Yerusalem menghadapi sengsara. Ini suatu keputusan yang penting, menggenapi kehendak Bapa, yang memberi arah akhir pada hidupNya. Akhir hidup Yesus yang ditandai dengan sengsara dan kebangkitan oleh Lukas disebut ‘pengangkatan ke sorga’. Dalam bagian hidup ini peranan Bapa, yang mengangkat, yang memuliakan, lebih berbicara: Ia menyerahkan Putera Tunggal-Nya demi keselamatan dunia. Lukas menggambarkan bagian ini sebagai ‘perjalanan’ ke Yerusalem. Dan Yesus melakukannya sebagai penyelesaian misi-Nya.
Keterangan
Genap waktunya Yesus diangkat ke sorga (ay. 51): Ungkapan genap waktunya menunjukkan bahwa rencana Allah dalam rencana penyelamatan memasuki tahap perwujudan yang final. Kata ‘diangkat ke sorga’, maksudnya bukan pengangkatan Yesus di salib atau pengangkatanNya ke sorga, melainkan seluruh proses peralihan Yesus dari dunia kepada Bapa di sorga. Peralihan dari penderitaan, wafat, dimakamkan hingga pemuliaan Yesus. Kata itu dalam Alkitab Ibrani dipakai untuk keberangkatan Henokh, Elia, dan Musa. Yesus dihubungkan dengan nabi-nabi itu (9:30-31).
Mengarahkan pandangan-Nya (ay. 51): Harafiah: mengeraskan roman muka-Nya. Artinya, Yesus mengambil keputusan tegas dan tidak gentar untuk pergi menghadapi apa yang ditentukan Bapa bagi-Nya di Yerusalem.
Desa orang Samaria (52): Yesus melarang murid-muridNya memasuki kota-kota Samaria (Mat 10:5). Namun Lukas menggambarkan Yesus memberi perhatian khusus pada orang Samaria (misalnya 10:30-37 ; 17:15-16). Dalam hal ini Lukas menegaskan karya penyelamatan berlaku umum untuk segala bangsa.
Orang-orang Samaria (53): Orang Samaria bermusuhan dengan orang Yahudi. Permusuhan ini mempunyai sejarah panjang. Sejak sebagian penduduk Israel dibuang ke Asyur (722 sM), kemudian raja Asyur mengirim bangsa-bangsa lain ke daerah Samaria sebagai ganti yang ditinggalkan oleh orang Israel dalam pembuangan tersebut, sehingga terjadi sisa orang Israel bercampur dengan bangsa-bangsa lain yang dibuang ke situ (2 Raj. 17:6,24). Orang-orang Samaria menerima kelima kitab Taurat menurut versi mereka sendiri. namun orang-orang Yahudi memandang mereka sebagai orang-orang bidaah, orang najis dan orang asing. Pada abad 3 sM orang –orang Samaria membangun bait suci sendiri di atas gunung Gerizim (bdk Yoh 4:20), yang pada abad berikutnya dihancurkan oleh raja dan imam agung Yahudi Yohanes Hirkanus, sehingga orang Samaria tidak senang, akibatnya mereka menolak Yesus ketika Ia mau ke Yerusalem. Menerima Yesus yang adalah orang Yahudi sama saja dengan menerima musuh dan tidak menjadi suatu kehormatan bagi mereka.
Menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka (ay. 54-55): Usul dua rasul ini mengacu pada nabi Elia yang menyuruh api turun atas lawan-lawannya (2 Raj 1:10, 12). Tetapi Yesus menolak usul murid-muridNya. Yesus mengajarkan hukum cinta kasih bagaimana para murid harus menjawab penghinaan dari orang luar (bdk. Rm 12:18-21, Gal 5:14 bacaan II). Yesus tahu bahwa masa karyaNya di dunia ini adalah masa pertobatan, agar orang yang bertobat dapat diampuni dan ditebus dosa-dosanya, bukan masa penghukuman yang adalah urusan Allah.
Aku akan mengikut Engkau (ay. 57, 61): Hanya dalam Injil Lukas di sini, ada orang yang berinisiatif untuk menjadi pengikut Yesus. Murid mestinya dipanggil Yesus (5:27, 6:13). Murid yang mempunyai keinginan sendiri untuk menjadi pengikut Yesus, diingatkan syarat-syarat mengikutiNya yaitu: mengutamakan Kerajaan Allah di atas harta milik dan keluarga (14:25-33).
Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya (ay. 58): Anak Manusia di sini sebagai sebutan diri yang merendah. Sebutan ini dapat menunjuk kepada manusia sebagai insan yang fana. Dalam arti itu Yesus mengenakannya pada diriNya dalam nubuat-nubuat tentang penderitaan dan kematianNya (9:22, 44 ; 18:31-33 ; 22:22 ; 24:7). Sebutan Anak Manusia juga dipakai Yesus dalam nubuat-nubuat tentang kedatanganNya dalam kemuliaan pada akhir zaman (9:26 ; 12:8 ; 21:27 ; 22:69). Latar belakang sebutan ini dari Daniel 7:13-14, “seorang seperti anak manusia” yang datang dengan awan-awan dari langit, dan yang oleh Allah diberi kemuliaan dan kekuasaan. Kalau orang tergerak mau mengikut Yesus, Ia menunjukkan tuntutanNya: Kemiskinan (bdk Mat 5:3), tanpa kediaman yang tetap, siap setiap saat bila diutus, sanggup mengikuti cara hidup Yesus, yang tidak menjamin diri dengan keamanan dan kepastian.
Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku (ay. 59): Menguburkan orang tua adalah kewajiban utama seorang anak yang menghormati bapa dan ibunya (bdk. Tob 4:3-4 ; 6:15). Bahkan para imam yang harus menjauhkan diri dari kontak dengan jenazah yang menajiskan, wajib melakukannya (Im 21:1-3).
Biarlah orang mati menguburkan orang mati (ay. 60): Biarlah orang-orang yang tidak mengikut Yesus, yakni mereka yang mati secara rohani, menguburkan orangnya yang telah meninggal dunia. Sabda yang keras ini tidak menyangkal kewajiban para pengikut Yesus terhadap orang tua mereka, tetapi ada hal yang lebih utama daripada kewajiban keluarga. Tuntutan mutlak Kerajaan Allah mempunyai konsekuensi untuk tuntutan kehidupan keluarga.
Izinkanlah aku pamitan dulu dengan keluargaku (ay. 61): Calon pengikut Yesus ini mengajukan syarat, yakni izin untuk pamitan dahulu, seperti yang diminta Elisa ketika dipanggil oleh Elia (1 Raj 19:19-21 bacaan I). Elia mengizinkannya. Yesus sekali lagi membedakan diri dengan nabi Elia. Untuk terlibat dalam penyebaran Kerajaan Allah yang merupakan tugas pengikut Yesus, dituntut suatu konsistensi yang melampaui hubungan keluarga.
Siap untuk membajak….menoleh….tidak layak (ay. 62): Ikut Yesus itu dilakukan ‘tanpa reserve’, ikhlas, rela tanpa syarat apapun juga dengan jiwa dan raga, pengorbanan apa saja. Memutuskan hubungan dengan masa lampau! Orang yang membajak tidak boleh menoleh kebelakang, karena bajaknya bisa berbelok arah dan dapat menyebabkan celaka. Orang yang suka menoleh itu tidak cocok dan tidak berguna untuk Kerajaan Allah.
Amanat / pesan
Panggilan Tuhan menawarkan diri dengan cara yang berlain-lainan, namun penyangkalan diri selalu dituntut secara total dan radikal, utuh dan menyeluruh. Mengikut Yesus Kristus bukanlah hal mudah. Itulah mungkin gagasan yang menghubungkan kedua bagian ini. Mengapa tidak mudah? Karena perjalananNya ialah menuju Yerusalem. Yesus mempunyai komitmen tegas terhadap tugas-Nya, yakni ‘kepergian’ yang harus Ia lakukan di Yerusalem. Ia telah menetapkan hatiNya dan mulai melangkah menuju ke tempat penderitaan dan kematianNya. Itulah jalan yang harus dan mau Ia tempuh untuk diangkat ke sorga, sama seperti nabi Henokh, Elia, dan Musa telah diangkat ke sorga.
Tidaklah cukup orang hanya menyanggupkan diri, ia harus sanggup mengikuti cara hidup Yesus. Ikut Yesus itu menggantungkan diri kepada penyelenggaraan Bapa. Orang harus siap bukan saja untuk menerima penghinaan dan penolakan, melainkan juga tidak boleh melakukan pembalasan dengan tindakan kekerasan atas penghinaan yang diterimanya. Yesus menolak kekerasan, Ia melanjutkan jalan penyelamatan kepada semua orang, dan mengajak murid-murid serta semua pengikutNya untuk ikut dalam jalan yang demikian. Yesus memuji Ibu-Nya, ketika berkata, “Siapa ibuKu, sanak-saudaraKu? Mereka yang mendengarkan sabda Allah dan yang melakukannya!”. Demikian juga kita dicinta seutuhnya, untuk diberi pewartaan tentang Kerajaan Allah dalam berbagai bentuk, jalan dan cara.
Yang penting dan paling mendasar dalam mengikut Yesus, orang harus berani beriman, penyerahan diri total kepada Allah. Berani menghayati suatu hidup batin yang melepaskan diri dari segala keamanan yang diberikan oleh dunia ini. Orang harus berani meninggalkan cara berpikir dan hidup dunia ini agar dapat masuk dalam suatu hidup baru yang tidak berada dalam tangannya. Orang yang benar-benar mau menjadi pengikut Kristus tidak dapat mengandalkan kekuatannya sendiri, itu melampaui kemampuannya. Mengikuti Yesus Kristus selalu membutuhkan rahmat. Mengarahkan pandangan hanya lurus kesatu arah yaitu Kerajaan Allah, tidak menoleh ke belakang. Kita semua satu per satu pada suatu waktu dipanggil “untuk ke Yerusalem sorgawi” dalam hidup. Semoga kita tetap setia pada panggilan kita masing-masing.
(Stefan S Tjandra / St. S T)
PASKAHAN BIA St. URSULA – SURYAKENCANA
PASKAHAN BIA St. URSULA – SURYAKENCANA
Minggu, 18 April 2010 di Kebun Raya
Paskah bagi anak–anak identik dengan mencari telur.. Oleh karena itu para pendamping BIA St. Ursula wilayah Suryakencana dibantu mudika wilayah memutuskan untuk mengadakan acara paskahan secara besar–besaran di Kebun Raya. Berbagai per-siapan dilakukan sebaik–baiknya demi kelancaran acara.
Minggu, 18 April 2010 adalah hari yang dinanti–nantikan. Panitia meminta para peserta sudah ber-kumpul di depan pintu utama Kebun Raya, tapi ter-nyata ada beberapa peserta yang sudah tiba pk 07.30. Begitu semangatnya mereka....^_^
Ketika waktu menunjukkan hampir pk 08.00, anak–anak yang ingin merayakan paskahan bersama mulai berdatangan. Panitia tak begitu kesulitan mengenali mereka, karena name tag yang terpasang pada anak–anak itu. Ketika sebagian anak sudah berkumpul, kakak mudika siap menuntun dan menggiring mereka masuk ke Kebun Raya, sebagian lagi tetap menunggu adik–adik yang datang terlambat. Adik–adik kita ini diminta untuk berbaris rapi agar para pendamping dapat dengan mudah mengawasi mereka hingga ke area tempat acara akan berlangsung. Pk 08.30 acara dimulai dengan diawali doa pembuka dan nyanyian yang dipandu oleh kakak – kakak Pembina, sambil menunggu teman–teman yang terlambat.
Pk 09.00, semua peserta sudah berkumpul, permainan pun segera dimulai. Peserta yang hadir lebih dari 70 anak. Peserta dibagi 2 kategori: anak PG – 2 SD dan 3 SD – 6 SD, begitu pula panitianya. Adik – adik PG – 2 SD diajak mencari bendera sebagai pengganti telur, yang nantinya bendera yang didapat itu ditukar dengan telur. Kakak – kakak mudika meng-awasi mereka agar mencari bendera tidak sampai keluar area. Sedangkan adik – adik 3 SD – 6 SD diajak bermain games seperti memasukkan paku ke botol dan lomba sendok kelereng. Acara sesi I ini selesai pk 09.45.
Acara break dulu sejenak. Sementara kakak – kakak panitia menghitung dan mencatat hasil jumlah bendera yang didapat serta mencatat siapa saja yang memenangkan permainan, adik adik ini beristirahat sambil menikmati roti bom–bom dan es krim. Selagi adik–adik masih beristirahat, panitia bergegas mem-persiapkan untuk acara sesi II yakni dibalik, adik–adik PG – 2 SD bermain games dan adik – adik 3 SD – 6 SD mencari bendera. Panas matahari tidak menjadi penghalang keceriaan mereka. Tawa dan teriakan mereka semakin memeriahkan acara.
Untuk menambah keceriaan, para orang tua yang mendampingi putera–puterinya ikut diajak bermain oleh panitia. Berpasang–pasangan mereka diajak bermain lomba sendok kelereng. Panitia sengaja menetapkan berpasang–pasangan biar adik–adik melihat kekompakkan orang tua mereka. Tak terasa waktu terus bergulir hingga waktu telah menunjukkan pk 11.00. menutup rangkaian acara ini, pemberian hadiah kepada pemenang games permainan. Bagi seluruh peserta panitia telah menyiapkan bingkisan dan makanan.
Tak lupa sebelum pulang kami berdoa bersama, mengucap syukur atas kelancaran seluruh rangkaian acara hari ini. Panitia merasa puas. Rasa lelah mengawasi lebih dari 70 anak, terbayar sudah menyaksikan keceriaan mereka dan kelancaran acara. Kami selaku panitia mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada para donatur, para Pembina BIA dari wilayah Bondongan dan mudika wilayah Suryakencana yang telah menyusun dan mengurus, mulai dari persiapan hingga acara berlangsung. Proficiat buat kita semua..! Tuhan Memberkati… ! -VCM-
Minggu, 18 April 2010 adalah hari yang dinanti–nantikan. Panitia meminta para peserta sudah ber-kumpul di depan pintu utama Kebun Raya, tapi ter-nyata ada beberapa peserta yang sudah tiba pk 07.30. Begitu semangatnya mereka....^_^
Ketika waktu menunjukkan hampir pk 08.00, anak–anak yang ingin merayakan paskahan bersama mulai berdatangan. Panitia tak begitu kesulitan mengenali mereka, karena name tag yang terpasang pada anak–anak itu. Ketika sebagian anak sudah berkumpul, kakak mudika siap menuntun dan menggiring mereka masuk ke Kebun Raya, sebagian lagi tetap menunggu adik–adik yang datang terlambat. Adik–adik kita ini diminta untuk berbaris rapi agar para pendamping dapat dengan mudah mengawasi mereka hingga ke area tempat acara akan berlangsung. Pk 08.30 acara dimulai dengan diawali doa pembuka dan nyanyian yang dipandu oleh kakak – kakak Pembina, sambil menunggu teman–teman yang terlambat.
Pk 09.00, semua peserta sudah berkumpul, permainan pun segera dimulai. Peserta yang hadir lebih dari 70 anak. Peserta dibagi 2 kategori: anak PG – 2 SD dan 3 SD – 6 SD, begitu pula panitianya. Adik – adik PG – 2 SD diajak mencari bendera sebagai pengganti telur, yang nantinya bendera yang didapat itu ditukar dengan telur. Kakak – kakak mudika meng-awasi mereka agar mencari bendera tidak sampai keluar area. Sedangkan adik – adik 3 SD – 6 SD diajak bermain games seperti memasukkan paku ke botol dan lomba sendok kelereng. Acara sesi I ini selesai pk 09.45.
Acara break dulu sejenak. Sementara kakak – kakak panitia menghitung dan mencatat hasil jumlah bendera yang didapat serta mencatat siapa saja yang memenangkan permainan, adik adik ini beristirahat sambil menikmati roti bom–bom dan es krim. Selagi adik–adik masih beristirahat, panitia bergegas mem-persiapkan untuk acara sesi II yakni dibalik, adik–adik PG – 2 SD bermain games dan adik – adik 3 SD – 6 SD mencari bendera. Panas matahari tidak menjadi penghalang keceriaan mereka. Tawa dan teriakan mereka semakin memeriahkan acara.
Untuk menambah keceriaan, para orang tua yang mendampingi putera–puterinya ikut diajak bermain oleh panitia. Berpasang–pasangan mereka diajak bermain lomba sendok kelereng. Panitia sengaja menetapkan berpasang–pasangan biar adik–adik melihat kekompakkan orang tua mereka. Tak terasa waktu terus bergulir hingga waktu telah menunjukkan pk 11.00. menutup rangkaian acara ini, pemberian hadiah kepada pemenang games permainan. Bagi seluruh peserta panitia telah menyiapkan bingkisan dan makanan.
Tak lupa sebelum pulang kami berdoa bersama, mengucap syukur atas kelancaran seluruh rangkaian acara hari ini. Panitia merasa puas. Rasa lelah mengawasi lebih dari 70 anak, terbayar sudah menyaksikan keceriaan mereka dan kelancaran acara. Kami selaku panitia mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada para donatur, para Pembina BIA dari wilayah Bondongan dan mudika wilayah Suryakencana yang telah menyusun dan mengurus, mulai dari persiapan hingga acara berlangsung. Proficiat buat kita semua..! Tuhan Memberkati… ! -VCM-
Kunjungan Ziarah
Pada hari Kamis, tanggal 6 Mei 2010, paroki kita kedatangan tamu dari Kelompok Pendalaman Alkitab St Anastasia, stasi St Laurensius, alam sutera, Serpong, Tangerang, yang di koordinir oleh ibu Dewi Omar. Kedatangan mereka disambut oleh RD. A. Garbito Pamboaji dan teman–teman dari sie Kitab Suci.
Kira–kira pukul 11.30 wib mereka yang berjumlah 60 orang ( sebenarnya yang mau ikut lebih banyak ), terdiri dari anak–anak sampai lansia didampingi oleh Romo Robby Wowor, OFM mengadakan doa bersama di depan patung Bunda Maria di dalam Gereja St Fransiskus Asisi. Setelah selesai berdoa, kami sempat bertukar informasi seputar kegiatan yang diadakan di Paroki yang berhubungan dengan kegiatan kerasulan Kitab Suci. Ternyata di sana mereka juga mengadakan pembekalan–pembekalan ( semacam kursus ) seperti yang diadakan di Paroki kita, seperti pembekalan calon pemandu yang sekarang sedang berlangsung, bertujuan mencetak fasilitator–fasilitator yang berkualitas untuk kombas. Menurut Bapak Eddy. B (KKS, bidang pewartaan St Laurensius ), di tempat mereka, kursus diadakan selama 9 bulan ( lebih lama dari pembekalan di Paroki kita yang hanya 3 bulan ) dengan peserta sebanyak 400 orang. Luar biasa! Semoga ini bisa menjadi bagian atau salah satu bagian penyemangat umat di Paroki kita untuk terus berjumpa dengan Allah dalam sabda yang diilhami dalam Kitab Suci. Sebab “tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus” ( St Hironimus ).
Sayang pertemuan ini tidak bisa berlangsung lama karena mereka masih harus meneruskan perjalanan ziarah ke Gereja Katolik St Perawan Maria, Katedral, Bogor. Lambaian tangan ketika meninggalkan Gereja St Fransiskus Asisi, Bogor, semoga bukanlah akhir dari pertemuan, tapi biarlah menjadi awal yang baik untuk selalu bekerja sama mewartakan Injil, kabar baik Tuhan. Tuhan memberkati.
(eestee)
Kira–kira pukul 11.30 wib mereka yang berjumlah 60 orang ( sebenarnya yang mau ikut lebih banyak ), terdiri dari anak–anak sampai lansia didampingi oleh Romo Robby Wowor, OFM mengadakan doa bersama di depan patung Bunda Maria di dalam Gereja St Fransiskus Asisi. Setelah selesai berdoa, kami sempat bertukar informasi seputar kegiatan yang diadakan di Paroki yang berhubungan dengan kegiatan kerasulan Kitab Suci. Ternyata di sana mereka juga mengadakan pembekalan–pembekalan ( semacam kursus ) seperti yang diadakan di Paroki kita, seperti pembekalan calon pemandu yang sekarang sedang berlangsung, bertujuan mencetak fasilitator–fasilitator yang berkualitas untuk kombas. Menurut Bapak Eddy. B (KKS, bidang pewartaan St Laurensius ), di tempat mereka, kursus diadakan selama 9 bulan ( lebih lama dari pembekalan di Paroki kita yang hanya 3 bulan ) dengan peserta sebanyak 400 orang. Luar biasa! Semoga ini bisa menjadi bagian atau salah satu bagian penyemangat umat di Paroki kita untuk terus berjumpa dengan Allah dalam sabda yang diilhami dalam Kitab Suci. Sebab “tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus” ( St Hironimus ).
Sayang pertemuan ini tidak bisa berlangsung lama karena mereka masih harus meneruskan perjalanan ziarah ke Gereja Katolik St Perawan Maria, Katedral, Bogor. Lambaian tangan ketika meninggalkan Gereja St Fransiskus Asisi, Bogor, semoga bukanlah akhir dari pertemuan, tapi biarlah menjadi awal yang baik untuk selalu bekerja sama mewartakan Injil, kabar baik Tuhan. Tuhan memberkati.
(eestee)
You Deny Me 3x
Para animator aktif Paroki St Fransiskus Asisi, Sukasari mendapat kaos hasil kerja sama PSE yang diketuai oleh Bapak JMV Diar Sanjaya dan sie kerasulan Kitab Suci Paroki beserta para donatur yang mau berbagi kasih , sehingga para animator punya “seragam” kaos yang bertuliskan : You deny Me 3x, bergambar ayam berkokok, hasil rancangan Galih, salah seorang dari OMK wilayah St. Maria Fatima, Bondongan.
Tulisan dan gambar yang mengingatkan kita pada Rasul Petrus, yang menyangkal Yesus sampai 3x, mendapat sambutan dari beberapa teman sesama animator dengan komentar “nyindir nih ye…?” Semoga “sindiran” itu selalu membawa berkat bagi para animator untuk lebih tulus dan aktif mewartakan Yesus dalam kehidupan sehari–hari sehingga lebih banyak lagi orang yang ingin mengenal dan lebih dekat lagi dengan Allah.
Terima kasih atas kerja sama yang baik dari semua pihak. Terima kasih pada para donatur. ( siapa menyusul?) Semoga animator kita semakin bersemangat dan semakin berkualitas. Tuhan memberkati. (eestee)
Acies Legio Maria
Acies berasal dari bahasa latin yang berarti pasukan yang siap bertempur, tepat digunakan untuk upacara dimana para legioner berkumpul untuk memperbaharui janji kepada Maria serta untuk menerima kekuatan dan berkat dari Maria sebagai bekal untuk pertempuran selama satu tahun yang akan datang dalam melawan kekuasaan setan. Karena itu pulalah Acies yang dirayakan sekali dalam setahun ini, wajib dihadiri oleh setiap legioner, baik itu anggota aktif maupun auxiler. Biasanya Acies dirayakan setiap tanggal 25 Maret atau pada tanggal yang berdekatan.
Tahun 2010 ini, Komisium Bintang Timur menyelenggarakan Acies di Gereja Santo Matias, Cinere. Tema yang dipilih “Berawal Dari Keluarga, Kita Tumbuhkan Tunas-Tunas Legio Maria”, merujuk pada Tema APP Keuskupan Bogor 2010. Acies kali ini di-hadiri oleh 15 presidium dari 16 presidium yang ada di Komisium Bintang Timur, Bogor.
Pada Minggu, 18 April 2010 yang cerah, para legioner dari berbagai presidium sudah berdatangan sejak pukul 9.30. Namun mereka harus mencari tempat parkir sementara karena halaman gereja masih penuh dengan kendaraan umat yang sedang mengikuti misa. Sementara itu di aula bawah gereja, Panitia (Presidium Maria Bunda Kerahiman dan Presidium Bunda Penebus) sudah mempersiapkan jamuan sederhana (snack) berupa siomay dan aneka minuman (air mineral, teh, dan kopi) untuk dinikmati para legioner. Sambil makan, tak lupa melakukan pendaftaran ulang dan penyerahan vandel presidium untuk diarak menjelang misa.
Misa dimulai pukul 11.00, diawali dengan perarak-an para pembawa vandel dan petugas misa. Dilanjutkan Doa Tesera yang dipimpin Ibu Yosephine (Ketua Komisium), dengan Lima Puluhan Doa Rosario oleh Sdri. Merry (Sekretaris 1 Komisium). Sekitar 45 menit kemudian barulah Perayaan Ekaristi seperti biasa. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Ignatius Heru Wihardono (Pastor Paroki). Homili yang disampaikan Rm.Heru berdasarkan pada bacaan Injil. Bacaan Injil bercerita mengenai para rasul yang sudah lama menjala ikan namun tidak jua mendapatkan hasil, hingga datanglah seseorang yang menyuruh mereka menebarkan jala di sebelah kanan perahu. Para rasul menuruti perintah tersebut dan benarlah, jala mereka penuh dengan ikan. Petrus segera mendekati orang tersebut dengan memanggil Tuhan kepadaNya.
Legio Maria bukanlah hal yang awam bagi Rm. Heru, sehingga beliau tahu bagaimana tugas-tugas legio maupun suka duka Legio Maria. Di dalam presidium ada legioner hanya mau tugas yang gampang-gampang saja, itu tidaklah aneh. Atau legioner yang suka pilih-pilih tugas, itu memang ada. Namun apakah benar itu jiwa seorang legioner? Padahal sebagai tentara, legioner harus mau melaksanakan tugas yang diberikan ketua dalam rapat presidium. Kejenuhan atau masalah dalam melaksanakan tugas harus disikapi bijak dan positif. Jangan sampai membuat putus asa berkepanjangan. Percayalah pada pertolongan Tuhan melalui Bunda Maria, karena memiliki harapan itu penting. Siap sedia dan percaya dalam melakukan tugas-tugas legio, entah itu kunjungan, doa, atau lainnya, akan membawa kita kepada hasil yang baik. Lihatlah para rasul yang percaya langsung menebarkan jala ke kanan perahu mereka, dan mendapat-kan hasil yang amat baik.
Dalam setiap Acies ada bagian dimana para legioner melakukan pengulangan janji penyerahan diri kepada Bunda Maria: “Segala milikku adalah milikmu, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu ya Ratu dan Bundaku” Mengenai janji tersebut, Rm. Heru mengingatkan kembali arti dari kata-kata itu. Sungguhkan disadari artinya atau hanya sekedar kata-kata yang tiap tahun diulang? Mampukah kita menyerahkan semua milik dan kepunyaan kita kepada Bunda Maria. Apa saja yang kita miliki/punyai? Ada waktu, tenaga, dan harta, apakah itu semua siap kita serahkan? Sebuah refleksi yang harus terus dilakukan oleh para legioner.
Setelah homili, tibalah para legioner melakukan pengulangan janji penyerahan diri pada Bunda Maria dengan maju berdua-dua, lalu berlutut di depan veksilum besar sambil mengucapkan janji dengan mantap dan lantang.
Sebelum misa ditutup dengan berkat, Ibu Yosephine, Ketua Komisium memberikan sambutan singkat yang cukup menyemangati para legioner. Begitupun dengan pesan singkat dari Rm. Heru.
Pukul 13.30 misa selesai. Para legioner berjalan menuju aula bawah gereja untuk segera menikmati makan siang. Setelah doa makan, dengan tertib legioner mengantri. Menu utama nasi soto komplit serta menu tambahan berupa pecel siram dan buah-buahan cukup untuk mengisi perut yang sudah lapar. Semua berbaur, asyik menikmati makan siang dan pembicaraan santai antara sesama legioner dari berbagai paroki. Setelah sebagian besar legioner selesai menikmati makan siang, ada seorang Bruder ALMA dari Paroki Santa Perawan Maria Bunda Segala Bangsa, Kota Wisata maju ke depan mempersembahkan sebuah nyanyian berbahasa daerahnya. Sayangnya tidak banyak yang menikmati suara merdu sang bruder, karena sudah banyak yang pulang.
Terima kasih kepada panitia yaitu Legio Maria dari Paroki Santo Matias, Cinere yang sudah berkerja dengan baik mempersiapkan Acies hingga berakhir tanpa mengalami kendala yang berarti; kepada Rm. Heru yang telah berkenan bersama-sama dengan para legioner merayakan Acies sejak awal misa hingga selesai makan siang, tak lupa kepada para pastor serta DPP Santo Matias Cinere yang secara langsung maupun tidak langsung telah mendukung terlaksananya Acies di Gereja Santo Matias, tak lupa kepada para putra-putri altar yang secara khusus mempersiapkan tim untuk melayani dalam misa Acies ini. Mari kita tumbuhkan semangat Legio Maria di dalam keluarga kita! (M.74)
Tahun 2010 ini, Komisium Bintang Timur menyelenggarakan Acies di Gereja Santo Matias, Cinere. Tema yang dipilih “Berawal Dari Keluarga, Kita Tumbuhkan Tunas-Tunas Legio Maria”, merujuk pada Tema APP Keuskupan Bogor 2010. Acies kali ini di-hadiri oleh 15 presidium dari 16 presidium yang ada di Komisium Bintang Timur, Bogor.
Pada Minggu, 18 April 2010 yang cerah, para legioner dari berbagai presidium sudah berdatangan sejak pukul 9.30. Namun mereka harus mencari tempat parkir sementara karena halaman gereja masih penuh dengan kendaraan umat yang sedang mengikuti misa. Sementara itu di aula bawah gereja, Panitia (Presidium Maria Bunda Kerahiman dan Presidium Bunda Penebus) sudah mempersiapkan jamuan sederhana (snack) berupa siomay dan aneka minuman (air mineral, teh, dan kopi) untuk dinikmati para legioner. Sambil makan, tak lupa melakukan pendaftaran ulang dan penyerahan vandel presidium untuk diarak menjelang misa.
Misa dimulai pukul 11.00, diawali dengan perarak-an para pembawa vandel dan petugas misa. Dilanjutkan Doa Tesera yang dipimpin Ibu Yosephine (Ketua Komisium), dengan Lima Puluhan Doa Rosario oleh Sdri. Merry (Sekretaris 1 Komisium). Sekitar 45 menit kemudian barulah Perayaan Ekaristi seperti biasa. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Ignatius Heru Wihardono (Pastor Paroki). Homili yang disampaikan Rm.Heru berdasarkan pada bacaan Injil. Bacaan Injil bercerita mengenai para rasul yang sudah lama menjala ikan namun tidak jua mendapatkan hasil, hingga datanglah seseorang yang menyuruh mereka menebarkan jala di sebelah kanan perahu. Para rasul menuruti perintah tersebut dan benarlah, jala mereka penuh dengan ikan. Petrus segera mendekati orang tersebut dengan memanggil Tuhan kepadaNya.
Legio Maria bukanlah hal yang awam bagi Rm. Heru, sehingga beliau tahu bagaimana tugas-tugas legio maupun suka duka Legio Maria. Di dalam presidium ada legioner hanya mau tugas yang gampang-gampang saja, itu tidaklah aneh. Atau legioner yang suka pilih-pilih tugas, itu memang ada. Namun apakah benar itu jiwa seorang legioner? Padahal sebagai tentara, legioner harus mau melaksanakan tugas yang diberikan ketua dalam rapat presidium. Kejenuhan atau masalah dalam melaksanakan tugas harus disikapi bijak dan positif. Jangan sampai membuat putus asa berkepanjangan. Percayalah pada pertolongan Tuhan melalui Bunda Maria, karena memiliki harapan itu penting. Siap sedia dan percaya dalam melakukan tugas-tugas legio, entah itu kunjungan, doa, atau lainnya, akan membawa kita kepada hasil yang baik. Lihatlah para rasul yang percaya langsung menebarkan jala ke kanan perahu mereka, dan mendapat-kan hasil yang amat baik.
Dalam setiap Acies ada bagian dimana para legioner melakukan pengulangan janji penyerahan diri kepada Bunda Maria: “Segala milikku adalah milikmu, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu ya Ratu dan Bundaku” Mengenai janji tersebut, Rm. Heru mengingatkan kembali arti dari kata-kata itu. Sungguhkan disadari artinya atau hanya sekedar kata-kata yang tiap tahun diulang? Mampukah kita menyerahkan semua milik dan kepunyaan kita kepada Bunda Maria. Apa saja yang kita miliki/punyai? Ada waktu, tenaga, dan harta, apakah itu semua siap kita serahkan? Sebuah refleksi yang harus terus dilakukan oleh para legioner.
Setelah homili, tibalah para legioner melakukan pengulangan janji penyerahan diri pada Bunda Maria dengan maju berdua-dua, lalu berlutut di depan veksilum besar sambil mengucapkan janji dengan mantap dan lantang.
Sebelum misa ditutup dengan berkat, Ibu Yosephine, Ketua Komisium memberikan sambutan singkat yang cukup menyemangati para legioner. Begitupun dengan pesan singkat dari Rm. Heru.
Pukul 13.30 misa selesai. Para legioner berjalan menuju aula bawah gereja untuk segera menikmati makan siang. Setelah doa makan, dengan tertib legioner mengantri. Menu utama nasi soto komplit serta menu tambahan berupa pecel siram dan buah-buahan cukup untuk mengisi perut yang sudah lapar. Semua berbaur, asyik menikmati makan siang dan pembicaraan santai antara sesama legioner dari berbagai paroki. Setelah sebagian besar legioner selesai menikmati makan siang, ada seorang Bruder ALMA dari Paroki Santa Perawan Maria Bunda Segala Bangsa, Kota Wisata maju ke depan mempersembahkan sebuah nyanyian berbahasa daerahnya. Sayangnya tidak banyak yang menikmati suara merdu sang bruder, karena sudah banyak yang pulang.
Terima kasih kepada panitia yaitu Legio Maria dari Paroki Santo Matias, Cinere yang sudah berkerja dengan baik mempersiapkan Acies hingga berakhir tanpa mengalami kendala yang berarti; kepada Rm. Heru yang telah berkenan bersama-sama dengan para legioner merayakan Acies sejak awal misa hingga selesai makan siang, tak lupa kepada para pastor serta DPP Santo Matias Cinere yang secara langsung maupun tidak langsung telah mendukung terlaksananya Acies di Gereja Santo Matias, tak lupa kepada para putra-putri altar yang secara khusus mempersiapkan tim untuk melayani dalam misa Acies ini. Mari kita tumbuhkan semangat Legio Maria di dalam keluarga kita! (M.74)
Cerita Mini
Janji Yang Teruji
Jarum jam di kamarku sudah menunjukkan pukul 12.30 malam. Suami dan anak-anakku sudah tidur lelap tiga setengah jam yang lalu. Suara televisi masih terdengar keras di ruang tengah. Namun entah kenapa hatiku masih sesak dan sakit setelah sore tadi mas Totok suamiku secara terbata-bata bilang kalau kabar burung yang selama ini kudengar, mas Totok punya pacar lagi benar adanya. Dunia ini seakan runtuh. Seketika itu juga aku minta cerai pada suami yang selama 13 tahun telah menikahi aku. Selama ini aku memang tak peduli dan tak mau tahu apa dan bagaimana pekerjaan suamiku selama ini. Yang penting setiap bulan suamiku memberikan uang buatku dan anak-anakku. Akupun sudah cukup capek dan lelah setelah seharian kerja di kantor. Aku pulang kerja jam 6 sore. Sesudah itu aku makan dan istirahat. Terkadang menonton televisi sebentar dan ngobrol dengan anak-anak lalu tidur. Mas Totok pulang jam 9 malam. Kadang juga jam 10 malam lalu mandi dan makan. Kuakui aku memang jarang menemaninya makan. Kami juga jarang ngobrol dari hati ke hati sejak 8 bulan yang lalu. Suamiku memang pendiam dan baru 8 bulan yang lalu mulai bekerja aktif lagi sebagai karyawan. Sebelumya memang kami berdua usaha warung kecil-kecilan tapi karena kurang pandai mengelola akhirnya kami bangkrut.
Awal-awal kami berdua dapat pekerjaan baru memang menyenangkan. Artinya perekonomian keluarga yang selama ini sangat pas-pasan menjadi agak sedikit longgar. Anak-anakkupun juga mulai seperti anak lain pada umumnya yang rutin bisa kuberikan uang jajan dan uang transport buat ke sekolah secukupnya. Angel anakku yang pertama sebentar lagi lulus SMP. Dia sangat semangat sekali masuk SMK Pariwisata. Sedang Steven anakku yang kedua juga semangat lagi ikut les menggambar di sekolahnya. Hmm..tak kuduga sama sekali. Sekitar sebulan yang lalu teman sekantorku cerita kalau dia melihat mas Totok jalan-jalan di Mall bersama seorang wanita. Lima hari yang lalu Bu Made tetangga rumah bilang ketemu mas Totok di Salon langganannya mengantar seorang wanita, dan sore kemarin aku sendiri melihat mas Totok memboncengkan seorang wanita. Aku saat itu berusaha menenangkan pikiran dan berusaha berfikir positif terhadap suamiku. Ah…pasti itu cuma teman sekantornya yang kebetulan bareng. Tapi kenapa kemarin siang pas aku SMS mas Totok bilang ada metting sampai malam??? Duh…saat itu perasaanku sudah mulai resah lagi. Aku berencana menanyakan langsung malam ini pada mas Totok. Dan………aku nggak menyangka sama sekali jawaban mas Totok seperti itu. Disisi lain Dia memang berterus terang padaku tetapi keterus terangannya itu sangat menyakitkan dan tak berperasaan sama sekali. Aku sangat emosional sekali waktu itu. Tak ada lagi maaf buat suami yang tega berbuat seperti itu pada keluarganya dan aku sudah tak mau lagi hidup dengannya.
Pikiranku kembali menerawang……….sejenak kenangan manis dan kenangan pahit kami dahulu datang silih berganti. Tiga belas tahun sudah kami meng-arungi bahtera rumah tangga bersama. Waktu yang cukup matang bagi sebuah keluarga untuk mendidik dan membesarkan buah hati kami yang menginjak masa remaja. Aku ingat cita-cita Angel anak kami, Dia ingin masuk sekolah SMK Pariwisata karena ingin cepat kerja membantu kami orang tuanya. Juga Steven anak bungsuku yang kelihatan sangat menonjol sekali bakat melukisnya. Tak mau kalah dengan kakaknya, diapun rajin ikut lomba-lomba melukis lewat sekolahnya supaya bisa membantu kami orang tuanya……..Duh mulianya keinginan mereka berdua …….Ingat anak-anakku hatiku menjadi sedih ….. teganya aku menghancurkan impian mereka yang begitu mulia……….Tapi, bagaimana dengan mas Totok ? Apakah Dia saat ini juga berfikir sama seperti yang kupikirkan ? Sampai detik ini aku tidak tahu apa yang ada di benak mas Totok sampai dia tega melakukan hal itu ???
Satu bulan sudah berlalu, sejak peristiwa malam itu aku dan mas Totok semakin jarang ketemu. Aku sengaja menyibukkan diri dengan pekerjaanku, untuk menghindari pertemuan dengan suamiku. Sebaliknya sekarang justru mas Totok yang sering datang lebih awal ke rumah. Kadang jam 3 atau jam 4 sore dia sudah sampai rumah. Kemudian dia menemani anak-anakku belajar atau sekedar mengajak main Steven keluar. Aku dengar hal ini dari Angel. Suatu sore Angel bertanya padaku Kenapa selama ini Mama sibuk dan tak ada waktu buat Angel, Steven dan Papa?? Duh …… lidahku kelu….. apa yang harus kukatakan padanya? Aku tak mungkin berterus terang tentang semua yang telah terjadi selama ini padanya. Angel tahunya antara Aku dan mas Totok memang tak pernah terjadi apa-apa. Aku terdiam dan berusaha mengalihkan pertanyaan anakku untuk kembali memintanya meneruskan belajar. Sejak peristiwa malam itu aku memang tak pernah berkomunikasi lagi dengan mas Totok. Aku tak tahu lagi mesti bagaimana? Aku memang sengaja menghindar setiap mas Totok ingin mengajakku bicara.
Hmm…….inilah malam yang kesekian kalinya aku tidak bisa tidur…Hatiku benar-benar kesepian …… Tiba-tiba Sayup-sayup terdengar lagu ini ditelingaku.
Awal-awal kami berdua dapat pekerjaan baru memang menyenangkan. Artinya perekonomian keluarga yang selama ini sangat pas-pasan menjadi agak sedikit longgar. Anak-anakkupun juga mulai seperti anak lain pada umumnya yang rutin bisa kuberikan uang jajan dan uang transport buat ke sekolah secukupnya. Angel anakku yang pertama sebentar lagi lulus SMP. Dia sangat semangat sekali masuk SMK Pariwisata. Sedang Steven anakku yang kedua juga semangat lagi ikut les menggambar di sekolahnya. Hmm..tak kuduga sama sekali. Sekitar sebulan yang lalu teman sekantorku cerita kalau dia melihat mas Totok jalan-jalan di Mall bersama seorang wanita. Lima hari yang lalu Bu Made tetangga rumah bilang ketemu mas Totok di Salon langganannya mengantar seorang wanita, dan sore kemarin aku sendiri melihat mas Totok memboncengkan seorang wanita. Aku saat itu berusaha menenangkan pikiran dan berusaha berfikir positif terhadap suamiku. Ah…pasti itu cuma teman sekantornya yang kebetulan bareng. Tapi kenapa kemarin siang pas aku SMS mas Totok bilang ada metting sampai malam??? Duh…saat itu perasaanku sudah mulai resah lagi. Aku berencana menanyakan langsung malam ini pada mas Totok. Dan………aku nggak menyangka sama sekali jawaban mas Totok seperti itu. Disisi lain Dia memang berterus terang padaku tetapi keterus terangannya itu sangat menyakitkan dan tak berperasaan sama sekali. Aku sangat emosional sekali waktu itu. Tak ada lagi maaf buat suami yang tega berbuat seperti itu pada keluarganya dan aku sudah tak mau lagi hidup dengannya.
Pikiranku kembali menerawang……….sejenak kenangan manis dan kenangan pahit kami dahulu datang silih berganti. Tiga belas tahun sudah kami meng-arungi bahtera rumah tangga bersama. Waktu yang cukup matang bagi sebuah keluarga untuk mendidik dan membesarkan buah hati kami yang menginjak masa remaja. Aku ingat cita-cita Angel anak kami, Dia ingin masuk sekolah SMK Pariwisata karena ingin cepat kerja membantu kami orang tuanya. Juga Steven anak bungsuku yang kelihatan sangat menonjol sekali bakat melukisnya. Tak mau kalah dengan kakaknya, diapun rajin ikut lomba-lomba melukis lewat sekolahnya supaya bisa membantu kami orang tuanya……..Duh mulianya keinginan mereka berdua …….Ingat anak-anakku hatiku menjadi sedih ….. teganya aku menghancurkan impian mereka yang begitu mulia……….Tapi, bagaimana dengan mas Totok ? Apakah Dia saat ini juga berfikir sama seperti yang kupikirkan ? Sampai detik ini aku tidak tahu apa yang ada di benak mas Totok sampai dia tega melakukan hal itu ???
Satu bulan sudah berlalu, sejak peristiwa malam itu aku dan mas Totok semakin jarang ketemu. Aku sengaja menyibukkan diri dengan pekerjaanku, untuk menghindari pertemuan dengan suamiku. Sebaliknya sekarang justru mas Totok yang sering datang lebih awal ke rumah. Kadang jam 3 atau jam 4 sore dia sudah sampai rumah. Kemudian dia menemani anak-anakku belajar atau sekedar mengajak main Steven keluar. Aku dengar hal ini dari Angel. Suatu sore Angel bertanya padaku Kenapa selama ini Mama sibuk dan tak ada waktu buat Angel, Steven dan Papa?? Duh …… lidahku kelu….. apa yang harus kukatakan padanya? Aku tak mungkin berterus terang tentang semua yang telah terjadi selama ini padanya. Angel tahunya antara Aku dan mas Totok memang tak pernah terjadi apa-apa. Aku terdiam dan berusaha mengalihkan pertanyaan anakku untuk kembali memintanya meneruskan belajar. Sejak peristiwa malam itu aku memang tak pernah berkomunikasi lagi dengan mas Totok. Aku tak tahu lagi mesti bagaimana? Aku memang sengaja menghindar setiap mas Totok ingin mengajakku bicara.
Hmm…….inilah malam yang kesekian kalinya aku tidak bisa tidur…Hatiku benar-benar kesepian …… Tiba-tiba Sayup-sayup terdengar lagu ini ditelingaku.
Tak ada manusia yang terlahir sempurna.
Jangan kau sesali segala yang telah terjadi.
Kita pasti pernah dapatkan cobaan berat.
Seakan hidup ini tak ada artinya lagi.
Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugrah.
Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik.
Tak ada manusia yang terlahir sempurna.
Jangan kau sesali segala yang telah terjadi.
Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugrah.
Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik.
Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya
Bagi hambaNya yang sabar dan tak kenal putus asa.
Jangan menyerah, jangan menyerah, jangan menyerah2x
Syukuri apa yang ada. Hidup ini adalah anugrah.
Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik.
Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya
Bagi hambaNya yang sabar dan tak kenal putus asa.
Entah sudah berapa kali lagu itu kudengar malam ini. Ada kerinduan yang tiba-tiba menyelinap dalam relung-relung hatiku?? Tuhan…...kenapa selama ini aku terlalu egois….aku terlalu merasa diriku yang paling benar dan aku merasa diriku serba bisa dan parahnya lagi aku malah meninggalkan Tuhan semenjak aku mendapatkan cobaan dan pekerjaan baru di kantor. Tuhan memang memberi materi yang lebih dari cukup. Tuhan juga memberikan cobaan yang berat dalam keluargaku. Tapi……selama waktu itu pula aku meninggalkan Tuhan karena terlalu larut dengan semua yang kuhadapi. Kenapa selama ini aku tak pernah sedikitpun meluangkan waktu untuk berdoa? Tiba-tiba ada suatu kekuatan yang luar biasa yang membimbingku untuk berdoa. Entah sudah berapa jam aku berdoa. Segala yang kurasakan, yang kualami, dan kuhadapi selama ini kutumpahkan malam ini lewat doaku PadaNya. Usai berdoa kurasakan beban hidupku terasa ringan. Sejenak aku keluar kamar untuk menengok kamar anak-anakku, kebiasaan yang sudah lama kutinggalkan sejak peristiwa pertengkaranku dengan mas Totok sebulan yang lalu. Aku menengok kamar Angel. Dia sudah tertidur pulas. Kuteruskan langkahku menuju ke kamar Steven, anakku yang kedua. Kubuka pelan-pelan pintu kamarnya. Ternyata Steven tertidur sangat pulas dipelukan Mas Totok suamiku. Ya Tuhan…….kenapa selama ini tak pernah terpikir olehku….dimanakah selama ini suamiku tertidur…Aku selalu berpikiran jelek dengan apa yang dilakukan suamiku. Tapi ternyata aku juga egois. Aku tak pernah memberikan kesempatan sedikitpun pada suamiku untuk berbicara lagi denganku sejak peristiwa pertengkaran itu.
Hari ini, aku sengaja bangun agak siang karena libur kantor. Tok…tok…tok ….Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dari luar. Sebenarnya aku masih agak malas untuk membuka pintu. Pintu kamarku memang tidak pernah kukunci. Sejenak kemudian muncul Mas totok dengan senyum yang mengembang. Pelan-pelan mas Totok menghampiriku dan memelukku erat. Lama kami saling berpelukan. Ada kerinduan yang tiba-tiba menyelinap….Ma, aku masih sangat menyayangimu. Aku sangat menyesal dengan apa yang kulakukan. Aku minta maaf….dan sebenarnya sejak pengakuanku malam itu aku sudah mengakhiri hubunganku dengan temanku itu. Aku ingin keluarga kita utuh seperti dulu lagi. Sebulan sudah aku menunggu kesempatan bicara seperti ini sama Mama. Setiap malam Aku berdoa bersama anak-anak supaya mama tidak lagi marah dan mau memaafkan Papa. Pagi ini Tuhan telah mengabulkan doa papa dan anak-anak. Maafkan Papa ya Ma…..Kupegang erat tangan suamiku. Akupun juga minta maaf ya Pa, atas sikapku selama ini pada Papa dan Anak-anak. Kusadari semua ini terjadi bukan karena kesalahan suamiku semata tapi juga kesalahanku karena ketidakpedulianku pada suami dan keluarga. Juga karena sikap egois dan kekerasan hatiku.
Tiba-tiba secara beriringan Angel dan Steven juga datang memelukku erat. Mama, kami rindu suasana yang dulu lagi.Kami tidak ingin berpisah dari Mama dan Papa…Kami sayang kalian berdua. Tiba-tiba Steven anak bungsuku mengeluarkan amplop dari balik bajunya. “Ini persembahan terbaikku untuk mamaku tersayang, ayo Ma, dibuka!” begitu pintanya. Pelan-pelan kubuka amplop coklat itu. Juara I Lomba Melukis Tingkat Nasional dalam rangka Hari Keluarga Nasional. Hadiah berupa uang tunai Rp 10.000.000,00 dan Berlibur sekeluarga di Bali selama 3 hari. Aku tidak menyangka sama sekali, selama sebulan ini Mas Totok dengan setia membimbing dan menemani Steven berlatih melukis dan mengikuti lomba sampai akhirnya Steven meraih juara pertama. Terima kasih Tuhan atas semua karuniaMu ini. Pagi ini kurasakan Mukjizat Tuhan luar biasa pada keluarga kami. Hatiku semakin yakin bahwa Tuhan tak akan memberikan cobaan yang melebihi kekuatan yang kita miliki. Dan kita sebagai umatNya hendaklah tetap setia akan Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun. Tuhan memberkati. (AAS)
Rapat KOMSOS
REKOMENDASI
HASIL RAPAT KERJA KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL
KEUSKUPAN BOGOR
BOGOR, 1-2 MEI 2010
HASIL RAPAT KERJA KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL
KEUSKUPAN BOGOR
BOGOR, 1-2 MEI 2010
Pada hari ini, Minggu tanggal dua bulan Mei tahun dua ribu sepuluh, kami peserta Rapat Kerja Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Bogor yang diselenggarakan di Hotel Laras Hati, Semplak, Bogor, bersepakat sebagai berikut:
1. Dengan kehadiran dan bimbingan Roh Kudus yang senantiasa menyertai sejak awal hingga berakhirnya Rapat Kerja, dapat diperoleh informasi yang berharga terkait dengan tugas pelayanan sehari-hari di Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Bogor dan Seksi Komunikasi Sosial Paroki-Paroki se Keuskupan Bogor.
2. Berdasarkan informasi secara lisan dan laporan tertulis sebagian Paroki tentang kegiatan Komunikasi Sosial tahun 2009, dapat diketahui gambaran pelaksanaan, hasil, faktor pendorong, faktor penghambat, masalah dan alternatif pemecahan masalah terkait kegiatan Komunikasi Sosial. Hal ini sangat bermanfaat untuk perencanaan kegiatan Seksi Komunikasi Sosial Paroki-Paroki tahun 2010.
3. Untuk menghindari masalah yang mungkin timbul pada saat pergantian pengurus Seksi Komsos/pengelola media, perlu diikuti dengan serah terima semua catatan dan hasil kegiatan Komsos sepanjang tahun dengan baik.
4. Dengan memaparkan kembali Rekomendasi hasil Rapat Kerja bulan Maret 2009, telah membantu peserta untuk mengingat kembali hal-hal yang telah direncanakan dan meninjau kembali hal-hal yang belum dilaksanakan serta masalah dan hambatan yang dijumpai untuk dituangkan ke dalam Rencana Kerja Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan dan Seksi Komunikasi Sosial Paroki tahun 2010.
5. Tersedianya Panduan tentang Penyelenggaraan Peringatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-44, 16 Mei 2010, sangat memudahkan peserta dalam mempersiapkan Penyelenggaraan Peringatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-44, 16 Mei 2010, di paroki masing-masing.
6. Paparan tentang “Pesan Bapa Suci Paus Benedictus XVI pada Hari Komsos Sedunia ke-44” telah membuka cakrawala baru bagi pelayanan pastoral di Paroki-Paroki dengan menggunakan teknologi digital yang dibimbing dan didukung penuh oleh Pastor Paroki.
7. Setelah mendengar penyajian tentang “Pemanfaatan Media Komunikasi Baru dalam Pelayanan Sabda” membuka wawasan peserta tentang pentingnya media digital dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan pastoral.
8. Peserta telah memperoleh kesempatan untuk berbagi pengalaman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan Komunikasi Sosial di masing-masing paroki yang diwakilinya, yang sangat bermanfaat untuk pengembangan program Seksi Komunikasi Sosial (atau seksi lain yang membidangi Komunikasi Sosial) di paroki, antara lain dengan menjalin kerjasama antar seksi di paroki dan lintas Seksi Komunikasi Sosial serta melibatkan kaum muda dalam kegiatan komunikasi sosial di paroki.
9. Perlu dikembangkan website atau paling tidak satu jejaring sosial digital di tingkat paroki yang bisa difasilitasi oleh Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Bogor dalam bentuk penyediaan web hosting dan bantuan konsultasi teknis a.l. pembuatan e-mail address, mailing list, facebook group serta petunjuk-petunjuk yang dibutuhkan lainnya.
10. Sekembalinya peserta di paroki masing-masing akan segera menyiapkan kegiatan untuk memperingati Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-44, 16 Mei 2010, dengan menggunakan panduan dan dokumen lain yang dibutuhkan, termasuk tawaran Prof. Richardus Eko Indrajit tentang kesediaannya diundang paroki sebagai narasumber.
11. Peserta akan meningkatkan kerjasama antara Seksi Komunikasi Sosial dengan seksi-seksi lain di paroki, antar Seksi Komunikasi Sosial Paroki dalam satu dekenat, lintas dekenat maupun se-keuskupan.
12. Untuk menjawab kebutuhan umat akan informasi terkait pelayanan Gereja Katolik yang tepat, cepat dan bisa dipertanggungjawabkan, peserta akan menambah jejaring sosial digital di tingkat keuskupan dan paroki, termasuk milis untuk pengurus Komisi Komsos dan Seksi Komsos.
13. Apabila diperlukan, Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Bogor dapat memfasilitasi beberapa kegiatan antar paroki dan lintas dekenat sesuai dengan kemampuan, termasuk penyediaan narasumber dan konsultasi teknis.
14. Peserta akan menindaklanjuti hasil Rapat Kerja ini dengan membuat laporan kepada Pastor Paroki dan menyusun langkah-langkah kegiatan Seksi Komunikasi Sosial di masa mendatang secara lebih terarah.
15. Untuk rencana Rapat Kerja Komsos tahun 2011, diusulkan penyelenggaraannya di Hotel Laras Hati, Semplak, Bogor.
1. Dengan kehadiran dan bimbingan Roh Kudus yang senantiasa menyertai sejak awal hingga berakhirnya Rapat Kerja, dapat diperoleh informasi yang berharga terkait dengan tugas pelayanan sehari-hari di Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Bogor dan Seksi Komunikasi Sosial Paroki-Paroki se Keuskupan Bogor.
2. Berdasarkan informasi secara lisan dan laporan tertulis sebagian Paroki tentang kegiatan Komunikasi Sosial tahun 2009, dapat diketahui gambaran pelaksanaan, hasil, faktor pendorong, faktor penghambat, masalah dan alternatif pemecahan masalah terkait kegiatan Komunikasi Sosial. Hal ini sangat bermanfaat untuk perencanaan kegiatan Seksi Komunikasi Sosial Paroki-Paroki tahun 2010.
3. Untuk menghindari masalah yang mungkin timbul pada saat pergantian pengurus Seksi Komsos/pengelola media, perlu diikuti dengan serah terima semua catatan dan hasil kegiatan Komsos sepanjang tahun dengan baik.
4. Dengan memaparkan kembali Rekomendasi hasil Rapat Kerja bulan Maret 2009, telah membantu peserta untuk mengingat kembali hal-hal yang telah direncanakan dan meninjau kembali hal-hal yang belum dilaksanakan serta masalah dan hambatan yang dijumpai untuk dituangkan ke dalam Rencana Kerja Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan dan Seksi Komunikasi Sosial Paroki tahun 2010.
5. Tersedianya Panduan tentang Penyelenggaraan Peringatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-44, 16 Mei 2010, sangat memudahkan peserta dalam mempersiapkan Penyelenggaraan Peringatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-44, 16 Mei 2010, di paroki masing-masing.
6. Paparan tentang “Pesan Bapa Suci Paus Benedictus XVI pada Hari Komsos Sedunia ke-44” telah membuka cakrawala baru bagi pelayanan pastoral di Paroki-Paroki dengan menggunakan teknologi digital yang dibimbing dan didukung penuh oleh Pastor Paroki.
7. Setelah mendengar penyajian tentang “Pemanfaatan Media Komunikasi Baru dalam Pelayanan Sabda” membuka wawasan peserta tentang pentingnya media digital dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan pastoral.
8. Peserta telah memperoleh kesempatan untuk berbagi pengalaman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan Komunikasi Sosial di masing-masing paroki yang diwakilinya, yang sangat bermanfaat untuk pengembangan program Seksi Komunikasi Sosial (atau seksi lain yang membidangi Komunikasi Sosial) di paroki, antara lain dengan menjalin kerjasama antar seksi di paroki dan lintas Seksi Komunikasi Sosial serta melibatkan kaum muda dalam kegiatan komunikasi sosial di paroki.
9. Perlu dikembangkan website atau paling tidak satu jejaring sosial digital di tingkat paroki yang bisa difasilitasi oleh Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Bogor dalam bentuk penyediaan web hosting dan bantuan konsultasi teknis a.l. pembuatan e-mail address, mailing list, facebook group serta petunjuk-petunjuk yang dibutuhkan lainnya.
10. Sekembalinya peserta di paroki masing-masing akan segera menyiapkan kegiatan untuk memperingati Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-44, 16 Mei 2010, dengan menggunakan panduan dan dokumen lain yang dibutuhkan, termasuk tawaran Prof. Richardus Eko Indrajit tentang kesediaannya diundang paroki sebagai narasumber.
11. Peserta akan meningkatkan kerjasama antara Seksi Komunikasi Sosial dengan seksi-seksi lain di paroki, antar Seksi Komunikasi Sosial Paroki dalam satu dekenat, lintas dekenat maupun se-keuskupan.
12. Untuk menjawab kebutuhan umat akan informasi terkait pelayanan Gereja Katolik yang tepat, cepat dan bisa dipertanggungjawabkan, peserta akan menambah jejaring sosial digital di tingkat keuskupan dan paroki, termasuk milis untuk pengurus Komisi Komsos dan Seksi Komsos.
13. Apabila diperlukan, Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Bogor dapat memfasilitasi beberapa kegiatan antar paroki dan lintas dekenat sesuai dengan kemampuan, termasuk penyediaan narasumber dan konsultasi teknis.
14. Peserta akan menindaklanjuti hasil Rapat Kerja ini dengan membuat laporan kepada Pastor Paroki dan menyusun langkah-langkah kegiatan Seksi Komunikasi Sosial di masa mendatang secara lebih terarah.
15. Untuk rencana Rapat Kerja Komsos tahun 2011, diusulkan penyelenggaraannya di Hotel Laras Hati, Semplak, Bogor.
PESAN BAPA SUCI BENEDIKTUS XVI
PADA HARI KOMUNIKASI SEDUNIA ke-44
16 MEI 2010
PADA HARI KOMUNIKASI SEDUNIA ke-44
16 MEI 2010
Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan Sabda
Saudara dan Saudariku Terkasih,
1. Tema Hari Komunikasi Sedunia tahun ini – Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan Sabda- disampaikan bertepatan dengan perayaan Gereja tentang Tahun Imam. Tema ini memusatkan perhatian pada komunikasi digital, suatu bidang pastoral yang peka dan penting, yang memberikan kemungkinan baru bagi para imam dalam menunaikan pelayanan kegembalaannya demi dan untuk Sabda. Berbagai komunitas Gereja sebenarnya telah menggunakan media modern untuk mengembangkan komunikasi, melibatkan diri dalam masyarakat serta mendorong dialog pada tingkat yang lebih luas. Akan tetapi penyebarannya yang tak terbendung serta dampak sosial yang besar pada jaman kini, media itu semakin menjadi penting bagi pelayanan imam yang berhasil guna.
2. Tugas utama semua imam adalah mewartakan Yesus Kristus, Sabda Allah yang inkarnasi dan mengkomunikasi rahmat penyelamatan-Nya melalui sakramen-sakramen. Dihimpun dan dipanggil oleh Sabda, Gereja menjadi tanda dan sarana persekutuan Allah dengan semua orang. Setiap imam dipanggil untuk membangun persekutuan dalam Kristus dan bersama Kristus. Di sinilah terletak martabat yang luhur dan indah perutusan seorang imam yang secara istimewa menjawabi tantangan yang ditampilkan oleh Rasul Paulus: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan … Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya jika mereka tidak percaya kepada Dia? Dan bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia jika mereka tidak mendengarkan tentang Dia? Bagaimana mereka mendengarkan tentang Dia jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya jika mereka tidak diutus?” (Rom 10:11, 13-15).
3. Menggunakan teknologi komunikasi baru merupakan hal yang perlu dalam menjawab secara tepat tantangan-tantangan yang dirasakan kaum muda di tengah pergeseran budaya masa kini. Dunia komunikasi digital dengan daya ekspresi yang nyaris tak terbatas mendorong kita untuk mengakui apa yang disampaikan oleh St.Paulus: “Celakalah aku jika aku tidak mewartakan Injil” (1Kor 9:16). Kemudahan mendapatkan teknologi baru yang kian berkembang menuntut tanggungjawab yang lebih besar dari orang-orang terpanggil untuk mewartakan Injil serta termotivasi, terarah dan efisien menunaikan usaha-usaha mereka. Para imam berada di ambang ‘era baru’: karena semakin intensifnya relasi lintas batas yang dibentuk oleh pengaruh media komunikasi, demikian pula para imam dipanggil untuk memberikan jawaban pastoral dengan menempatkan media secara berdaya guna demi pelayanan Sabda.
4. Penyebaran komunikasi multimedia dengan ragam ‘menu pilihan’ tidak dimaksudkan untuk sekadar menghadirkan para imam di internet atau sekadar menjadikan internet ruang untuk diisi. Para imam diharapkan menjadi saksi setia terhadap Injil di dalam dunia komunikasi digital dengan menunaikan perannya sebagai pemimpin-pemimpin komunitas yang terus menerus mengungkapkan dirinya dengan ‘suara yang berbeda’ yang dihadirkan oleh pasaraya digital. Dengan demikian, para imam ditantang untuk mewartakan Injil dengan menggunakan generasi teknologi audiovisual yang paling mutakhir (gambar, video, fitur animasi,blog dan website) yang seiiring dengan media tradisional dapat membuka wawasan baru dan luas demi dialog, evangelisasi dan katekese.
5. Dengan menggunakan teknologi komunikasi baru, para imam dapat memperkenalkan kehidupan menggereja kepada umat dan membantu orang-orang jaman sekarang menemukan wajah Kristus. Hal ini akan dicapai dengan baik apabila mereka belajar -sejak dari masa pembinaan mereka- bagaimana memanfaatkan teknologi komunikasi secara kompeten dan selaras dengan pemahaman teologis yang mendalam dan spiritualitas imam yang kokoh, berakar pada dialog terus menerus dengan Tuhan. Dalam dunia komunikasi digital, para imam -lebih dari sekadar sebagai ahli media- seharusnya mengungkapkan kedekatannya dengan Kristus untuk memberikan ‘jiwa’ baik bagi pelayanan pastoralnya maupun bagi aliran komunikasi internet yang tak terbendung.
6. Kasih Allah kepada semua orang dalam Kristus mesti diungkapkan dalam dunia digital bukan sekadar sebagai benda kadaluwarsa atau teori orang terpelajar tetapi sebagai sesuatu yang sungguh nyata, hadir dan melibatkan diri. Oleh karena itu, kehadiran pastoral kita di dalam dunia seperti itu harus bermanfaat untuk memperkenalkan orang-orang jaman sekarang teristimewa mereka yang mengalami ketidakpastian dan kebingungan, “bahwa Allah itu dekat, bahwa di dalam Kristus kita semua saling memiliki” (Benediktus XVI, Untuk Curia Romana, 21 Desember 2009)
7. Siapakah yang lebih baik dari seorang imam, yang sebagai abdi Allah dan melalui kemampuannya di bidang teknologi digital dapat mengembangkan dan menunaikan pelayanan pastoralnya, menghadirkan Allah secara nyata di dunia jaman sekarang dan menampakkan kebijaksanaan rohani masa lampau sebagai harta yang mengilhami usaha kita untuk hidup layak di masa kini sambil membangun masa depan yang lebih baik? Kaum laki-laki dan perempuan religius yang bekerja di bidang media komunikasi memiliki tanggung jawab istimewa untuk membuka pintu bagi berbagai pendekatan baru, mempertahankan mutu interaksi manusia, menunjukkan perhatiannya bagi individu serta kebutuhan rohaninya yang sejati. Dengan demikian, mereka dapat menolong kaum laki-laki dan perempuan di jaman digital ini merasakan kehadiran Tuhan, menumbuhkan kerinduan dan harapan serta mendekatkan diri pada Sabda Allah yang menganugerakan keselamatan dan membangun manusia secara utuh. Dengan demikian, Sabda Allah dapat berjalan melintasi berbagai persimpangan yang tercipta oleh simpang siurnya aneka ragam ‘jalan tol’ yang membentuk ‘ruang maya’ dan menunjukkan bahwa Allah memiliki tempat-Nya yang tepat pada setiap jaman, termasuk di jaman kita ini. Berkat media komunikasi baru, Tuhan dapat menapaki jalan-jalan perkotaan kita sambil berhenti di depan ambang rumah dan hati kita dan mengatakan lagi: “Lihatlah, Aku berdiri di depan pintu dan mengetuk. Jika ada yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk ke dalam rumahnya dan makan bersama dia dan dia bersama Aku” (Why.3:20)
8. Dalam pesan tahun lalu, saya telah mendorong para pemimpin di dunia komunikasi untuk memajukan budaya menghormati demi nilai dan martabat manusia. Ini merupakan salah satu cara di mana Gereja dipanggil untuk menunaikan ‘pelayanan terhadap budaya-budaya’ di ‘benua digital’ jaman sekarang. Dengan Injil di tangan dan di hati, kita mesti menegaskan lagi tentang perlunya mempersiapkan cara mengantar orang kepada Sabda Allah sambil memberikan perhatian kepada mereka untuk terus mencari bahkan kita harus mendorong pencarian mereka sebagai langkah awal evangelisasi. Kehadiran pastoral di dunia komunikasi digital justru mengantar kita untuk berkontak dengan penganut agama lain, dengan orang-orang tak beriman dan orang-orang dari berbagai budaya, menuntut kepekaan terhadap orang yang tidak percaya, putus asa dan yang memiliki kerinduan mendalam dan tak terungkapkan akan kebenaran abadi dan mutlak. Demikianlah seperti yang diramalkan oleh Nabi Yesaya tentang sebuah rumah doa bagi segala bangsa (bdk. Yes 56:7), dapatkah kita tidak melihat internet sebagai ruang yang diberikan kepada kita – semacam ‘pelataran bagi orang-orang bukan Yahudi’ di Bait Allah Yerusalem- yakni mereka yang belum mengenal Allah?
9. Perkembangan dunia digital dan teknologi baru merupakan sumber daya yang besar bagi manusia secara keseluruhan dan setiap individu sebagai daya dorong untuk perjumpaan dan dialog. Perkembangan ini juga memberikan peluang besar bagi orang beriman. Tidak ada pintu yang dapat dan harus ditutup bagi setiap orang yang atas nama Kristus yang bangkit, memiliki komitmen untuk semakin mendekatkan diri kepada orang lain. Secara khusus bagi para imam, media baru ini memberikan kemungkinan pastoral yang baru dan kaya, mendorong mereka untuk melibatkan diri ke dalam universalitas perutusan Gereja, membangun persahabatan yang luas dan konkrit serta memberikan kesaksian di dunia jaman kini tentang hidup baru yang berasal dari mendengar Injil Yesus, Putra Abadi yang datang demi keselamatan kita. Seiring dengan itu, para imam mestinya mengingat bahwa keberhasilan utama dari pelayanan mereka datang dari Kristus sendiri, yang ditemukan dan didengar dalam doa, diwartakan dalam kotbah, dihidupi lewat kesaksian; dan diketahui, dicinta dan dirayakan dalam sakramen-sakramen, khususnya sakramen ekaristi dan rekonsiliasi.
Untuk para imamku yang terkasih, sekali lagi saya mendorong anda untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan unik yang disumbangkan oleh komunikasi modern. Semoga Tuhan menjadikan kalian bentara-bentara Injil yang bersemangat di ‘ruang publik’ baru media dewasa ini.
Dengan penuh keyakinan, saya memohonkan perlindungan Bunda Maria dan Santo Yohanes Maria Vianey (Pastor dari Ars, pelindung para imam) dan dengan penuh kasih saya memberikan kepada anda sekalian berkat apostolikku
Saudara dan Saudariku Terkasih,
1. Tema Hari Komunikasi Sedunia tahun ini – Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan Sabda- disampaikan bertepatan dengan perayaan Gereja tentang Tahun Imam. Tema ini memusatkan perhatian pada komunikasi digital, suatu bidang pastoral yang peka dan penting, yang memberikan kemungkinan baru bagi para imam dalam menunaikan pelayanan kegembalaannya demi dan untuk Sabda. Berbagai komunitas Gereja sebenarnya telah menggunakan media modern untuk mengembangkan komunikasi, melibatkan diri dalam masyarakat serta mendorong dialog pada tingkat yang lebih luas. Akan tetapi penyebarannya yang tak terbendung serta dampak sosial yang besar pada jaman kini, media itu semakin menjadi penting bagi pelayanan imam yang berhasil guna.
2. Tugas utama semua imam adalah mewartakan Yesus Kristus, Sabda Allah yang inkarnasi dan mengkomunikasi rahmat penyelamatan-Nya melalui sakramen-sakramen. Dihimpun dan dipanggil oleh Sabda, Gereja menjadi tanda dan sarana persekutuan Allah dengan semua orang. Setiap imam dipanggil untuk membangun persekutuan dalam Kristus dan bersama Kristus. Di sinilah terletak martabat yang luhur dan indah perutusan seorang imam yang secara istimewa menjawabi tantangan yang ditampilkan oleh Rasul Paulus: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan … Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya jika mereka tidak percaya kepada Dia? Dan bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia jika mereka tidak mendengarkan tentang Dia? Bagaimana mereka mendengarkan tentang Dia jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya jika mereka tidak diutus?” (Rom 10:11, 13-15).
3. Menggunakan teknologi komunikasi baru merupakan hal yang perlu dalam menjawab secara tepat tantangan-tantangan yang dirasakan kaum muda di tengah pergeseran budaya masa kini. Dunia komunikasi digital dengan daya ekspresi yang nyaris tak terbatas mendorong kita untuk mengakui apa yang disampaikan oleh St.Paulus: “Celakalah aku jika aku tidak mewartakan Injil” (1Kor 9:16). Kemudahan mendapatkan teknologi baru yang kian berkembang menuntut tanggungjawab yang lebih besar dari orang-orang terpanggil untuk mewartakan Injil serta termotivasi, terarah dan efisien menunaikan usaha-usaha mereka. Para imam berada di ambang ‘era baru’: karena semakin intensifnya relasi lintas batas yang dibentuk oleh pengaruh media komunikasi, demikian pula para imam dipanggil untuk memberikan jawaban pastoral dengan menempatkan media secara berdaya guna demi pelayanan Sabda.
4. Penyebaran komunikasi multimedia dengan ragam ‘menu pilihan’ tidak dimaksudkan untuk sekadar menghadirkan para imam di internet atau sekadar menjadikan internet ruang untuk diisi. Para imam diharapkan menjadi saksi setia terhadap Injil di dalam dunia komunikasi digital dengan menunaikan perannya sebagai pemimpin-pemimpin komunitas yang terus menerus mengungkapkan dirinya dengan ‘suara yang berbeda’ yang dihadirkan oleh pasaraya digital. Dengan demikian, para imam ditantang untuk mewartakan Injil dengan menggunakan generasi teknologi audiovisual yang paling mutakhir (gambar, video, fitur animasi,blog dan website) yang seiiring dengan media tradisional dapat membuka wawasan baru dan luas demi dialog, evangelisasi dan katekese.
5. Dengan menggunakan teknologi komunikasi baru, para imam dapat memperkenalkan kehidupan menggereja kepada umat dan membantu orang-orang jaman sekarang menemukan wajah Kristus. Hal ini akan dicapai dengan baik apabila mereka belajar -sejak dari masa pembinaan mereka- bagaimana memanfaatkan teknologi komunikasi secara kompeten dan selaras dengan pemahaman teologis yang mendalam dan spiritualitas imam yang kokoh, berakar pada dialog terus menerus dengan Tuhan. Dalam dunia komunikasi digital, para imam -lebih dari sekadar sebagai ahli media- seharusnya mengungkapkan kedekatannya dengan Kristus untuk memberikan ‘jiwa’ baik bagi pelayanan pastoralnya maupun bagi aliran komunikasi internet yang tak terbendung.
6. Kasih Allah kepada semua orang dalam Kristus mesti diungkapkan dalam dunia digital bukan sekadar sebagai benda kadaluwarsa atau teori orang terpelajar tetapi sebagai sesuatu yang sungguh nyata, hadir dan melibatkan diri. Oleh karena itu, kehadiran pastoral kita di dalam dunia seperti itu harus bermanfaat untuk memperkenalkan orang-orang jaman sekarang teristimewa mereka yang mengalami ketidakpastian dan kebingungan, “bahwa Allah itu dekat, bahwa di dalam Kristus kita semua saling memiliki” (Benediktus XVI, Untuk Curia Romana, 21 Desember 2009)
7. Siapakah yang lebih baik dari seorang imam, yang sebagai abdi Allah dan melalui kemampuannya di bidang teknologi digital dapat mengembangkan dan menunaikan pelayanan pastoralnya, menghadirkan Allah secara nyata di dunia jaman sekarang dan menampakkan kebijaksanaan rohani masa lampau sebagai harta yang mengilhami usaha kita untuk hidup layak di masa kini sambil membangun masa depan yang lebih baik? Kaum laki-laki dan perempuan religius yang bekerja di bidang media komunikasi memiliki tanggung jawab istimewa untuk membuka pintu bagi berbagai pendekatan baru, mempertahankan mutu interaksi manusia, menunjukkan perhatiannya bagi individu serta kebutuhan rohaninya yang sejati. Dengan demikian, mereka dapat menolong kaum laki-laki dan perempuan di jaman digital ini merasakan kehadiran Tuhan, menumbuhkan kerinduan dan harapan serta mendekatkan diri pada Sabda Allah yang menganugerakan keselamatan dan membangun manusia secara utuh. Dengan demikian, Sabda Allah dapat berjalan melintasi berbagai persimpangan yang tercipta oleh simpang siurnya aneka ragam ‘jalan tol’ yang membentuk ‘ruang maya’ dan menunjukkan bahwa Allah memiliki tempat-Nya yang tepat pada setiap jaman, termasuk di jaman kita ini. Berkat media komunikasi baru, Tuhan dapat menapaki jalan-jalan perkotaan kita sambil berhenti di depan ambang rumah dan hati kita dan mengatakan lagi: “Lihatlah, Aku berdiri di depan pintu dan mengetuk. Jika ada yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk ke dalam rumahnya dan makan bersama dia dan dia bersama Aku” (Why.3:20)
8. Dalam pesan tahun lalu, saya telah mendorong para pemimpin di dunia komunikasi untuk memajukan budaya menghormati demi nilai dan martabat manusia. Ini merupakan salah satu cara di mana Gereja dipanggil untuk menunaikan ‘pelayanan terhadap budaya-budaya’ di ‘benua digital’ jaman sekarang. Dengan Injil di tangan dan di hati, kita mesti menegaskan lagi tentang perlunya mempersiapkan cara mengantar orang kepada Sabda Allah sambil memberikan perhatian kepada mereka untuk terus mencari bahkan kita harus mendorong pencarian mereka sebagai langkah awal evangelisasi. Kehadiran pastoral di dunia komunikasi digital justru mengantar kita untuk berkontak dengan penganut agama lain, dengan orang-orang tak beriman dan orang-orang dari berbagai budaya, menuntut kepekaan terhadap orang yang tidak percaya, putus asa dan yang memiliki kerinduan mendalam dan tak terungkapkan akan kebenaran abadi dan mutlak. Demikianlah seperti yang diramalkan oleh Nabi Yesaya tentang sebuah rumah doa bagi segala bangsa (bdk. Yes 56:7), dapatkah kita tidak melihat internet sebagai ruang yang diberikan kepada kita – semacam ‘pelataran bagi orang-orang bukan Yahudi’ di Bait Allah Yerusalem- yakni mereka yang belum mengenal Allah?
9. Perkembangan dunia digital dan teknologi baru merupakan sumber daya yang besar bagi manusia secara keseluruhan dan setiap individu sebagai daya dorong untuk perjumpaan dan dialog. Perkembangan ini juga memberikan peluang besar bagi orang beriman. Tidak ada pintu yang dapat dan harus ditutup bagi setiap orang yang atas nama Kristus yang bangkit, memiliki komitmen untuk semakin mendekatkan diri kepada orang lain. Secara khusus bagi para imam, media baru ini memberikan kemungkinan pastoral yang baru dan kaya, mendorong mereka untuk melibatkan diri ke dalam universalitas perutusan Gereja, membangun persahabatan yang luas dan konkrit serta memberikan kesaksian di dunia jaman kini tentang hidup baru yang berasal dari mendengar Injil Yesus, Putra Abadi yang datang demi keselamatan kita. Seiring dengan itu, para imam mestinya mengingat bahwa keberhasilan utama dari pelayanan mereka datang dari Kristus sendiri, yang ditemukan dan didengar dalam doa, diwartakan dalam kotbah, dihidupi lewat kesaksian; dan diketahui, dicinta dan dirayakan dalam sakramen-sakramen, khususnya sakramen ekaristi dan rekonsiliasi.
Untuk para imamku yang terkasih, sekali lagi saya mendorong anda untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan unik yang disumbangkan oleh komunikasi modern. Semoga Tuhan menjadikan kalian bentara-bentara Injil yang bersemangat di ‘ruang publik’ baru media dewasa ini.
Dengan penuh keyakinan, saya memohonkan perlindungan Bunda Maria dan Santo Yohanes Maria Vianey (Pastor dari Ars, pelindung para imam) dan dengan penuh kasih saya memberikan kepada anda sekalian berkat apostolikku
Yang Ringan-Ringan
Kalender Liturgi
Ujud Umum : Semoga di semua di dunia, pemilihan umum diselenggarakan dengan adil, transparan, jujur, serta hormat kepada pilihan bebas setiap warga negaranya.
Ujud Misi : Semoga kaum Kristiani selalu berusaha membantu secara berdaya-guna setiap usaha untuk memajukan pendidikan, keadilan, solidaritas dan perdamaian.
Ujud Gereja Indonesia : Semoga anak-anak mendapatkan perhatian yang menyeluruh, sehat dan imbang dalam proses tumbuh-kembang mereka.
Ujud Misi : Semoga kaum Kristiani selalu berusaha membantu secara berdaya-guna setiap usaha untuk memajukan pendidikan, keadilan, solidaritas dan perdamaian.
Ujud Gereja Indonesia : Semoga anak-anak mendapatkan perhatian yang menyeluruh, sehat dan imbang dalam proses tumbuh-kembang mereka.
Kamis, 1 Juli 2010 : Am.7:10-17; Mat.9:1-8
Jumat, 2 Juli 2010 : Am. 8:4-6,9-12; Mat. 9:9-13
Sabtu, 3 Juli 2010 : Pesta S. Tomas Ef. 2:19-22; Yoh. 20:24-29;
Minggu, 4 Juli 2010 : Yes. 66:10-14c; Gal. 6:14-18; Luk. 10:1-12,17-20 (Luk. 10:1-9)
Senin, 5 Juli 2010 : Hos. 2:13,14b-15,18-19; Mat. 9:18-26
Selasa, 6 Juli 2010 : Hos. 8:4-7,11-13; Mat. 9:32-38
Rabu, 7 Juli 2010 : Hos. 10:1-3,7-8,12; Mat. 10:1-7
Kamis, 8 Juli 2010 : Hos. 11:1-4,8c-9; Mat. 10:7-15
Jumat, 9 Juli 2010 : Hos. 14:2-10; Mat. 10:16-23
Sabtu, 10 Juli 2010 : Yes. 6:1-8; Mat. 10:2433
Minggu, 11 Juli 2010 : Ul. 30:10-14; Luk. 10:25-37
Senin, 12 Juli 2010 : Yes. 1:11-17; Mat. 10:34 - 11:1
Selasa, 13 Juli 2010 : Yes. 7:1-9; Mat. 11:20-24
Rabu, 14 Juli 2010 : Yes. 10:5-7,13-16; Mat. 11:25-27
Kamis, 15 Juli 2010 : Pw S. Bonaventura Yes. 26:7-9,12,16-19; Mat. 11:28-30
Jumat, 16 Juli 2010 : Yes. 38:1-6,21-22,1-8; MT Yes. 38:10,11,12abcd,16; Mat. 12:1-8
Sabtu, 17 Juli 2010 : Mi. 2:1-5; Mat. 12:14-21.
Minggu, 18 Juli 2010 : Kej. 18:1-10a; Kol. 1:24-28; Luk. 10:38-42
Senin, 19 Juli 2010 : Mi. 6:1-4,6-8; Mat. 12:38-42
Selasa, 20 Juli 2010 : Mi. 7:14-15,18-20; Mat. 12:46-50
Rabu, 21 Juli 2010 : Yer. 1:1,4-10; Mat. 13:1-9
Kamis, 22 Juli 2010 : Pw S. Maria Magdalena Yer 2:1-3,7-8,12-13; Mat. 13:10-17 (atau Yoh. 20:1.11-18)
Jumat, 23 Juli 2010 : Yer. 3:14-17; Mat. 13:18-23
Sabtu, 24 Juli 2010 : Yer. 7:1-11; Mat. 13:24-30
Minggu, 25 Juli 2010 : Kej. 18:20-32; Kol. 2:12-14; Luk. 11:1-13
Senin, 26 Juli 2010 : Pw S. Yoakim dan Anna Sir. 44:1,10-15; Mat. 13:16-17
Selasa, 27 Juli 2010 : Yer. 14:17-22; Mat. 13:3643
Rabu, 28 Juli 2010 : Yer. 15:10,16-21; Mat. 13:44-46
Kamis, 29 Juli 2010 : Pw S. Marta, Maria dan Lazarus 1Yoh. 4:7-16; Yoh. 11:19-27 atau Luk. 10:38-42
Jumat, 30 Juli 2010 : Yer. 26:1-9; Mat. 13:54-58
Sabtu, 31 Juli 2010 : Pw S. Ignasius dr Loyola Yer. 26:11-16,24; Mat. 14:1-12
Jumat, 2 Juli 2010 : Am. 8:4-6,9-12; Mat. 9:9-13
Sabtu, 3 Juli 2010 : Pesta S. Tomas Ef. 2:19-22; Yoh. 20:24-29;
Minggu, 4 Juli 2010 : Yes. 66:10-14c; Gal. 6:14-18; Luk. 10:1-12,17-20 (Luk. 10:1-9)
Senin, 5 Juli 2010 : Hos. 2:13,14b-15,18-19; Mat. 9:18-26
Selasa, 6 Juli 2010 : Hos. 8:4-7,11-13; Mat. 9:32-38
Rabu, 7 Juli 2010 : Hos. 10:1-3,7-8,12; Mat. 10:1-7
Kamis, 8 Juli 2010 : Hos. 11:1-4,8c-9; Mat. 10:7-15
Jumat, 9 Juli 2010 : Hos. 14:2-10; Mat. 10:16-23
Sabtu, 10 Juli 2010 : Yes. 6:1-8; Mat. 10:2433
Minggu, 11 Juli 2010 : Ul. 30:10-14; Luk. 10:25-37
Senin, 12 Juli 2010 : Yes. 1:11-17; Mat. 10:34 - 11:1
Selasa, 13 Juli 2010 : Yes. 7:1-9; Mat. 11:20-24
Rabu, 14 Juli 2010 : Yes. 10:5-7,13-16; Mat. 11:25-27
Kamis, 15 Juli 2010 : Pw S. Bonaventura Yes. 26:7-9,12,16-19; Mat. 11:28-30
Jumat, 16 Juli 2010 : Yes. 38:1-6,21-22,1-8; MT Yes. 38:10,11,12abcd,16; Mat. 12:1-8
Sabtu, 17 Juli 2010 : Mi. 2:1-5; Mat. 12:14-21.
Minggu, 18 Juli 2010 : Kej. 18:1-10a; Kol. 1:24-28; Luk. 10:38-42
Senin, 19 Juli 2010 : Mi. 6:1-4,6-8; Mat. 12:38-42
Selasa, 20 Juli 2010 : Mi. 7:14-15,18-20; Mat. 12:46-50
Rabu, 21 Juli 2010 : Yer. 1:1,4-10; Mat. 13:1-9
Kamis, 22 Juli 2010 : Pw S. Maria Magdalena Yer 2:1-3,7-8,12-13; Mat. 13:10-17 (atau Yoh. 20:1.11-18)
Jumat, 23 Juli 2010 : Yer. 3:14-17; Mat. 13:18-23
Sabtu, 24 Juli 2010 : Yer. 7:1-11; Mat. 13:24-30
Minggu, 25 Juli 2010 : Kej. 18:20-32; Kol. 2:12-14; Luk. 11:1-13
Senin, 26 Juli 2010 : Pw S. Yoakim dan Anna Sir. 44:1,10-15; Mat. 13:16-17
Selasa, 27 Juli 2010 : Yer. 14:17-22; Mat. 13:3643
Rabu, 28 Juli 2010 : Yer. 15:10,16-21; Mat. 13:44-46
Kamis, 29 Juli 2010 : Pw S. Marta, Maria dan Lazarus 1Yoh. 4:7-16; Yoh. 11:19-27 atau Luk. 10:38-42
Jumat, 30 Juli 2010 : Yer. 26:1-9; Mat. 13:54-58
Sabtu, 31 Juli 2010 : Pw S. Ignasius dr Loyola Yer. 26:11-16,24; Mat. 14:1-12
Langganan:
Postingan (Atom)