Senin, 18 Januari 2010

Orang Kudus



Elisabeth lahir di New York, Amerika Serikat pada tahun 1774 dari sebuah keluarga Anglikan yang saleh.  Beberapa hari setelah kelahirannya, ia dipermandikan di Trinity Chruch, sebuah gereja Anglikan di New York.  Ayahnya seorang dokter.  Tatkala berumur 3 tahun, ibu-nya meninggal dunia.  Ia dibesarkan oleh ayahnya dan dididik dengan penuh kasih sayang baik dalam bidang kerohanian maupun dalam bidang ilmu pengetahuan.
                Pada usia 20 tahun, ia menikah dengan William Seton, seorang pedagang kaya raya.  Hidup perkawinannya dengan William sangat membahagiakan.  Tuhan mengaruniakan lima orang anak kepada mereka.  Kelima anak ini berkembang menjadi orang-orang Kristen yang salah karena dididik secara kristiani oleh ibunya.  Kepada mereka, Elisabeth selalu memberi nasehat berikut: “Rajin-rajinlah berdoa dan pergi ke gereja agar kamu selalu dekat dengan Tuhan.  Aku lebih suka kamu mati daripada jiwamu tercemar oleh dosa”.
                Namun kebahagian keluarga yang sudah lama mereka nikmati hilang seketika, tatkala William meninggal mendadak di Italia.  Elisabeth bersama anak-anaknya sangat terpukul.  Akan tetapi peristiwa sedih ini justru menjadi sumber rahmat dan awal suatu hidup baru bagi Elisabeth.  Di Italia, Elisabeth menumpang di rumah sebuah keluarga Katolik yang saleh.  Ia merasa bahagia sekali karena keramah-tamahan keluarga itu.  Dan karena kesaksian hidup keluarga Katolik itu, Elisabeth mulai tertarik pada Gereja Katolik yang satu, kudus dan apostolic.  Setibanya di New York, Elisabeth mengajukan permohonan agar diterima sebagai anggota Gereja Katolik.  Permohonannya dikabulkan dan ia diterima dalam pangkuan Bunda Gereja yang kudus pada tanggal 14 Maret 1805.
                Keputusannya ini mendatangkan banyak tantangan baginya.  Sanak saudaranya tak lagi senang bergaul dengannya dan tidak mau membantunya untuk membiayai hidup keluarganya.  Meski demikian Elisabeth tetap teguh pada keyakinannya akan kebenaran yang ada di dalam Gereja Katolik.  Semua tantangan itu dipersembahkan kepada Yesus, Bunda Mari dan Santo Yusuf.
                Tuhan ternyata menerima persembahan Elisabeth.  Pada tahun 1808, Elisabeth diminta oleh seorang pastor, pemimpin sebuah kolese di Baltimore untuk membuka dan memimpin sebuah Lembaga Pendidikan Katolik bagi anak-anak puteri.  Semenjak itu menyingsinglah fajar baru dalam kehidupannya.  Sekolah baru ini menarik minat puteri-puteri Amerika.  Tak lama kemudian dibuka lagi sebuah sekolah baru untuk menampung anak-anak Katolik tanpa membeda-bedakan kemampuannya.
                Tuhan sungguh dekat pada Elisabeth dan senantiasa memberkati usahanya.  Lama kelamaan terbitlah dalam hatinya niat untuk menyerahkan diri secara lebih khusus kepada Tuhan.  Niat ini terwujud pada tahun 1809, tatkala Elisabeth bersama beberapa gadis muridnya mengikrarkan ketiga kaul di depan Uskupnya.  Mereka menjadi perintis dan peletak dasar sebuah kongregasi baru: Kongregasi Suster-suster Santo Yusuf, yang berkarya di bidang pendidikan bagi puteri-puteri yang kurang dan bahkan tidak mampu membiayai pendidikannya.  Kongregasi baru ini berkembang pesat dan disahkan oleh Uskup Agung Baltimore.  Elisabeth diangkat sebagai pemimpinnya.  Bekal pengalamannya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dahulu membuat dia mampu menjadi seorang pemimpin biara yang ramah, bijaksana dan penuh kasih sayang kepada suster-susternya.
                Pada tahun 1960, anggota kongregasi ini telah berjumlah 9000 orang suster.  Mereka menghormati Elisabeth sebagai ibunya.  Elisabeth meninggal dunia pada tanggal 4 January 1821 dan dinyatakan Gereja sebagai “Beata”.  Karyanya bagi Gereja Katolik di Amerika, khususnya di bidang pendidikan sangat besar.






Simeon Stylites Tua lahir di Silicia pada tahun 390.  Ia tinggal bersama orang tuanya di daerah pinggiran kota Syria.  Ketika menanjak remaja, kira-kira pada tahun 402, ia menjalani kehidupan membiara di sebuah biara pertapaan yang tidak jauh dari kampung halamannya.
                Meski masih berusia muda, ia tidak merasa berat dengan praktek askese yang berlaku di biara itu.  Ia bahkan menjalankan suatu bentuk askese yang lebih berat daripada yang dipraktekkan oleh rekan-rekannya.  Oleh karena praktek askesenya tampak sangat keras, maka pemimpin biara mengeluarkan dia dari biara itu.  Keputusan pahit ini dimaksudkan agar rekan-rekannya yang lain tidak terpengaruh oleh praktek askese buatan Simeon itu.
                Simeon meninggalkan biara pertapaan itu dan pergi ke sebuah biara yang terletak di gunung Telanisse.  Setelah tiga tahun berada di biara Telanisse, ia memutuskan pindah ke puncak gunung itu.  Di sana pada tahun 423, ia mendirikan sederetan tiang sebagai tempat tinggalnya.  Di atas tiang-tiang itu, ia menjalankan askesenya hingga ssat kematiannya.
                Banyak orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan rohani dan mendengarkan kotbah serta pengajarannya.  Tak terkecuali kaisar dan para patriark.  Ia meninggal dunia pada tanggal 2 September 459 di atas puncah gunung Telanisse.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^