Rabu, 29 Februari 2012

Sajian Utama


Puasa  Dan  Tobat  Untuk  Meninggalkan  Dosa Dan  Kesia-siaan  Dunia

Hidup utuh itu dimulai dengan pertobatan, di mana manusia meninggalkan kesia-siaan dan berpaling kepada Tuhan dan kebenaran Injil. Pengusiran setan berjalan, kalau semua unsur pengaruh roh jahat, kedosaan takhayul unsur-unsur kedagingan semakin mundur dan lenyap dari tata hidup dan tata budaya masyarakat. Tuhan menginginkan kepulihan manusia dengan penginjilanNya: badan dan jiwa. Pertobatan tidak pernah berhenti, dan meningkat terus dari waktu ke waktu, menjadi ketergantungan sampai seluruhnya digulung dan diarahkan kepada Yesus.
Orang yang sudah bertobat, sudah mati terhadap dosa dan unsur-unsur dunia ini, seluruh hidup dan pandangannya diarahkan kepada Kristus bangkit, ke tempat, di mana Ia ada dan meraja. Orang bertobat harus bertahan dalam hidup baru, melawan godaan hidup lama yang membujuk lewat dunia dengan segala kenikmatan semu dan kebiasaan manusia sekitar. Orang yang masih terikat dengan bujukan dunia, yang masih menganut semacam “kebatinan” dengan kekuatan gaib dan penyembahan roh-roh halus, yang disamakan dengan malaikat, maka paham ini menyuramkan iman yang benar, mengurangi atau mengaburkan peranan Kristus; arti kemanusiaan Kristus, yang berperan dalam penderitaan dan penebusan dari dosa, tidak dimengerti: seakan-akan Kristus dengan mengambil tubuh manusia menjadi rendah, kurang mulia dari roh halus.  Arti  penderitaan dalam  tubuh untuk menebus dosa tidak    dimengerti. Kerap orang sudah mengenakan agama Kristen, tetapi pahamnya masih tercampur, dan arah hidup tidak ditentukan oleh ajaran Kristus yang benar, tanpa ilmu-ilmu gaib yang sia-sia belaka.
Ada pertobatan yang disertai dengan puasa atau matiraga dan ini mengacu pada apa yang dikatakan oleh Santo Paulus:  “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.” (Kol 3:5-10).
Tujuan puasa dan tobat ialah “membunuh” manusia lama yang tunduk pada daging dan setan serta menghidupkan manusia baru yang cinta dan taat pada Tuhan. Perasaan hati yang timbul karena cinta dan taat kepada Tuhan merupakan tobat sempurna, dan ini sudah dapat mengampuni dosa dengan sendirinya.
Tobat tidak sempurna adalah tobat yang timbul dari rasa takut akan hukuman. Hukuman ini tidak hanya merupakan hukuman dengan api atau kegelisahan suara hati, tetapi juga karena kita dipisahkan dari Tuhan, puncak kebahagiaan kita. Jadi dalam tobat tidak sempurna termasuk juga cinta kepada Tuhan dan keinginan berkumpul dengan Tuhan, meskipun cinta ini lebih bersifat cari untung, sedangkan cinta dalam tobat sempurna lebih merupakan cinta yang tidak mencari untung. Di sini pertama-tama yang dicari adalah keluhuran Tuhan.
Tobat yang hanya timbul karena takut merasakan sakit, sehingga dosa tidak dihindari jika tidak akan dirasakan sakit, maka tobat itu tidak akan berguna bagi manusia, karena tobat itu tidak ada hubungannya lagi dengan Tuhan. 

(Stefan Surya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda. ^^