Rabu, 02 November 2011

Cover Depan November 2011


Redaksi Menulis


Kematian dapat menimpa siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Apa yang kita banggakan dihadapan Sang Pencipta jika satu jam lagi ajal menjemput?
Bulan November dikenal dengan sebutan bulan arwah, dimana kita punya kesempatan untuk mengenang saudara-saudara kita yang telah berpulang ke sorga, ke rumah Bapa. Kalau mau jujur, ternyata manusia tidak ada apa-apanya saat dihadapkan dengan kematian. Tidak ada yang dapat membuat kita menghindar dari kematian dan tak ada yang dapat dibanggakan oleh mereka yang hidupnya didasarkan pada keadaan jasmani saja.
Kematian bukan sesuatu yang ditakutkan, tetapi sesuatu yang dihadapi sebagai pintu gerbang memasuki surga, jadi kita sebagai umat yang hidup di zona gereja perjuangan harus hidup melayani dengan semangat tinggi so pasti akan menghasilkan buah-buah yang manis, begitu juga jika kita bekerja buat Tuhan.
“Doing More  Doing Better” Semasih kita hidup kita harus lebih luar biasa lagi dalam berbagi dan mengasihi sesama, biar semua ini menjadi pola hidup kita yang dapat menjadi teladan orang-orang di sekitar kita.
Kita sebagai orang Kristen harus punya komitmen “Jangan hanya dihadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti melayani Tuhan dan bukan manusia” (Efesus 6:6-7)

Sajian Utama

Hidup Dalam Kasih Sejati

Di dalam Gereja jaminan keselamatan itu mutlak ada, dan akan berlangsung terus, juga kalau umat lupa dan kurang menghiraukannya. Kelimpahan rahmat Tuhan mulai dari dalam, menobatkan, membentuk, membangun pribadi manusia sendiri, dengan kekayaan sabda dan segala sarana Gereja, terutama di dalam sakramen-sakramennya. Dengan mata iman kita tahu apa yang tak diketahui oleh pengunjung dari luar : Tuhan tetap meraja dan berkuasa selamanya bagi umat yang disayangiNya. Harta kekayaan, yang dapat dihitung, dijumlah, dicatat dan pada akhirnya akan hilang juga... tak mungkin dapat dibandingkan dengan kelimpahan berkat Allah yang tak kelihatan, namun nyata, tanpa batas, tak akan lenyap, berlangsung selama-lamanya. Itulah kepercayaan dan kebanggaan umat Gereja.
Bagi kita, yang memberi makna dan menghidupi segala itu adalah cinta kasih Allah. Tanpa kasih Allah tidak ada sesuatu yang berarti, hidup di dunia ini pun jadi tanpa makna. Tetapi dengan kasih Allah, maut, bahaya, setan pun tidak ada yang ditakuti. Dan bila Allah sungguh di pihak kita, siapa melawan kita?
Dengan cinta kepadaNya, Tuhan berdiri di pihak kita, tidak bisa dilawan, tak bisa dikalahkan. Ia membuktikan cintaNya dengan menyerahkan AnakNya bagi kita semua sampai wafat. Itulah Kasih Sejati. Kasih dengan menanggung penderitaan begitu hebat, sampai wafat di salib untuk menyelamatkan dan memberi hidup pada orang-orang yang dikasihiNya. Sampai saat meninggalkan dunia ini kita bisa bersatu bersama-sama dengan Dia, membuktikan cinta kita kepadaNya.
Roma 8 ayat 35 mengatakan : “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?”. Bila itu datang semua itu akan terhindarkan karena campur tangan Tuhan yang mengasihi umatNya, dan segala sesuatu dalam hidup terasa diprakarsai, diatur dan diiringi oleh cinta kasihNya. Pada ayat 37-39 dikatakan : “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”. Itu karena Tuhan mengistimewakan kita, mengatur semua peristiwa-peristiwa hidup, sampai saat kematian pun untuk mengambangkan kita, mengembangkan kita selama masa hidup kita.
Kalau kita sudah ditangkap kasih Allah, maka kuasa dan cinta Allah melindungi dan mengarahkan langkah kita, kemana pun kita pergi. Tak ada kuasa dapat mengganggu, menggugat, menghukum, tanpa berhadapan dengan kuasa Allah, yang menundukkan dan menggunakan segala, untuk melaksanakan rencanaNya penuh kasih, mengiringi hidup kita. Yesus yang telah wafat, telah bangkit bagi kita, menjadi pembela kita. Semua peristiwa, daya kekuatan di surga, di bumi, di bawah bumi, bahkan seandainya masih ada makhluk lain lagi tak akan ada yang bisa mematahkan ikatan manusia, yang telah menyerahkan diri pada ikatan kasih Kristus. Bukan karena percaya akan kekuatan sendiri, melainkan karena kekuatan kasih sejati Kristus, yang mengubah segala, dalam hidup ini maupun sampai kehidupan kekal, menjadi sumber kasih!
Stefan Surya

Seputar Paroki 1

Raker WilBond  Periode 2011-2012

Tanggal 10 September 2011 yang lalu wilayah St. Maria Fatima Bondongan (WilBond) kembali menggelar Rapat Kerja (Raker). Adapun raker bertujuan mengevaluasi program kerja Lingkungan dan Wilayah yang telah dijalankan tahun 2010-2011 serta membuat dan menetapkan program kerja Wilayah dan Lingkungan (Rukun)  tahun 2011-2012.  Khususnya tahun 2011-2012 ini Wilayah meng-agendakan secara khusus agar pelayanan di Wilayah/ Lingkungan dapat mewujudkan “Membangun Komunitas Basis yang Kuat dan Mandiri”, dengan perhatian secara khusus, yakni “meningkatkan  kepedulian kepada sesama”.
Raker yang telah dipersiapkan 2 bulan sebelumnya dibuka  pukul 13:00 pada hari Sabtu. Romo Wilayah yakni  RD Robertus Eeng Gunawan, berkenan memberikan pembekalan  yang didahului oleh doa yang dipimpin oleh Bpk. H. Anton Rubana.  Pembekalan  tentang panggilan yang diberikan oleh Romo Wilayah selama 30 menit (bahkan lebih menjadi 60 menit) tidak terasa  dan sangat memotivasi  para pengurus, semakin memacu semangat pengurus dalam pelayanan kepada sesama. 
Adapun agenda Raker dilanjutkan dengan evaluasi dari setiap Lingkungan yang ada di Wilayah (8 Lingkungan, St. Caecilia, St. Antonius, St. Vincentius, St. Laurentia, St. Theresia, St. Stephanus, St. Silvester, St. Florentinus). 7 dari 8 Lingkungan terlihat telah mempersiapkan evaluasi dengan baik , dengan memaparkan data umat (+mutasi), evaluasi  tentang program kerja tahun 2010-2011, rencana kerja  tahun 2011-2012  dan diakhiri dengan tantangan dan hambatan  yang ada disetiap lingkungan.  Dari evaluasi dari setiap Lingkungan terlihat jelas bahwa, dari sisi jumlah KK, setiap Lingkungan jumlah KK sudah mencapai optimal yakni 40-60 KK per Lingkungan. Diharapkan bahwa pelayanan di setiap Lingkungan dapat berlangsung dengan optimal pula.  Tepat pukul 16:30 Raker diskors sementara, karena pengurus ikut misa bersama pada Sabtu sore. Misa dibawakan oleh Romo RD Garbito Pamboaji. Setelah misa pukul 18:15, Pengurus bersama Romo  dan Frater David  melanjutkan makan bersama yang telah dipersiapkan oleh Pak Diar dan tim. Pukul 19:00 Raker dilanjutkan  dengan sesi  evaluasi dan rencana dari masing-masing seksi, yakni seksi Kitab Suci, Liturgi, PSE dan Kepemudaan.
Diselingi dengan rehat sejenak, Raker dilanjutkan dengan diskusi kelompok guna  membahas tantangan, mengatasi hambatan/ halangan yang ada, sehingga pelayanan dan program kerja Lingkungan dan Wilayah dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
Diakhir  Raker, disepakati mengenai program kerja Wilayah periode 2011-2012, dengan beberapa catatan penting tentang  tugas dan tantangan yang secara khusus harus menjadi prioritas atau  perhatian  para pengurus Lingkungan/ Rukun dan Wilayah yaitu :

1. Update database umat secara total  melalui web aplikasi
     yang telah ada :  www.wilayahbondongan.com
2.Konsolidasi keuangan dan partisipasi umat
3.Persiapan Calon Prodiakon 2 (dua)  orang per lingkungan
4.Partisipasi aktif dalam Devosi Maria Fatima + Ekaristi setiap 
    bulan  tanggal 13 dan Misa Wilayah.
5.Menghidupkan kegiatan Pendalaman Kitab Suci dan 
     Animator dengan Ketua Rukun sebagai pelopor.
6.Melaksanakan berbagai kegiatan yang inovatif.
7.Pertemuan Komunitas Basis yang lebih intensif di tingkat 
    Rukun.
8.Kunjungan Pastoral kepada umat yang sangat 
    Membutuhkan.
9.Mempersiapkan Pengurus untuk tahun 2012-2015.

Semoga apa yang telah diagendakan dalam Raker tersebut, dibarengi dengan niat dan motivasi yang kuat dari para pengurus Wilayah/ Lingkungan/ Rukun dan seksi-seksi yang ada  kita dapat melayani umat dengan baik dan mampu mewujudkan komunitas basis yang kuat dan mandiri, sesuai dengan talenta-talenta yang kita miliki. Selamat melayani. Proficiat! Tuhan memberkati. (swara WilBond)

Seputar Paroki 2

Rekreasi Koor St. Maria Fatima WilBond

Minggu, 11 September 2011, di suatu pagi yang cerah, Koor WilBond memulai perjalanan  rekreasi keluarga bersama dengan tujuan  Kebun Raya Cibodas. Mengingat H+7 masih cukup sulit mendapatkan bis, akhirnya kami naik bis MGI-Blu Star.  Berbagai persiapan dan makanan sudah dipersiapkan oleh masing-masing kelompok suara (Alto menyediakan  ayam Bakar/ ayam sambal hijau, Soprano menyediakan tahu/ tempe bacem dan rendang yang nikmat, tenor kebagian krupuk dan bass kebagian menyiapkan sambal, serta masing-masing  kelompok suara menyediakan 2 liter nasi). 
Setelah absensi dan kesiapan dari semua peserta, pukul 06:15 kami berangkat melewati pasar bogor  melewati tol Bogor-Ciawi.  Keceriaan tampak hinggap di setiap wajah anggota yang berangkat.   Dalam perjalanan, lalu lintas tampak lancar dan sekitar pukul 07:30 pagi kami telah sampai di depan pintu gerbang Cibodas. Setelah bayar tiket,  kami langsung mencari  tempat strategis untuk parkir dan berkemas untuk memulai rekreasi keluarga besar koor WilBond.  Terlebih dahulu, kami berfoto bersama dengan latar belakang pemandangan  alam yang asri dan  bersantai di halaman yang cukup luas dan sejuk sambil ibuibu bermain bola plastik  dan yang lain ada yang bermain gaple dan bersantai ria.  Lebih kurang pukul 11:00 kami makan bersama dalam suasana kekeluargaan  yang hangat sambil menikmati makanan dengan lahap dan begitu nikmat. Kami juga merayakan ulang tahun dari salah satu teman kami Mr. Agustinus Susanto yang berulang tahun pada tanggal 10 Sep. 
Sehabis makan kami berangkat menuju air terjun Ciismun. Perjalanan menuju air terjun cukup terjal namun sebagian besar peserta  dengan penuh semangat akhirnya sampai ke air terjun yang sudah penuh dikunjungi oleh wisatawan. Beberapa dari kami nekat mandi di air terjun yang sangat dingin  sambil  diabadikan oleh photographer yang ciamik dan ganteng (he he). Sekitar pukul 14:00 kami kembali kumpul bersama   dan mengambil tempat di sekitar kolam besar yang indah sambil bersantai melepas lelah  menikmati indah dan sejuknya alam pemandangan yang diberikan Tuhan  untuk kita. Beberapa teman sempat menikmati minuman “penghangat badan” untuk mengusir dinginnya cuaca yang membuat kantuk. 
Sekitar pukul 17:00 kami kembali foto bersama di tepi kolam yang telah sepi dari wisatawan  dengan berbagai gaya yang ciamik.  Perjalanan dan rekreasi ini begitu menyenangkan dan penuh keceriaan  yang saling menguatkan dan memberikan makna  bagi setiap anggota koor bahwa kebersamaan adalah hal terindah dalam pelayanan. Dengan talenta masing-masing  kami tetap melayani. Akhirnya sebelum kami memutuskan untuk kembali ke Bogor, kami menikmati santap sore terlebih dahulu. Sekitar pukul 18:00 kami sepakat pulang ke Bogor di mana lalu lintas dalam perjalanan tampak lancar, menyiratkan bahwa Tuhan selalu memberkati dan senantiasa melindungi kami dalam  rekreasi ini, yakni Rekreasi Koor Wilayah St. Maria Fatima Bondongan yang sederhana  dan membekas di hati setiap anggota.  Terima kasih kami ucapkan pada semua anggota yang telah mempersiapkan semua hal dengan baik, sehingga keluarga besar koor Wilayah St. Maria Fatima Bondongan  dapat berekreasi dengan penuh semangat dan keceriaan. Sampai jumpa di perjalanan wisata berikutnya.  Proficiat!

(Swara WilBond)

Seputar Paroki 3


Kabar dari Wanita Katolik Republik Indonesia Cabang St. Fransiskus Asisi  Sukasari

Pada hari Rabu,tepatnya 14 September 2011 Wanita Katolik RI cabang St.Fransiskus Asisi  Sukasari telah mengadakan Konferensi cabang dalam rangka pergantian pengurus periode 2008-2011 yang telah menyelesaikan masa baktinya.
Dalam rangka acara tersebut telah dibentuk panitia pelaksana yang dipimpin oleh  Maria Lidia Liana. Selama kurang lebih 3 bulan panitia bekerja keras bahu membahu mempersiapkan acara tersebut. Sebelum pelaksanaan Konfercab terlebih dahulu panitia mengadakan rekoleksi, pada hari Rabu 6 Juli 2011 yang dihadiri oleh para anggota Wanita Katolik RI cabang St.Fransiskus Asisi yang dipimpin oleh Romo Heru terkasih. Dalam rekoleksi tersebut romo memberikan pembekalan kepada kita semua antara lain tentang  “Penguasaan Diri”. Menurut romo penguasaan atas diri sendiri mutlak diperlukan untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai, penguasaan diri juga merupakan kunci kebahagiaan dan keberhasilan, ketidakmampuan penguasaan diri merupakan awal kehancuran hidup sebagai manusia.
Hari Rabu, 14 September 2011 yang dimulai pukul 07.30 para panitia pelaksana sudah datang ke Ruang St.Antonius untuk mempersiapkan acara Konfercab. Pada pukul 08.00 para peserta mulai berdatangan dan tepat pukul 08.50 Ibu Parman, Ibu Edy dan jajarannya dari DPD hadir di Ruang St. Antonius.
Tepat pukul 09.00 acara Konfercab dimulai,  acara secara resmi dibuka dengan pemukulan gong oleh Ibu Parman. Setelah melalui beberapa tahap maka sampailah di puncak acara Konfercab yaitu pemilihan ketua dan wakil ketua Wanita Katolik RI cabang St.Fransiskus Asisi. Ibu Ida Farida dari Ranting Caecilia terpilih sebagai ketua Wanita Katolik RI cabang sukasari, didampingi oleh Ibu Marcellina L. Yuniawati dari Ranting Bernadeth sebagai wakil ketua.
Duet Farida  Yuyun diharapkan membawa angin segar bagi perkembangan Wanita katolik RI cabang Sukasari. Dalam sambutannya Romo Heru memberi dukungan yang sangat positif dan menghimbau kepada duet pasangan ini untuk lebih mengenalkan Wanita Katolik RI cabang Sukasari dengan mengadakan kegiatan-kegiatan positif baik ditingkat wilayah maupun di tingkat paroki.
Acara ditutup dengan pemberian berkat oleh romo Heru kepada ketua dan wakil ketua terpilih.
Dipenghujung acara Sie Konsumsi telah menyiapkan makan siang bersama untuk dinikmati bersama.
Terimakasih kepada Romo Heru selaku Pelindung Rohani, Ibu Thres, Wakil DPD yang telah mendukung terlaksananya acara Konfercab ini, seluruh panitia pelaksana dan seluruh anggota Wanita Katolik RI cabang Sukasari yang sudah mendukung Konfercab ini sehingga terlaksana dengan baik.
Tuhan memberkati.

By.Christina Sri Sundari (a.n. Panitia Pelaksana Konfercab Wanita Katolik RI cabang St.Fransiskus Asisi)

Seputar Paroki 4


Guna meningkatkan keakraban dan kebersamaan di antara umat Wilayah St. Agustinus  Suryakencana, maka pada Minggu, 25 September 2011 kami mengadakan ziarah ke Gua Maria Bukit Kanada Rangkasbitung. Semua peserta berkumpul diharap berkumpul Pk 06.00, namun berhubung di Bogor masih ada Good Year, jadi ya budaya “Ngaret” masih berjalan.. (Hehehe.. Bercanda.com).
Peserta yang berangkat sekitar 100 orang lebih, ditampung dengan 2 bis dan 2 elf. Sekitar pk 06.30 armada White Horse yang membawa rombongan kami pun meluncur.
Memulai perjalanan kami berdoa terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan Rosario. Setelah Rosario, kami nyanyi sejenak. namun karena perjalanan masih jauh para peserta diberikan kesempatan untuk beristirahat. Dalam perjalanan kami kali ini ada sedikit yang kurang, Ketua Wilayah kami Bpk. JB Sukeria Agus, tidak bisa hadir dikarenakan sakit.
Perjalanan kami menempuh waktu sekitar 3,5 jam. Pk 10.00 kami sudah tiba di Rangkasbitung. Tak membuang banyak waktu kami segera memulai ziarah kami dengan Jalan Salib. Perjalanan Jalan Salib di areal ini cukup menguras tenaga, namun hal tersebut tak menyurutkan kami untuk melanjutkan perjalanan kami. Kurang lebih sekitar 1 jam waktu yang kami perlukan untuk Jalan Salib. Ketika tiba di Gua Maria, para peserta berdoa pribadi. Selesai berdoa para peserta bersalaman dengan Rm. Tanto, Pastor Paroki Rangkasbitung, yang pada hari itu akan mempersembahkan Ekaristi untuk kami. 
Setelah itu kami langsung bersiap untuk Misa. Suasana Perayaan Ekaristi mengingatkan kami ketika dulu Rm. Tanto masih bertugas di Paroki Sukasari. Usai Perayaan Ekaristi, kami langsung menyantap makan siang. Rohani kami telah diisi, kini jasmani kami pun perlu diisi.
Habis makan siang, kami berfoto  foto sejenak, kemudian melanjutkan perjalanan kami menuju Kota Serang untuk membeli oleh  oleh. Perjalanan kurang lebih sekitar 1 jam. Begitu tiba di tempat, peserta langsung menyerbu. Ada yang membeli dodol, lempok, kerupuk, dll. Tidak terlalu lama kami di kota Serang, karena kami harus melanjutkan perjalanan kami menuju Bogor. Sekitar pk 19.00 kami sudah tiba kembali di Bogor. Semoga perjalanan seharian ini menyenangkan dan menambah kebersamaan di antara umat wilayah St. Agustinus  Suryakencana. Tuhan Memberkati... Amin. 

-VCM-

Seputar Paroki 5

BIA MERAYAKAN HARI PESTA NAMA ST. FRANSISKUS ASISI


Dalam rangka merayakan hari pesta nama St. Fransiskus Asisi yang diperingati setiap tanggal 4 Oktober 2011, BIA Paroki St. Fransiskus Asisi berpartisipasi menyelenggarakan aneka lomba yaitu lomba menyusun puzzle, lomba kata terselubung dan lomba kuis Kitab Suci.

Peserta lomba adalah anak-anak Bina Iman dari seluruh wilayah di Paroki St. Fransiskus Asisi, Sukasari, Bogor. Lomba diadakan pada hari Minggu, 2 Oktober 2011 pukul 08.30  10.00 WIB di Aula sekolah Mardi Yuana dan di ruang kelas SMP Mardi Yuana dan di ruang kelas SMP Mardi Yuana, Jl. Siliwangi No.50, Sukasari, Bogor.
Sejak pukul 07.30 WIB, anak-anak sudah hadir untuk mengikuti perlombaan yang diperuntukkan bagi mereka itu. Sebelum acara lomba dimulai, anak-anak berkumpul membentuk satu lingkaran besar di lapangan basket sekolah Mardi Yuana. Dipandu oleh para kakak pembina, anak-anak diajak bernyanyi sambil menggerakkan badan dan tentu saja berdoa bersama.
Lomba dimulai pukul 08.30 WIB. Lomba menyusun puzzle gambarnya dari salah satu bacaan dalam Alkitab dan kemudian diwarnai, dikerjakan peserta kelas TK sampai kelas 1 SD, dengan hasil yang cukup baik. Hampir seluruh peserta mengerjakan dengan rapi dan komposisi warna yang bagus. Untuk menentukan juaranya, juri memilih yang terbaik dari semua yang baik, hingga terpilihlah Juara I : Marsela, dari BIA Wilayah St. Stefanus  Cipaku. Juara II : Rian Dwi, dari BIA Wilayah St. Antonius  Tajur. Juara III : Amelia, dari BIA Wilayah St. Maria Fatima  Bondongan.
Lomba Hidden Words atau kata terselubung sepertinya membuat para peserta cukup serius berpikir untuk mengerjakannya, karena mereka diminta untuk mengingat nama orang-orang suci, seperti nama nabi-nabi dan nama santo-santa dan mencari nama-nama tersebut, yang bisa mereka temukan dalam kotak-kotak huruf yang harus mereka susun/tarik garis dari kiri ke kanan, dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, dari atas/bawah kiri miring ke atas/bawah kanan atau dari atas/bawah kanan tarik garis miring ke atas/bawah kiri. Memang bila kurang teliti, bisa tidak menemukan nama para nabi atau nama santo-santa. Jadi pengerjaannya memang butuh ketelitian dan kesabaran, tidak cepat putus asa untuk menemukan nama-nama yang dimaksud. Namun demikian, anak-anak akhirnya banyak juga yang dapat menyelesaikan tugas mereka. Hanya perbedaan waktu menyelesaikan yang membuat mereka terpilih menjadi juara I, II dan III.
Pemenang untuk peserta kelas 2-3 SD sebagai Juara I : Gaby dari BIA Wilayah St. Agustinus  Suryakencana. Juara II : Vita dari BIA Wilayah St. Maria Fatima  Bondongan dan Juara III : Reynard dari BIA Wilayah St. Maria Fatima  Bondongan.
Pemenang untuk peserta kelas 4-6 SD sebagai Juara I : Reyhan dari BIA Wilayah St. Maria Fatima  Bondongan. Juara II : Laudita dari BIA di Paroki St. Fransiskus Asisi  Sukasari. Juara III : Faustina dari BIA Wilayah St. Maria Fatima  Bondongan.
Adapun kuis Kitab Suci diujikan dari bahan Bulan Kitab Suci Nasional 2011 yang masih segar dalam ingatan mengenai perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan Sang Guru kita : Tuhan Yesus sendiri, dalam Luk. 10:25-37 (Orang Samaria yang baik hati), Luk. 15:11-32 (Anak yang hilang), Mat. 13:24-30 (Belas kasih Allah), Mat. 18:21-35 (Pengampunan), juga pengetahuan tentang para nabi dan pastinya juga pengetahuan tentang St. Fransiskus Asisi dan seputar Paroki St. Fransiskus Asisi.
Kuis Kitab Suci pesertanya dari kelas 4-6 SD, diikuti oleh peserta dari BIA perwakilan Wilayah-Wilayah dan BIA gabungan adik-adik yang bersekolah di SD Negeri, yang setiap Minggu rajin belajar pelajaran agama bersama dan diajar oleh para katekis Paroki di ruang kelas SMP Mardi Yuana.
Juara lomba kuis Kitab Suci. Juara I dari BIA Wilayah St. Antonius  Tajur. Juara II dari BIA Wilayah St. Maria Fatima  Bondongan. Juara III dari BIA Wilayah St. Thomas Aquino  Siliwangi I.
Untuk adik-adik yang telah berhasil menjadi juara, kami kakak-kakak pembina mengucapkan “selamat” dan semoga adik-adik tetap selalu rendah hati serta tetap rajin mengikuti pertemuan-pertemuan Bina Iman Anak di Wilayah tempat adik-adik tinggal.
Untuk adik-adik yang belum berhasil menjadi juara, jangan berkecil hati karena masih ada kesempatan di waktu mendatang dan tetaplah terus rajin menghadiri pertemuan-pertemuan Bina Iman Anak di wilayah kalian.
Bagi adik-adik usia TK sampai kelas VI SD yang belum bergabung dalam BIA, ayo bergabung bersama teman-teman dalam setiap pertemuan BIA di Wilayah kalian, banyak sukacita yang akan kalian dapatkan lho...
Bagi orangtua yang memiliki anak usia TK sampai kelas VI SD, kami para pendamping/pembina BIA, dengan segala kerendahan hati, mohon dukungan anda, untuk membawa / mengikutsertakan anak-anak anda dalam pertemuan BIA yang ada di Wilayah anda walau sudah ada pelajaran agama dan Bina Iman di sekolah.
Terima kasih kepada adik-adik Bina Iman yang sudah berpartisipasi memeriahkan acara ini dengan mengikuti perlombaan dan tertib sehingga acara berjalan dengan baik, meriah dan lancar.
Terima kasih kepada anda semua yang telah berpartisipasi dalam kegiatan Bina Iman Anak dalam rangka merayakan hari pesta nama St. Fransiskus Asisi. Tuhan memberkati.

Sie. Bina Iman Anak

Seputar Paroki 6


Suasana riang  dan penuh antusias  menghampiri seluruh hati  peserta yang hadir pada acara Jalan Sehat atau jalan Santai yang dikemas oleh panitia  Paroki St. Fransiskus Assisi Bogor, yang diketuai oleh S. Surya Tjandra bersama  umat dari berbagai wilayah terutama para OMK Paroki yang dikoordinir oleh Frater David, Mbak Oktaviana dan Ignatius Djati,  dengan tema “Fransiskus Familiy Gathering Fun Day 2011”, pada tanggal 8 Oktober 2011. Acara ini terbilang unik karena,  semua wilayah merasa  terlibat dalam perhelatan Jalan Sehat di Paroki dengan ciri khasnya masing-masing,  diharapkan menjadi modal dan contoh  bagi kegiatan bersama umat di Paroki yang didukung oleh semua wilayah dalam suasana penuh semangat kebersamaan. 
Keberangkatan peserta dikoordinir oleh wilayah masing-masing (total pendaftaran  460 peserta dewasa, OMK, dan anak-anak), menuju tempat acara di Ciawi Tapos dan berkumpul di Tapos  sekitar pukul 06:30 pagi. Karena bersifat acara santai,  panitia memberikan toleransi hingga pukul 07:30, dimana para peserta  semuanya baru terkumpul. Acara dimulai dengan pengantar singkat dari Ketua Panitia dilanjutkan dengan pembekalan dan penjelasan singkat mengenai maksud dan tujuan acara oleh  pastor Paroki RD Ignatius Heru Wihardono yang  ditemani oleh  rintik-rintik hujan yang jatuh ke bumi. Sehabis pembekalan umat dibagi dalam berbagai kelompok  (campuran dari semua wilayah) , namun masih tampak beberapa umat dari wilayah tertentu masih belum mau berbaur dan masih  bersifat ekslusif.
Jalan santai segera dimulai  dengan keberangkatan  dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok lebih kurang terdiri dari 20 anggota peserta yang di pimpin oleh ketua kelompok yang bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan peserta.  Selain Peserta mendapat kaos cantik, juga peserta mendapat 1 botol minuman vitazone yang dibagikan secara cuma-cuma.  Peserta melewati perkebunan dan  menyusuri rumah penduduk serta  singgah sebentar di Lapangan Bola. 
Di lapangan ini para peserta disambut dengan tari Ronggeng  oleh masyarakat setempat. Kemudian peserta memberikan bingkisan berupa 1 set  kostum bola kepada masyarakat pecinta bola yang langsung dikenakan oleh  para pemain bola yang  dengan setia  telah  menunggu. Setelah foto bersama  antara pemain bola dan peserta, permainan bola kaki  segera dimulai dibawah hujan rintik-rintik yang semakin deras mengguyur.  Para pemain dari masing masing pihak sungguh menikmati permainan. Dari pihak  peserta Jalan sehat, Romo RD Robertus Eeng Gunawan  bermain sebagai motor serangan dan kiper dipercayakan kepada Romo RD Ignatius Heru Wihardono. Hingga turun minum/ hujan kedudukan masih imbang 0-0, sehingga hasil akhir permainan bola ditentukan lewat adu penalti. Setiap  pihak diberi kesempatan menendang bola sebanyak 5 kali dari titik penalti. Hasil akhir dari penalti  tersebut ternyata tetap imbang dengan skor 2-2.  
Kemudian acara dilanjutkan dengan pembagian sembako yang telah dipersiapkan oleh panitia Jalan Sehat berupa 100 kantong  @1 kg gula pasir dan 5 bungkus mie Sedaap kepada perwakilan masyarakat yang diwakilkan kepada 2 RT yang dilalui peserta. Bingkisan diterima dengan senang hati oleh penduduk setempat, dan peserta Jalan Sehat melanjutkan perjalanannya  melewati perkampungan penduduk dan tiba dilokasi akhir BalitNak LIPI Tapos-Ciawi setelah  melalui tanjakan tajam. Semua peserta tiba dengan selamat walaupun ada yang nyasar. Setiba di lokasi, acara yang telah dipersiapkan oleh kaum muda OMK Paroki bersama Frater David,  dilapangan terbuka akhirnya dipindahkan ke Kantin BalitNak LIPI.  
Dengan cuaca dan suhu badan yang cukup dingin semua peserta tetap  melanjutkan acara permainan bersama dengan penuh semangat yang dipandu oleh OMK dan Frater David, sambil menunggu makan siang yang dipersiapkan oleh Ibu-ibu WKRI. Beberapa permainan yang bersifat Indoor seperti pemindahan gelang karet melalui media pipet yang ditaruh diatas bibir yang monyong terlihat cukup konyol dan lucu (lihat foto Frater David, Romo Garbito dan Romo Heru) Juga ada permainan tiup bola pingpong keluar dari  mangkok, menyusun gambar dari potongan kertas koran yang disobek sendiri oleh peserta terlebih dahulu, pindah kain sarung antar peserta  serta permainan Outdoor berupa balap karung kelompok,  lomba bakiak dan diakhiri dengan lomba tarik tambang.  Setiap wilayah akhirnya mendapat hadiah dari panitia  sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi umatnya dalam acara yang diselenggarakan oleh Panitia.   Para peserta terlihat  penuh sukacita dan menjelang  pukul 12:00 santap siang telah tersedia dan doa sebelum makan segera dipimpin oleh Romo Garbito. Santapan berupa  tahu, tempe dengan lalapan segar, buncis dan ayam goreng mewarnai kelezatan dan kenikmatan  yang dialami oleh  setiap peserta. Sehabis makan siang para peserta berkumpul kembali di lapangan yang telah kering dari siraman hujan. Romo Heru sebagai Pastor Paroki memberikan evaluasi  tentang kegiatan Jalan Sehat ini, dan menanyakan kepada peserta apakah masih  berminat  untuk melaksanakan kegiatan Jalan Sehat ini kembali bersama-sama. Semua peserta secara serempak mengamini  “Ya”.  
Tak lupa diadakan sesi  foto bersama dengan mengabadikan wajah para  peserta yang tampak sangat ceria dan Romo Eeng berkesempatan mendaraskan  doa penutup  serta memberikan berkat bagi semua peserta, sehingga para peserta dengan gembira kembali ke rumah masing-masing sambil merenungkan acara yang baru saja dilalui. Semoga Jalan Sehat 2011  tersebut dapat berkesan di hati para peserta dalam membina persaudaraan di antara umat Paroki, serta memberikan/ mengobati  kerinduan akan kegiatan bersama dalam  hidup menggereja.  Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Pastor Paroki (RD Ignatius Heru Wihardono) , pastor Pembantu Paroki (RD Robertus Eeng Gunawan & RD Garbito), Frater David, Bp. Pius Ketaren, Bp. Ignatius Herry, Bp. Suwandi,Para Ketua Wilayah,Rekan-rekan  Panitia (Bp. Sony, Bp. Herman, Bp. Pamungkas, Ibu Farida  cs), Kaum Muda OMK Fransiskus (Mbak Octaviana, mas Ignas, Edwin, Rita, cs),  Ibu-ibu WKRI, para donator/ sponsor, Sdr. Sambi atas partisipasi, dukungan dan bantuannya sehingga acara Jalan Sehat 2011 dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Sampai jumpa lagi. Proficiat! Hidup Paroki St. Fransiskus Assisi, Tuhan memberkati! 

Swara WilBond

Seputar Paroki 7

13 Oktober yang lalu, Kapel Santa Maria Fatima Bondongan genap  berusia 53 tahun (referensi  Buku 50 tahun Keuskupan Bogor).  Sejak  kapel direnovasi tahun 2008 yang lalu (Pesta Emas 50 tahun Kapel), kapel tampil dengan wajah bercorak Mideterania dengan nuansa klasik.  Setahun kemudian  (2009) Plaza Maria pun ikut dibangun agar umat dapat berdevosi kepada bunda Maria.

Secara historis, Kapel ini berstatus cukup unik, mengingat, bangunan Kapel  dikelola oleh Keuskupan (cq Paroki St. Fransiskus Assisi Bogor) namun berdiri di atas kompleks Yayasan Mardi Waluya (dibawah naungan suster SFS Sukabumi).  Oleh Paroki secara defacto, setahu  penulis pengelolaan  Kapel  diwakilkan kepada Wilayah St. Maria Fatima Bondongan  bekerjasama dengan susteran SFS.  
Hingga saat ini, rutinitas di Kapel,berupa misa  pagi setiap pukul 05:30, dan misa Mingguan yang diadakan setiap hari Sabtu sore pukul 17:00, Ibadat jalan Salib selama masa Prapaskah,  misa selama Pekan Suci dan Natal, misa/ ibadat pernikahan.  Perkembangan umat  yang ikut misa di Kapel dalam kurun waktu 5 tahun terakhir   cukup besar hingga 2-3 kali  dari jumlah normal.
Sejak renovasi Kapel  selesai dan rampungnya Plaza Maria,  telah ditata kegiatan-kegiatan rohani dalam rangka pemantapan iman Kristiani umat yang ada di Paroki khususnya yang berada di sekitar Kapel.  Salah satu kegiatan yang telah berjalan adalah Devosi Bunda Maria, yang diawali dengan doa Rosario bersama dan ditutup dengan Ekaristi Kudus. Devosi ini dilaksanakan  setiap tanggal 13 setiap bulannya pukul 18:00, dan bilamana tanggal 13 tersebut jatuh pada hari Minggu, maka pelaksanaannya  jatuh pada hari Sabtu sore.  Untuk tahun ini (tahun kedua) jadwal Devosi Bunda Maria akan dimulai lagi tanggal 13 November 2011 dan  ditutup pada  13 Oktober 2012 (sekaligus disatukan dengan perayaan ulang tahun Kapel).  Sejak semula Devosi dihadiri oleh umat dari berbagai Paroki yang ada di keuskupan Bogor ini dengan jumlah berkisar 100-150 umat.  Adalah hal yang sangat baik agar kita dapat berkumpul dan berdoa bersama  dalam  karya keselamatan umat manusia, seperti  yang diingatkan oleh Bunda Maria dalam peristiwa penampakan Maria di Fatima.
Sejak tahun 2008 hingga saat ini, bertepatan dengan  tanggal 13 Oktober  dilaksanakan perayaan HUT Kapel dalam  bentuk perarakan Rosario bersama , diakhiri  dengan Misa Kudus. Setelah misa umat juga diajak untuk larut dalam suasana syukur saling menyapa sesama dan menyantap makanan ala kadarnya yang telah dipersiapkan oleh spontanitas  umat melalui  pengurus Lingkungan Lingkungan yang ada di Wilayah sekitar Kapel.  
Perayaan HUT Kapel  ke-53 tanggal 13 Oktober 2011 dalam bentuk perarakan Rosario dan dilanjutkan dengan Ekaristi Kudus berlangsung dalam suasana yang begitu hening dan cuaca bening.  Sebelum dimulai umat dapat menuliskan permohonan doa dan intensi  pribadi  yang telah disediakan oleh Panitia. Perarakan Rosario dimulai pukul 18:00 yang dipimpin oleh kaum muda OMK Don Bosco WilBond  berawal dari gua maria di TK Mardi Waluya dan berakhir di depan Plaza Maria. Kemudian dilanjutkan dengan Ekaristi Kudus yang dibawakan oleh romo RD Robertus Eeng Gunawan. Dalam homilinya romo mengingatkan bahwa kita hendaknya  janganlah seperti orang Farisi, namun bertindak dan berbuatlah seperti yang telah diajarkan oleh Kristus  kepada kita, sesuai dengan tema  HUT Kapel tahun 2011 ini “Tetap Beriman Katolik dalam Dunia Masa Kini”. Romo juga mengingatkan agar kita selalu setia kepada Bapa dalam situasi apapun karena  dengan iman Kristiani kita pasti diselamatkan.  Dengan percaya banyak permohonan dan doa kita pasti Allah kabulkan. Sehabis homily persiapan persembahan dan dilanjutkan Ekaristi yang berlangsung dengan lancar  dan hening, mengingatkan masa kecil penulis akan suasana gereja  yang hening  pada saat misa yang cukup langka penulis dapatkan  pada misa dewasa  ini.
Setelah Komuni, pada saat sesi  pengumuman, Ketua Wilayah Bondongan (S. Surya Tjandra) berkesempatan memberikan catatan perjalanan Kapel  & perkembangan  umat diseputar Kapel  serta memberikan ucapan terima kasih dan apresiasi secara khusus atas partisipasi umat yang begitu intens dalam berdoa bersama, sekaligus mengajak umat untuk pesta syukur  ulang tahun Kapel sehabis misa selesai.  Sehabis berkat dari Romo, Romo, suster dan umat berkumpul bersama di Aula SMP Mardi Waluya mendengarkan lantunan lagu Ave Maria dalam gesekan biola yang begitu syahdu yang dibawakan oleh Sebastian- OMK Don Bosco. Dilanjutkan dengan doa makan bersama oleh Romo Eeng, selanjutnya Ketua Wilayah Bondongan didaulat secara simbolis memberikan semangkok Soto Bening yang diberikan kepada Romo Robertus Eeng Gunawan sebagai tanda syukur dan juga sebagai  tanda saling melayani  antara umat dan Romo wilayahnya. Proficiat! Kapel Bondongan tetap jaya

Swara Wilbond

Ruang Kitab Suci

Yesus : Bait Suci Allah Yang Baru
Oleh : Peter Suriadi

Etty Hillesum, seorang perempuan Yahudi di Belanda, yang dibunuh dalam rumah gas oleh Nazi di Auschwitz, mempunyai kepekaan yang tajam akan arti setiap pribadi sebagai “rumah” Allah. Suatu ketika saat ia berada di Westerbork sambil menunggu saat deportasi terakhir ke Auschwitz bersama-sama orang Yahudi lainnya, ia menulis dan menyatakan bahwa satu-satunya keinginannya adalah membantu orang untuk menemukan kekayaan pribadi mereka. Kekayaan pribadi itu adalah setiap orang dipanggil untuk menjadi “rumah” Allah. Ia menulis demikian : “Dan saya berjanji, ya saya berjanji kepada-Mu, ya Allah, bahwa saya akan berusaha menemukan “rumah” dan atap bagi-Mu di sebanyak mungkin rumah. Ada begitu banyak rumah kosong. Ke tempat itu saya akan membawa-Mu sebagai tamu kehormatan”.
Untuk itu dalam Ruang Kitab Suci kali ini, saya ajak Anda untuk merenungkan makna gereja. Apakah gereja hanya sekedar bangunan fisik megah dan komersial atau sungguh merupakan Bait Allah, tempat Allah tinggal di dalamnya ?

Teks
Yohanes 2:13-22

13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.
14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.
15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
18 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"
21 Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

Konteks
Kisah Yesus menyucikan Bait Allah dalam Injil Yohanes ini terdapat juga dalam ketiga Injil lain (Mat 21:12-13; Mrk 11:15-17; Luk 19:45-46). Ketiga Injil lain menempatkan kisah tersebut pada bagian akhir dan menjadikannya alasan penangkapan Yesus yang terjadi tidak lama kemudian. Jika diperhatikan, kisah Yohanes mempunyai kekhasan tertentu. Selain kisahnya lebih panjang dan terdapat pada awal Injilnya, Yohanes menyimpan Firman Yesus tentang diri-Nya sendiri. Bait Suci yang dimaksud Yesus adalah diri-Nya sendiri, bukan sekedar fisik bangunan.
Ketiga Injil lain menyebutkan bahwa Yesus dewasa hanya sekali mengunjungi Yerusalem, sedangkan Yohanes menggambarkan Yesus lebih dari sekali mengunjungi Yerusalem. Yohanes menyebutkan bahwa Yesus mengunjungi Yerusalem sebanyak tiga kali Paskah, dan adegan dalam teks merupakan kali pertama Yesus dewasa merayakan Paskah di Yerusalem.


Struktur Teks
Teks dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
- Ayat 13-17 : Yesus marah dan mengusir pedagang yang berjualan di halaman Bait Allah
- Ayat 18-22 : Dialog antara Yesus dengan para pemuka orang Yahudi tentang meruntuhkan dan membangun Bait Allah.


Ulasan Teks
- ayat 13-17
Penyucian Bait Allah terjadi ketika Yesus, yang baru tampil di hadapan umum, berkunjung ke Yerusalem dalam rangka Perayaan Paskah. Ketika sampai di Bait Allah, Yesus mendapati pedagang lembu, domba, merpati dan penukar uang berjejal di mana-mana. Meskipun mereka berjualan di halaman Bait Allah, bukan di dalam Bait Allah, Yesus menjadi kesal. Ia membuat cambuk dari tali. Cambuk itu bukan untuk menghajar para pedagang. Menggunakan cambuk sangat efektif untuk membubarkan gerombolan lembu dan domba yang ada di situ daripada Ia harus mendorong hewan-hewan itu. Lalu, Yesus mengusir para pedagang itu, menghamburkan uang para penukar dan membalikkan meja-meja mereka. Sedangkan para pedagang merpati “hanya” diusir, dagangannya tidak diacak-acak.
Sebenarnya keberadaan para pedagang lembu dan domba sangat penting. Hewan yang mereka jual adalah hewan yang akan dipersembahkan di Bait Allah. Maka, orang-orang yang datang dari tempat jauh tak perlu repot untuk membawa sendiri lembu atau domba dari rumah mereka masing-masing. Keberadaan para penukar uang pun penting karena uang asing, uang Romawi, dianggap kafir sehingga harus ditukar dulu dengan uang Yahudi (uang logam setengah shekel Tirus, satu-satunya mata uang yang sah menurut agama) sebelum bisa dimasukkan ke dalam kotak persembahan. 
Apa yang membuat Yesus marah? Bait Allah telah disalahgunakan untuk mencari keuntungan finansial semata. Para pedagang menjual hewan korban dengan harga yang tidak wajar, sedangkan para penukar uang mencari untung yang terlalu besar. Aji mumpung. Hal itu menyebabkan semakin miskin orang-orang yang sudah miskin karena pajak Bait Suci yang harus mereka bayar dengan mata uang Yahudi. Yesus tidak tahan melihat kenyataan bahwa rumah Bapa-Nya dijadikan sarang penyamin! “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku” (bdk Mzm 69:10). Cinta yang berkobar-kobar pada rumah Bapa-Nya yang membuat Yesus melakukan pembersihan Bait Allah. Cinta itu pula yang nantinya “menghanguskan” Yesus dengan membuat-Nya mati di kayu salib.

- ayat 18-22
Tetapi ironisnya, yang marah terhadap Yesus adalah para pemuka Yahudi. Mereka merasa perbuatan Yesus itu mengancam stabilitas kehidupan beragama, rutinitas ibadat dan roda perekonomian di Bait Allah. Maka, mereka pun menantang Yesus memberikan tanda yang membuat Dia memiliki otoritas untuk melarang praktek jual beli di Bait Allah. Yesus balas menantang mereka untuk meruntuhksn Bait Allah dan Ia akan membangunnya kembali dalam tiga hari.
Dengan tantangan-Nya ini Yesus bermaksud menegur dosa dan kejahatan orang-orang yang telah meruntuhkan kesucian Bait Allah yang adalah tubuh-Nya sendiri. Runtuhnya Bait Allah adalah hancurnya raga Yesus karena penyaliban dan kematian diri-Nya. Tetapi Ia akan bangkit pada hari ketiga untuk membangun Bait Allah yang baru, yaitu tubuh-Nya yang mulia. Sayangnya, pikiran para pemuka Yahudi tidak sampai ke situ sehingga merela malah terheran-heran dan meremehkan ketika mendengar Yesus sanggup membangun Bait Allah dalam tiga hari saja. Padahal setahu mereka membangun Bait Allah membutuhkan waktu puluhan tahun (dari tahun 20/19 SM sampai tahun 28 M) dan sampai saat itu pun belum juga selesai!
Kisah ditutup dengan sebuah catatan pasca-kebangkitan Yesus/ Kebangkitan Yesus membuat para murid teringat peristiwa di Bait Allah ini. Mereka menemukan bahwa nubuat-nubuat Yesus akhirnya menjadi kenyataan dan semakin memperteguh iman mereka.

Amanat
Pada zaman modern ini, manusia dikepung oleh budaya komersial, budaya uang. Uang telah dijadikan tujuan pada dirinya. Uang telah menjadi budaya yang terpenting dan digunakan untuk mengembangkan individualisme yang semakin meruncing : “kekayaan untuk saya, keluarga saya dan kelompok saya!”. Dan secara tidak disadari uang menggantikan tempat Allah dalam hidup rohani. Orang lebih senang berlama-lama di tempat yang menawarkan komersialisasi dibandingkan berlama-lama berdoa dan mengikuti kegiatan rohani di gereja. Orang yang mencari hidup dalam budaya uang seringkali melupakan bahwa ia pun adalah tempat kediaman Allah.
Dengan kedatangan Yesus, Bait Suci sebagai pusat ibadat sudah kehilangan maknanya karena yang menjadi pusatnya adalah Yesus sendiri. Pusat hidup pengikut Yesus adalah  pribadi-Nya, bukan bangunan fisik semata. Yesus adalah Bair Suci yang baru, tempat suci dimana Allah bersemayam.
Yang jadi masalah tidak jarang orang beriman sering mencurahkan perhatian, energi dan biaya untuk memikirkan bangunan fisik dan kurang memperhatikan segi lainnya. Seharusnya Yesuslah yang sungguh menjadi pusat hidup rohani. Maka kepentingan bersama, iman umat, harus menjadi prioritas, bukan kepentingan komersial semata. Jangan sampai terjadi kontras Gereja lebih mementingkan sisi komersial bangunan dibandingkan perkembangan iman umat. Gedung gereja harus menjadi sarana bagi umat untuk mengungkapkan imannya kepada Yesus sebagai Bait Allah yang sesungguhnya.

Catatan Kecil 1

Cerita Sebatang Bambu

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi diantara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu. Dia berkata kepada bambu “Wahai bambu, maukah engkau kupakai menjadi pipa saluran air yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?”
Batang bambu menjawabnya, “Oh, tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu?”
Sang petani menjawab “Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu, lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir, aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawah sehingga padi yang ditanam dapat tumbuh dengan subur.”
Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam, kemudian dia berkata kepada petani, “Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika kau melakukan semua apa yang kau katakan. Akan tetapi aku ingin sekali berguna ketimbang batang bambu yang lain. Inilah aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki. 
Diar Sanjaya
DS Hedwig Dwi Harto

Orang Kudus 1

Santo Andreas Avelino, Pengaku Iman

Andreas lahir di kota Napoli, Italia pada tahun 1521. Semasa mudanya, ia sudah menaruh cinta kasih yang besar kepada Santa Maria. Sehari-harian ia berdoa Rosario, walaupun masa itu doa ini belum menjadi kebiasaan di kalangan umat.
Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia melanjutkan studinya hingga meraih gelar doktor di bidang Hukum Gereja. Ia bekerja di pengadilan Gerejawi di Tripoli, Italia. Walaupun ditugaskan dan telah bekerja mati-matian, namun ia tidak berhasil menertibkan satu biara suster-suster yang brengsek, lalu membaktikan seluruh dirinya semata-mata demi kepentingan keselamatan jiwa-jiwa.
Sewaktu berusia 35 tahun, ia masuk Ordo Teatian. Ia berniat melawan kemauannya sendiri dan maju lebih jauh ke dalam kehidupan kerohanian dan kesempurnaan setiap hari. Ia menjadi pengkotbah dan bapa pengakuan yang termasyhur, teristimewa di Keuskupan Milano bersama-sama dengan Santo Karolus Boromeus. Lebih dari lima puluh tahun lamanya, ia berusaha keras untuk mengembalikan orang-orang berdosa ke dalam pangkuan Gereja; banyak kesusahan yang harus ditanggungnya dalam usahanya mempertobatkan kembali banyak orang dan membawa mereka kembali kepada Kristus. Cacat pada badannya yang menyebabkan banyak kesulitan dalam perjalanannya tidaklah merintangi dia dalam tugas-tugasnya. Panggilan orang-orang sakit terus menerus dipenuhinya. Pada umur 80 tahun, ia meninggal dunia di kaki altar sementara merayakan Ekaristi Kudus. Banyaklah mujizat yang terjadi oleh perantaraannya, baik sebelum maupun sesudah kematiannya.

Orang Kudus 2

Santo Mennas, Martir
Orang kudus ini berasal dari Mesir dan dikenal sebagai penjaga unta. Kemudian ia menjadi prajurit dalam dinas militer Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus. Sewaktu bertugas di Phrygia, Asia Kecil, ia ditangkap karena imannya dan dibunuh pada tahun 295. Jenazahnya dimakamkan di Karm Aba Mina yang sampai kini menjadi tempat ziarah ramai. Dahulu kala di Roma terdapat sebuah gereja yang didirikan di Via Ostia untuk menghormati dia.

Cerita Mini

Atraksi Berujung Maut!

Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular yang akan dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan anak ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya.  Setelah dirasa jinak, si pemain sirkus mulai melatih si ular yang mulai tumbuh besar, untuk melilit tubuhnya. Setelah beberapa kali dilakukan, dirasa bahwa si ular mengerti keinginannya, ia bermaksud mengadakan pertunjukkan untuk umum.
Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya semakin besar.  Atraksi demi atraksi silih berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap selesai pertunjukkan. 
Hingga pada suatu hari, si pemain sirkus seolah tidak menyadari, si ular semakin lama tubuhnya semakin besar dan lilitannya semakin kuat. Akhirnya, ketika tibalah acara puncak yang mendebarkan, pemain sirkus memerintahkan ular itu untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa, ular itu melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu, dan akhirnya berujung maut, ia terkulai mati.
Dosa-dosa kecil yang kita lakukan, seperti membohong, mencuri waktu di kantor,  gosip, dsb kadang-kadang seperti kita memainkan ular kecil, yang sangat mudah diatasi. Ah, ini kan hanya dosa-dosa kecil, lalu minta ampun pada Tuhan, selesai. Tanpa disadari, dosa-dosa kecil ini tumbuh menjadi kebiasaan (habit) yang mulai kuat melilit di hati kita. Akhirnya kita sudah merasa biasa saja, hati kita sudah menganggap itu wajar, tidak perlu mengaku dosa lagi, toh semua orang juga melakukan. 
Ada 2 orang tokoh di alkitab, karena perbuatan bohongnya, lalu mati seketika. Kedua tokoh orang itu adalah Ananias dan Safira. Mereka sendiri yang telah berjanji kepada para rasul untuk menyerahkan uang penjualan tanah mereka sepenuhnya kepada para rasul, tetapi akhirnya mereka menyimpan sebagian uangnya dan memberikan sebagian uangnya untuk persembahan dan mereka berkata bahwa uang tersebut adalah semuanya hasil penjualan tanah mereka. Rasul Petrus yang penuh Roh Kudus, mengetahui dusta mereka, dan memarahinya, karena perbuatan mereka, tidak hanya mendustai manusia, melainkan Allah. Akibatnya keduanya langsung mati. 
Saudara-saudariku terkasih, janganlah menganggap remeh dosa-dosa kita. Allah sangat mencintai dan peduli kepada para pendosa yang mau sungguh-sungguh bertobat, tetapi Allah sangat membenci bagi mereka yang meremehkan dosa-dosa yang telah diperbuat.
Jika hati kita berkata, bahwa saya mengasihi Allah, marilah kita hidup sungguh-sungguh berlatih menguasai diri kita dari kecenderungan berbuat dosa. Karena harga dosa sangat mahal, dengan tebusan siksaan, darah dan kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Apakah kita masih tidak peduli ?
Tuhan Yesus memberkati. Amin

1 Ptr 3 : 18-19 “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
(Oleh : St. Indra Wahyu)

Percikan Pengalaman

KasihNya Menyelimutiku
9Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu. 10Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya.” (Yoh 15: 9-10)

Aku Amanda Elizabeth, saat ini aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di jurusan Teknologi Informasi dan sekarang aku memasuki semester lima. Bagiku, bekerja paruh waktu adalah hal yang sangat menyenangkan dan tentunya aku tunggu-tunggu. Namun, hal itu tidak berlaku di pekerjaan paruh waktuku saat itu.
Rabu, 7 September.
Kala itu, ditengah-tengah pelajaran ada secarik kertas yang berkeliaran di antara teman-temanku, aku tak tahu kertas apa itu, hingga kertas itu pun menghampiriku. Teringat jelas di benakku, secarik kertas file bertuliskan “Siapa yang bisa Ms. Word & Excel, mau kerja 12-23 September di luar kota. Tulis nama, ya.” Tulisan yang tidak rapih, jauh dari kesan formal bahkan mungkin terkesan main-main. Namun, keinginanku untuk kembali bekerja paruh waktu membuatku berani menuliskan namaku di kertas itu, Amanda Elizabeth.
Saat perjalanan menuju kos, terbayang di benakku tentang pekerjaan itu. Awal yang bersemangat, namun sekarang diliput kebimbangan, entah karena apa.
“Manda, ayo kirim CV.” ajak Rani yang berpas-pasan denganku di perjalanan.
“Bingung, nih maju atau mundur, kirim CV atau nggak. Hmm…” belum selesai aku berpikir, Rani menarik tanganku dan membuat langkahku terputar balik kembali menuju kampus. Hingga akhirnya CV itu terkirim, tanpa aku tahu kami akan bekerja di luar kota mana dan apakah itu dua minggu penuh atau bergantian. Menginput data, hanya itu yang aku tahu.
Kamis, 8 Septem-ber. Hari masih pagi, namun HPku  tak kunjung henti berdering.
“Pagi-pagi kok udah telepon sih, kak?”
“Jumat, minggu depan pulang ya, de.” ucap Kak Silvi, kakak pertamaku.
“Ada apa sih kak? Aku ada kerja minggu depan, sekitar dua minggu, kemarin udah kirim CV.” paparku.
“Ya ampun, de. Tanggal 16 kan ultah perkawinan papa mama. Rencananya hari sabtunya mau makan-makan sekeluarga besar. Batalin aja kerjanya, bilang nggak bisa.” ucap Kak Silvi yang mulai kesal.
Oh, mungkin karena ini kemarin aku bingung memutuskan jadi bekerja atau tidak. Sekarang, hanya tidak lolos seleksi yang aku harapkan.
Sore harinya, Rani memberi tahu bahwa aku lolos seleksi dan diterima kerja. Raut wajahku pun berubah seketika kala itu. Bingung, bingung dan semakin bingung, karena kabar yang beredar, kalau tidak professional, maka akan terkena black list dari dosen bersangkutan, itu artinya mungkin aku tidak akan pernah ditawari pekerjaan paruh waktu lagi.
Saat itu juga, aku menelephone Pak Yohanes, dosen yang memberikan perkerjaan, untuk mundur dari pekerjaan itu. Nada ketus, marah, itulah yang terlontar darinya, “ Wah, tidak bisa seperti itu. Kalau kamu tidak mau kerja, dari awal jangan tulis nama. Masih banyak orang lain yang mau kerja. Nama kamu sudah masuk ke lembaga terkait, besok siang datang ke kantor lembaga sosial untuk pengarahan.”
Seperti salah langkah, tercebur dan sulit kembali lagi, itulah yang aku rasa. Aku hanya berharap ada keajaiban. Entah apa yang terjadi esok, hal terburuk dalam benakku adalah tidak menghadiri acara ulang tahun perkawinan orang tuaku.
Jumat, 9 Septem-ber.
Kembali kebi-ngungan yang melanda benakku. Apa aku harus datang ke lembaga itu atau tidak. Namun rasanya dorongan itu kian kuat mengharuskanku datang untuk pengarahan. Memang, tidak pantas untuk mundur begitu saja. Aku harus bertanggung jawab setelah berkomitmen mengambil pekerjaan itu.
Sesampainya di lembaga sosial, aku baru tahu apa yang menjadi pekerjaanku. Nyatanya, bukan paruh waktu, namun sekitar dua minggu kurang aku akan ditugaskan di sebuah kota dan di sanalah aku bekerja menginput data dari sejumlah panti asuhan yang akan diberikan sumbangan. Lagi-lagi aku merasa bimbang. Ingin bekerja, namun ingin pula menghadiri ulang tahun perkawinan orang tuaku. Hah, entahlah. Ingin mundur pun semakin bingung rasanya karena di hadapanku, nama mahasiswa telah tercetak rapih beserta kota di Indonesia yang akan dikun-jungi. Lampung, itulah tempat aku ditugaskan.
Keadaan memak-saku memilih dan berani memutuskan. Sepuluh menit sebelum pengarahan berakhir, pihak lembaga menanyakan apakah semua bisa dan siap. Aku menghidupkan microphone di hadapanku dan mulai berbicara.
  “Ya, kalau memang seperti itu, ya tidak apa-apa. Nanti akan kami cari gantinya dan semoga lain kali kita bisa bekerja sama.” ucap pihak lembaga setelah mendengar penjelasanku.
Namun, perkaraku belum selesai disitu.
“Sore, Pak Yohanes. Ini Amanda, saya tadi telah mengikuti pengarahan dan saya sangat meminta maaf karena saya telah mengun-durkan diri.” ucapku di telpon.
“Ya, sudah. Lain kali pastikan segala sesuatunya sebelum berkomitmen terhadap suatu pekerjaan.” tegasnya mengakhiri.
Kala itu, hanya satu yang kurasa, Tuhan tak pernah meninggalkanku, Ia selalu disampingku meman-carkan kasihNya dalam setiap langkahku dan memberikan yang terbaik di waktu yang tepat bagiNya.
“34Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. 35Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” ( Yoh 13: 34-35 ). 
(LKH)

Ruang Keluarga Muda

Ajari Aku Menghitung Hari-Hariku

Kematian dapat menimpa siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Apa yang akan kita banggakan di hadapan Sang Pencipta jika satu jam lagi ajal menjemput? Apakah harta yang melimpah? Wajah yang tampan atau cantik? Ketika ajal menjemput maka tak lama kemudian tubuh akan membusuk lalu kembali menjadi debu tanah.
Kalau mau jujur, ternyata manusia tidak ada apa-apanya saat diperhadapkan dengan kematian. Tak ada yang dapat membuat kita menghindar dari kematian dan tak ada yang dapat dibanggakan oleh mereka yang hidupnya hanya didasarkan pada keadaan jasmani saja.
Ada kata-kata bijak di bawah ini :
Jangan bangga dengan kecantikan atau kegantengan karena pada akhirnya semua itu akan menjadi debu dan tulang belulang.
Jangan bangga dengan pakaian bermerek terkenal dan mahal, karena pakaian terakhir yang akan dikenakan adalah kain kafan.
Jangan bangga dengan mobil yang trendy yang bisa dikendarai karena yang terakhir akan mengantar keliling ialah mobil jenazah.
Jangan bangga dengan tempat tidur yang empuk yang dinikmati setiap malam, karena tempat tidur terakhir adalah kayu peti mati di dalam tanah.
Jangan bangga dengan gelar karena gelar yang terakhir adalah almarhum.

Tetapi kita bisa menghadapi Tuhan dengan senyum sukacita ketika hidup kita :
Mengambil keputusan yang benar untuk kekekalan, menerima jaminan keselamatan di dalam Yesus Kristus (Yoh. 14:1-3). Yesus berjanji dan sudah menyediakan tempat yang sangat nyaman ketika Roh kita kembali kepada Dia.
Menggunakan waktu sebagai anugerah yang berharga. Isilah waktu kita dengan melakukan hal-hal yang berguna dan membangun (Roma 14:19)
Melayani dengan hati yang tulus.

Warga sorga hidup dengan pola saling mengasihi dan melayani. Latihlah diri selama hidup di dunia. Ajar aku menghitung hari-hariku supaya dapat menjalaninya dengan bijak.

 (diar sanjaya  MS III)

Renungan

Kasih Adalah Pemenang Kehidupan

Kasih...adalah sebuah kata yang indah, karena pertama kali kita mengenal kasih, itu berasal dari pengorbanan Yesus Kristus. Namun kasih tidak mudah dilakukan ketika ada bermacam-macam jenis sikap dan emosi (benci, marah, cemburu, dengki, putus asa dan sebagainya) di dunia ini. Apalagi di zaman sekarang, terkadang kasih menjadi barang langka. Bahkan seringkali, ketika kasih hadir, ia malah ditolak oleh penerimanya. Berikut adalah cerita mengenai kasih yang ditulis oleh seorang psikoterapist,
George. W. Burns.

Pada suatu waktu, ada sebuah pulau yang dihuni oleh beberapa sifat manusia. Hal ini terjadi sebelum sifat tersebut masuk menjadi bagian jiwa & roh manusia dan lama sekali sebelum kita mengkotak-kotakkannya kedalam istilah baik atau buruk. Sehingga, dapat dikatakan bahwa penghuni yang hidup di pulau itu adalah Optimisme, Pesimisme, Pengetahuan, Kemakmuran, Kesombongan, dan Kasih Sayang. Ada juga beberapa sifat lain penghuni pulau, yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Pada suatu hari diumumkan bahwa pulau tersebut akan tenggelam. Ketika sifat-sifat sebagai penghuni pulau tersebut mendengar berita ini, mereka mengalami kepanikan. Mereka mulai berpikir untuk menyelesaikan masalah ini. Akhirnya, mereka memutuskan untuk meninggalkan pulau dengan memperbaiki perahu yang mereka miliki. Namun, kasih sayang tidak memiliki perahu sendiri. Dia telah memberikan perahu miliknya kepada yang lain untuk dipakai berlayar beberapa tahun yang lalu. Sehingga, ia menunda keberangkatannya ketika beberapa penghuni lain sudah meninggalkan pulau. Selain itu, kasih juga ingin membantu penghuni lain untuk bersiap-siap pergi. Ketika pulau mulai tenggelam perlahan-lahan, sudah tidak ada waktu bagi Kasih untuk membuat perahu. Hanya beberapa penghuni pulau yang tersisa. Oleh karena itu, kasih memutuskan untuk meminta bantuan.
Kemakmuran baru saja berangkat dari dermaga didepan rumahnya yang besar. Perahunya besar sekali, lengkap dengan semua teknologi paling mutakhir dan perangkat navigasi. Jika bepergian dengannya sudah pasti perjalanan mereka akan menyenangkan.
"Kemakmuran," panggil Kasih Sayang, "bolehlah aku ikut bersamamu?"
"Tidak bisa," jawab Kemakmuran. "Perahuku sudah penuh. Aku memenuhinya dengan seluruh emas dan perak milikku. Bahkan hanya tersisa sedikit ruang untuk perabotan antik dan koleksi seni. Tidak ada ruang untukmu disini."
Lalu, Kasih Sayang memutuskan untuk minta tolong kepada Kesombongan yang sedang lewat didepannya menaiki perahu yang unik dan indah. 
 "Kesombongan, sudikah engkau menolongku?"
"Maaf, " kata kesombongan. "Aku tidak bisa menolongmu. Tidakkah kau lihat dirimu? Kamu basah kuyup dan kotor. Aku tidak mau kamu naik dan mengotori perahuku yang mengkilap”
Setelah itu, Kasih Sayang melihat Pesimisme yang sedang berusaha sekuat tenaga mendorong perahunya ke air. Kasih Sayang meletakkan tangannya ke buritan kapal dan membantu Pesimisme mendorong perahunya. Pesimisme mengeluh terus menerus. Perahunya terlalu berat, pasirnya terlalu lembut, dan airnya terlalu dingin. Sungguh hari yang tidak tepat untuk melaut. Serta mengeluh tentang peringatan yang diberikan mendadak sekali, dan pulau ini seharusnya tidak tenggelam. Situasi Kasih Sayang sudah sangat kepepet, sehingga ia bertanya: 
"Pesimisme, bolehkah aku menumpang perahumu?"
"Oh, Kasih Sayang, engkau terlalu baik untuk berlayar denganku. Sikapmu yang penuh perhatian bahkan menjadikanku merasa lebih bersalah dan tidak keruan. Seandainya ada ombak besar yang menghantam perahu kita dan engkau tenggelam. Bagaimana menurutmu perasaanku jika itu terjadi? Tidak, aku tidak bisa mengajakmu."
Salah satu perahu yang dilihat terakhir kali meninggalkan pulau adalah Optimisme, karena dia tidak percaya pulau akan tenggelam. Kasih Sayang berteriak memanggilnya, tetapi Optimisme terlalu sibuk menatap kedepan dan memikirkan tujuan berikutnya sehingga dia tidak mendengar. Kasih Sayang berteriak memanggilnya sekali lagi, tetapi bagi Optimisme tidak ada istilah menoleh kebelakang. Dia sudah meninggalkan masa lalu dibelakang, dan berlayar menuju masa depan.
Pada saat Kasih Sayang sudah nyaris putus asa, dia mendengar sebuah suara, "Ayo, naiklah keperahuku." Kasih Sayang merasa begitu lelah dan letih sehingga dia meringkuk diatas perahu dan langsung tertidur. Dia tertidur sepanjang perjalanan sampai nakhkoda kapal mengumumkan bahwa mereka telah sampai ditanah kering dan dia bisa turun. Dia begitu berterimakasih dan gembira karena perjalanannya berjalan aman sehingga dia berterimakasih kepada sang nakhoda dengan hangat, kemudian meloncat kepantai. Dia melambaikan tangannya ketika pelaut itu meneruskan perjalanannya. Baru pada saat itulah dia sadar kalau lupa menanyakan nama nakhoda itu.Ketika dipantai dia bertemu dengan Pengetahuan dan bertanya, "Siapa tadi yang menolongku?".  Jawab pengetahuan: "Itu tadi Waktu". 
"Waktu?" tanya Kasih Sayang,
"Mengapa hanya Waktu yang mau menolongku ketika semua orang tidak mau mengulurkan tangan?" 
Pengetahuan tersenyum dan menjawab, "Sebab hanya Waktu yang mampu mengerti betapa hebatnya Kasih Sayang."

Kasih yang ada dalam cerita di atas sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus sendiri ”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap” (1 Korintus 13:4-8). Semoga cerita ini dapat menginspirasi dan menambah Kasih yang kita miliki!! (PSY)