Senin, 18 Januari 2010

AWAL DARI KEHIDUPAN



Semula berawal dari sebuah cinta. Dengan cinta, Tuhan telah menciptakan manusia. Dipelihara dan diselenggarakanNya kehidupan manusia dengan berbagai sarana dan berbagai cara agar kehidupan manusia bahagia. Penciptaan manusia adalah tindakan Tuhan yang menginginkan adanya hubungan kesetiaan. Satu tulang rusuk manusia yang pertama diberikan kepada Tuhan. Kemudian, manusia yang kedua diciptakan dari tulang rusuk itu dan diberikan kembali agar makhluk-makhluk cipataanNya saling melengkapi dan membahagiakan. Lalu Tuhan memberikan rahmatNya yang maha indah, ditaburkanNya benih-benih cinta dalam hati insan ciptaanNya. Tuhan menghendaki relasi antara manusia dengan Tuhan, juga manusia dengan sesama didasari oleh kesetiaan dan cinta.
            Kesetiaan dan cinta Tuhan dibuktikanNya dengan berbagai rahmat yang dicurahkan bagi manusia, antara lain talenta, perlidungan, kekuatan, cinta, kerahiman dll. Semua rahmat Tuhan itu membuat kehidupan manusia semakin berkembang. Namun dalam sejarah kehidupan, manusia sering kali jatuh dan bangun dalam dosa-dosa akibat kenikmatan duniawi yang sering menggodanya. Setiap kali pula, Allah menunjukkan kerahimanNya dengan memberi kesempatan manusia melalui pertobatan. Allah mengirimkan utusanNya untuk menuntun manusia kepada pertobatan, agar manusia menyadari kasih Allah dan keselamatan yang akan diberikan kepada manusia. Setelah dibuktikan dengan mengutus para Nabi, cinta dan kesetiaan Tuhan bahkan diwujudkan dengan mengutus puteraNya sendiri untuk hadir ke dunia. Dialah teladan cinta, yang mengurbankan diriNya demi keselamtan manusia.
            Bagaimana relasi kita dengan Tuhan dan sesama kita? Bagaimanapun, kesetiaan dan cinta harus terus kita perjuangkan, apapun jalan hidup yang kita pilih. Kejujuran hati harus kita pelihara. Bila kita ingin selalu membernarkan diri, tanpa mempedulikan keselamatan sesama dan kejujuran hati, apakah kita masih bisa mempertahankan cinta dan kesetiaan? Ikatan kesetiaan dan cinta akan semakin kokoh bila manusia mampu melihat sebagian dirinya dalam diri orang lain. Ada bagian orang lain yang juga berada di dalam diri kita. Bila kita tidak bisa menghargai orang lain, berarti kita juga tidak bisa menghargai diri kita sendiri. Bila kita tanpa malu menjelek-jelekkan orang lain, berarti kita juga mempermalukan diri kita sendiri dengan menjelek-jelekkan diri kita sendiri.
            Jangan terlalu cemas bila orang lain menilai kita rendah dan jangan terlalu bangga bila orang lain menyanjung kita terlalu tinggi. Tuhan tahu persis, bagaimana cinta dan kesetiaan yang ada di dalam hati kita, jadi di hadapan Tuhan kita tetap seperti ini. Tuhan akan selalu memberikan kekuatan kepada kita yang berjuang untuk mempertahankan cinta dan kesetiaan itu. Kekuatan ini akan kita rasakan, juga pada saat-saat kita mengalami penolakan dari orang-orang dekat yang kita cintai. Selamat berjuang, Tuhan memberkati!

(E. Sri Hartati)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^