Musa Melarikan Diri Ke Midian
Oleh : Peter Suriadi
Teks
11 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.
12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
14 Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan."
15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.
16 Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya.
17 Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.
18 Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia: "Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?"
19 Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba."
20 Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan."
21 Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa.
22 Perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, maka Musa menamainya Gersom, sebab katanya: "Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing."
23 Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.
24 Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.
25 Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.
Konteks
Kegiatan Musa di masa muda dikisahkan sangat singkat. Musa mulai muncul sebagai tokoh dan putri Firaun “menyingkir” ke belakang karena tugasnya dalam mengangkat anak dan mendidik Musa telah selesai. Musa telah menjadi seorang pemuda yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ia fasih berbahasa Mesir serta trampil dalam kebiasaan dan kebudayaannya. Ia diterima dan dikenal, dan ia punya prospek untuk menjadi pejabat tinggi karena bakat dan kualitasnya. Sebagai anak (adopsi) putri Firaun, ia mendapatkan apa yang terbaik dari kebudayaan Mesir. Tanpa menunjuk pada umur berapa, tiba-tiba dikisahkan : “Suatu hari ketika Musa telah dewasa, ia pergi pada rakyatnya dan melihat beban mereka”. Ia memang telah diadopsi oleh putri Mesir, namun saudara-saudaranya bukanlah orang-orang Mesir. Saudara-saudaranya adalah orang-orang Ibrani, bangsa tertindas dan budak, sedangkan orang-orang Mesir adalah para penindasnya. Ia menunjukkan solidaritas dengan orang-orang Ibrani yang menderita, yang disadarinya sebagai saudara.
Struktur Teks
Teks dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni :
ayat 11-12 : Musa membela bangsanya
ayat 13-22 : Musa melarikan diri
ayat 23-25 : Allah ingat akan perjanjian-Nya
Keterangan Teks
ayat 11-12
Kegiatan Musa di masa Muda hanya diceritakan dalam ayat 11 ini. Musa dididik dalam lingkungan istana Mesir sampai usia dewasa. Dalam Kis 7:22 dikatakan bahwa selama itu Musa ”dididik dalam segala hikmat orang Mesir”.
Tetapi suatu hari, Musa yang telah dewasa keluar dari lingkungan istana untuk melihat-lihat orang-orang Ibrani melaksanakan kerja paksa. Musa sadar bahwa meskipun ia telah hidup dan dan dididik dalam lingkungan istana Mesir, ia tetaplah seorang Ibrani. Oleh karena itu, para budak yang dipekerjakan oleh penguasa Mesir tetaplah saudara-saudara sebangsanya. Apalagi ketika ia melihat seorang Mesir memukul seorang Ibrani. Rasa persaudaraannya bangkit. Ia tidak dapat menerima tindakan seorang Mesir yang menyiksa seorang yang diakui sebagai saudaranta. Ia pun segera membela orang Ibrani itu. Melihat tidak ada seorang pun di sekitarnya, Musa segera mendekati dan membunuh orang Mesir itu. Lalu Musa berusaha menyembunyikan mayat orang Mesir itu dengan menguburnya di dalam pasir. Tindakan Musa itu untuk menghilangkan jejak dan menghindarkan orang Ibrani dari tuduhan membunuh orang Mesir.
ayat 13-15
Musa merasa yakin bahwa tindakannya itu tidak diketahui siapapun sehingga keesokan harinya tanpa takut ia keluar lagi. Dan ia menjumpai dua orang Ibrani tengah berkelahi. Musa berusaha melerai mereka dan menanyai salah seorang yang menurutnya menjadi biang keladi perkelahian itu, ”Mengapa engkau pukul temanmu?” Tetapi, jawaban orang itu sungguh tidak terduga dan mengagetkan Musa : ”Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami?”. Rupanya orang itu menganggap Musa sebagai ”pengkhianat” saudara-saudara sebangsanya karena hidup di lingkungan istana Mesir. Dan yang lebih mengagetkan lagi, orang yang dilerainya itu menyaksikan pembunuhan yang dilakukannya. Musa malah dicurigai saudara-saudara sebangsanya dan besar kemungkinan mereka akan melaporkan dan menyerahkan Musa kepada penguasa Mesir. Musa segera sadar bahwa ia berada dalam bahaya. Dapat diduga berita pembunuhan itu sudah tersebar dan bahkan didengar oleh penguasa Mesir. Kalau benar seperti itu, hukuman berat menantinya. Firaun yang mendengar berita itupun berniat membunuhnya karena jelaslah Musa adalah seorang pengkhianat bagi Mesir.
Musa yang merasa takut segera melarikan diri ”dari hadapan firaun”. Menurut Kis 7:23, Musa berusia 40 tahun ketika melarikan diri dari Mesir. Musa memang melarikan diri tetapi kemudian ia akan kembali sebagai seorang pahlawan. Ia rela mengorbankan segala-galanya, bahkan hidupnya sendiri sekalipun ia akan menghadapi berbagai rintangan berat. Musa melarikan diri ke arah timur, sampai ke Tanah Midian, yang terletak di sebelah timur laut Teluk Aqaba. Di suatu tempat di tanah itu, ia berhenti dan duduk-duduk di tepi sebuah sumur.
ayat 16-22
Di tempat inilah Musa berjumlah dengan seorang seikh-imam padang gurun yang tradisi dan kepercayaannya berpengaruh besar dalam perkembangan agama Israel. Imam itu memiliki tujuh orang anak perempuan. Seperti Ribka dan Rahel, anak-anak perempuan imam itu juga biasa menggembalakan ternak ayah mereka.
Pada suatu ketika, anak-anak perempuan imam itu datang ke sumur, yang di dekatnya Musa beristirahat, untuk menimba air dan memberi minum kambing domba yang mereka gembalakan. Tiba-tiba gembala-gembala lain datang dan mengusir mereka. Tetapi Musa tidak tinggal diam menyaksikan perlakuan semena-mena tersebut. Karena itu, Musa bangkit dan menolong mereka dengan menghalau gembala-gembala lain itu. Setelah berhasil menghalau mereka, Musa membantu para perempuan itu memberi minum kambing domba mereka. Peristiwa Musa di sumur ini sangat serupa dengan dua kisah dalam Kitab Kejadian : 1. Kisah hamba Abraham yang diutus pergi ke Mesopotamia untuk mencarikan istri bagi Ishak (Kej 24). Abraham sampai di sebuah sumur dan di situ bertemu dengan Ribka, yang kemudian memberikan minum kepadanya dan kepada unta-untanya, 2. Kisah Yakub yang juga pergi ke sumur (Kej 29). Di sumur itu ia berjumpa Rahel, anak Laban, yang datang dengan domba-domba ayahnya. Yakub tinggal di rumah Laban, menggembalakan kambing dombanya (tentang Musa, bdk Kel 3:1), dan mengawini anak perempuannya.
Ketika pulang, ayah para perempuan itu yang bernama Rehuel (= ”sahabat Allah”, bdk Bil 10:29. Dalam Kel 3:1;4:8 bernama Yitro) heran. Tidak biasanya mereka pulang secepat ini sehingga sang ayah menanyai mereka. Mereka menjelaskan bahwa seorang Mesir telah menolong mereka dari para gembala dan bahkan menimba air untuk mereka dan memberi minum kambing domba mereka. Mereka biasanya harus pulang lebih belakangan karena harus mendahulukan para gembala laki-laki memberi minum ternaknya.
Sang ayah merasa senang karena ada orang yang mau membantu anak-anaknya. Maka ia segera menyuruh mereka memanggil orang itu untuk datang dan makan di rumahnya. Musa memenuhi undangan makan itu. Dalam pembicaraan dengan Rehuel kemungkinan besar Musa bercerita banyak tentang jati diri dan pelariannya hingga tanah Midian. Penuturan Musa itu mendorong Rehuel untuk menawarkannya untuk tinggal bersama keluarga Rehuel. Musa menerima tawaran itu dan tinggal di rumah Rehuel. Di kemudian hari Rehuel memberikan Zipora, salah satu anaknya, untuk menjadi istri Musa. Dari perkawinannya dengan Zipora, Musa memperoleh seorang anak laki-laki dan menamainya Gersom karena, ”Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing”. Nama Gersom dihubungkan dengan kata Ibrani ger yang berarti orang asing atau imigran.
ayat 23-25
Lama setelah Musa tinggal di Midian (menurut Kis 7:30 : 40 tahun), raja Mesir yang menindas orang Israel dan hendak membunuh Musa mangkat (Jika raja Mesir yang mangkat itu adalah Firaun Ramses II maka diperkirakan peristiwa ini terjadi pada tahun 1224 SM). Mangkatnya sang raja tidak berarti berakhirnya penindasan. Raja pengganti pun memiliki sikap sama dengan pendahulunya. Orang Israel tetap ditindas dan mereka berseru-seru. Seruan mereka adalah seruan orang yang sudah tidak tahan lagi menanggung penderitaan. Menurut Bil 20:16 mereka berseru-seru kepada Tuhan (bdk Mzm 22:5). Tuhan mendengar mereka mengerang sebagaimana Ia mendengar teriakan darah Habel (Kej 4:10) dan keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora (Kej 18:20). Tuhan pun ingat (bukan sebelumnya Ia lupa, tetapi menunjukkan bahwa Ia menunjukkan perhatian penuh) akan perjanjian yang telah dibuat-Nya dengan nenek moyang Israel, yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Janji Allah itu ”terancam batal” jika Israel masih terus diperbudak. Tuhan datang untuk menyelamatkan janji itu karena Ia tidak dapat membatalkan janji yang telah diucapkan-Nya sendiri. Tuhan memperhatikan keluhan mereka.
Amanat
Perikop menampilkan keterlibatan Musa dalam membela orang tertindas, yakni memukul orang Mesir, kemudian mempersatukan orang yang bertikai, dan kemudian tampil sebagai penyelamat, akhirnya pergi ke Midian, menikah dengan putri Yitro. Semuanya itu merupakan persiapan akan panggilan dan tugas Musa di kemudian hari. Musa memang dipersiapkan untuk tugas besar dan berwibawa. Ia diselamatkan dari bencana dan mengenal lingkungan hidupnya secara mendalam untuk bisa memberikan arti bagi bangsanya. Tugas besar itu kemudian adalah memukul Mesir dan mempersatukan bangsanya sendiri dalam keselamatan Allah. Masa muda Musa lalu merupakan cerminan panggilan dan tugas Musa yang akan datang.
Kita pun dipersiapkan Allah untuk suatu tugas besar dan berwibawa. Kita bisa memberikan arti bagi kehidupan orang-orang di sekeliling kita. Allah sudah mempersiapkannya, tinggal kesediaan kita untuk bekerjasama dengan Allah dalam mewujudkan keselamatan sesuai dengan porsi kita masing-masing. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda. ^^